Kategori: PEMERINTAHAN

  • Penyandang Tuna Sosial Menjamur, Tuai Sorotan Komisi V DPRD Banten

    Penyandang Tuna Sosial Menjamur, Tuai Sorotan Komisi V DPRD Banten

    SERANG, BANPOS – Menyoroti maraknya pengemis di Provinsi Banten, terutama jelang hari raya Idul Adha, Ketua Komisi V DPRD Banten Yeremia Mendrofa turut memberikan tanggapan atas fenomena tersebut.

     

    Menurutnya fenomena itu terjadi, lantaran tujuan para pendatang kini bukan lagi DKI Jakarta melainkan wilayah lain penyangga ibu kota, seperti Provinsi Banten misalnya.

     

    Yeremia menambahkan, Pemprov Banten tentu tidak bisa melarang siapapun untuk datang dan berdomisili di Provinsi Banten. Hanya saja ia mengimbau kepada masyarakat yang hendak bermigrasi, kepindahan mereka sebaiknya turut dibekali oleh keterampilan yang dibutuhkan.

     

    Sebab jika tidak begitu, alih-alih dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan di Provinsi Banten yang ada justru semakin menambah masalah sosial.

     

    “Kepada masyarakat misalnya yang mau bermigrasi di Provinsi Banten, sebaiknya, sekiranya bisa membawa produktivitas yang baik ke Provinsi Banten itu yang kita harapkan,”

     

    “Sehingga tadi yang saya katakan bahwa indikator-indikator dalam pembangunan jangan sampai terganggu, kemudian kalau bisa bahwa datang ke Banten dengan berbagai macam produktivitas. Sehingga tadi bisa bersumbangsi dalam perputaran ekonomi di Provinsi Banten,” kata Ketua Komisi V DPRD Provinsi Banten Yeremia Mendrofa.

     

    Oleh karenanya guna mengantisipasi masalah sosial tersebut, Yeremia meminta kepada kepala daerah kabupaten/kota untuk dapat melakukan pengawasan terhadap masalah kependudukan di wilayahnya.

     

    “Kami berharap pemerintah kota di wilayah Provinsi Banten melakukan pengawasan berkaitan dengan kependudukan, juga berkaitan dengan yang mencari penghasilan melalui bantuan-bantuan sosial yang mengganggu ketertiban umum karena kewenangan berkaitan dengan penertiban tersebut ada di pemerintah kabupaten/kota,” imbuhnya.

     

    Kemudian anggota Fraksi PDI Perjuangan itu pun juga menjelaskan bahwa Pemprov Banten melalui Dinas Sosial (Dinsos) Banten berencana akan membangun sebuah pusat rehabilitasi sosial terpadu di Provinsi Banten.

     

    Rencana dari pembangunan panti itu adalah sebagai fasilitas untuk menangani para penyandang masalah sosial di Provinsi Banten.

     

    Sebenarnya Provinsi Banten sejauh ini sudah memiliki dua panti rehabilitasi sosial yang masing-masing berlokasi di Kota Serang dan Rangkasbitung.

     

    Hanya saja, menurut penuturan Yeremia, fasilitas yang tersedia memiliki banyak keterbatasan, salah satunya adalah daya tampung yang sedikit. Oleh karenanya, Pemprov Banten berencana akan membangun fasilitas tambahan guna mengatasi hal tersebut.

     

    “Rencana kita tahun depan bahwa di panti Rangkas ini kita akan membuat seperti panti terpadu. Di situ nanti misalnya untuk rehabilitasi ketergantungan obat-obatan bisa dilaksanakan di sana, kemudian juga misalnya rehabilitasi gangguan jiwa juga bisa dilakukan di sana,”

     

    “Kemudian ada ketunaan sosial lainnya bisa dilakukan, apakah baik bimbingan rohani, bimbingan psikologi atau juga pemberian pelatihan keterampilan itu nanti yang pembinaan lebih lanjut di dalam panti,” terangnya.

     

    Sementara itu Plh Sekda Provinsi Banten Virgojanti menjelaskan bahwa dalam penanganannya, perlu adanya sinergitas antara Pemerintah Provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota.

     

    Menurutnya sinergitas itu perlu dibangun, karena permasalahan sosial itu tidak hanya menjadi kewenangan Pemprov Banten saja melainkan kewenangan pemerintah kabupaten/kota juga.

     

    “Yah, tentu kita di Provinsi nih, lokasi-lokasinya kan daerah itu ada di kabupaten/kota, mereka kan berangkat nih ada yang ke kota lain sebagainya. Ini makanya perlu sinergitas juga dengan kabupaten/kota,” jelasnya.

     

    Oleh karenanya menurut Virgojanti, perlu adanya peran aktif serta kesadaran dari semua pihak untuk dapat melakukan pengawasan terhadap permasalahan itu.

     

    “Kita saling mendeteksi kita dari awal, ada masalah-masalah ini di sana. Misalnya ada korban kekerasan rumah tangga di sana, nah kabupaten/kota nya juga turun,” tandasnya (MG-01/AZM)

  • Lebak Butuh Perda Disabilitas

    Lebak Butuh Perda Disabilitas

    LEBAK, BANPOS – Belum ramahnya Kabupaten Lebak terhadap penyandang disabilitas, disebut lantaran Pemkab Lebak belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur hal tersebut. Padahal melalui Perda Disabilitas, maka segala aspek mulai dari perencanaan hingga pelayanan, harus berorientasi pada penyandang disabilitas.

    Hal itu disampaikan oleh Akademisi FKIP Untirta, Toni Yudha Pratama. Pria yang merupakan dosen Pendidikan Khusus ini mengatakan, untuk menuju Kabupaten yang ramah disabilitas, perlu adanya regulasi sebagai bentuk keseriusan dalam membuat kenyamanan terhadap penyandang disabilitas.

    “Negara sudah mengeluarkan Undang-undang Disabilitas Nomor 8 tahun 2016. Undang-undang tersebut kan harusnya bisa menjadi payung bagi Pemerintah Kota atau Kabupaten bahkan Provinsi, untuk membuat regulasi disabilitas di daerahnya,” ujar Toni saat dihubungi BANPOS melalui panggilan telepon, Minggu (4/6).

    Toni menjelaskan, regulasi tersebutlah yang akan menciptakan Kabupaten Lebak sebagai wilayah yang ramah terhadap penyandang disabilitas dari berbagai sektor. Mulai dari sosial, finansial hingga sarana-prasarana.

    Lanjutnya, ketika regulasi tentang penyandang disabilitas di Kabupaten/Kota telah dibuat, tentu akan lebih fokus dan serius dalam pemenuhan hak terhadap penyandang disabilitas.

    Sebab, kata Toni, dalam regulasi tersebut nantinya akan ada penyedian anggaran baik dari segi Sarana-prasana, pendidikan dan lain sebagainya.

    “Kalau kita menganggap disabilitas ini menjadi isu penting dan menganggap mereka bagian dari masyarakat, maka sudah sepatutnya regulasi akan hal ini dibentuk,” jelasnya.

    Ia memaparkan, terdapat berbagai kota yang bisa dijadikan gambaran sebagai wilayah yang ramah terhadap penyandang disabilitas, seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

    Menurutnya, kota-kota tersebut telah memenuhi standar ramah disabilitas mulai dari Sarana-prasana, hak tenaga kerja hingga pendidikan.

    “Tentunya pemerintah juga harus memperhatikan hal tersebut. Teman-teman disabilitas merupakan bagian dari masyarakat, sehingga harus difasilitasi agar dapat mandiri baik secara sosial maupun finansial,” paparnya.

    Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Lebak bisa ikut menggandeng organisasi-organisasi penyandang disabilitas dalam penetapan regulasi kedepannya. Serta, mengikut sertakan masyarakat dan akademisi didalamnya. Hal itu agar dapat lebih jelas dalam pemenuhan hal yang harus diprioritaskan.

    “Banyak organisasi penyandang disabilitas yang bisa digandeng, bahkan saya pribadi siap jika memang dibutuhkan,” tandasnya. (MYU/DZH)

  • Perwali Pendidikan Inklusi Kota Tangerang Mandek

    Perwali Pendidikan Inklusi Kota Tangerang Mandek

    TANGERANG, BANPOS – Peraturan Walikota (Perwali) Kota Tangerang yang mengatur terkait dengan pelaksanaan dan tata kelola penyelenggaraan pendidikan inklusi, hingga saat ini masih juga belum disahkan. Padahal, Perwali itu dapat menjadi cantolan hukum, dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Tangerang.

    Mandeknya pembuatan Perwali itu pun membuat Yayasan Difabel Mandiri Indonesia (YDMI) kecewa. Pasalnya, YDMI sudah sejak tahun lalu, sudah mendesak agar Perwali itu segera disahkan. Apalagi di Kota Tangerang, pelaksanaan pendidikan inklusi sudah terlaksana, hingga pada penganggaran untuk setiap sekolah.

    Diketahui, terdapat sebanyak 13 SMP Negeri dan 53 SD Negeri di Kota Tangerang, yang telah menerapkan pendidikan inklusi, dan menerima peserta didik berkebutuhan khusus. Pemkot Tangerang pun menyiapkan anggaran sebesar Rp100 juta untuk SD, dan Rp200 juta untuk SMP inklusi.

    Meski demikian, YDMI menilai bahwa keberadaan Perwali yang mengatur terkait dengan pelaksanaan dan tata kelola penyelenggaraan pendidikan inklusi harus segera disahkan. Sehingga, belum adanya Perwali itu dinilai sebagai bentuk kendornya komitmen dari Dindik Kota Tangerang terkait dengan pendidikan inklusi.

    “Kami sangat kecewa dengan kendornya komitmen Dindik Kota Tangerang, dalam mengawal lahirnya Perwal Penyelengra Pendidikan Inklusi,” ujar Direktur YDMI, Tuty Alawiyah, dalam keterangan tertulis yang diterima BANPOS, kemarin.

    Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan dialog dan memfasilitasi pertemuan, sehingga Dindik Kota Tangerang dapat segera melakukan pembahasan terkait dengan penyusunan Perwali itu.

    “Namun karena alasan yang tidak jelas, proses pembahasan gagal. Informasi terakhir dari dinas, saat ini Rancangan Perwali Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, masih dalam proses. Namun, tidak disampaikan prosesnya sampai di mana,” ungkapnya.

    Di sisi lain, ada pula alasan yang disampaikan bahwa saat ini seluruh pihak tengah sibuk untuk mengurusi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Padahal menurutnya, PPDB tidak boleh menjadi alasan karena memiliki urgensi yang sama dengan pembentukan Perwali itu,

    “Rancangan Perwali seharusnya didahulukan karena akan memperjelas tugas sekolah dan meminamilisir kesalahpahaman yang dialami orangtua siswa. Guru dan sekolah juga semakin siap memahami tujuan dari penyelengaraan pendidikan inklusi. Sehingga lebih jelas kriteria anak disabilitas, layanan yang ada di sekolah, mekanisme pengaduan dan hak-hak peserta didik di dalam pelaksanaan pendidikan inklusi,” ucapnya.

    PPDB pun menurutnya, tidak bisa menjadi pembenaran untuk lambatnya proses pembahasan rancangan Perwali tersebut.

    “Dinas Pendidikan dan Bagian Hukum sebaiknya terus berkoordinasi dan membuka pembahasan yang transpran, melibatkan organisasi penyandang disabilitas, komite sekolah, orangtua, guru dan kepala sekolah, dalam pembahasan Rancangan Perwali ini,” terangnya.

    Pegiat Pattiro Banten, Nana, mengatakan bahwa seharusnya rancangan Perwali ini dapat segera disahkan sebelum pelaksanaan PPDB. Sebab, peraturan itu akan menjadi pegangan bagi sekolah inklusi, untuk menerima peserta didik baru.

    “Saat ini sekolah pelaksana masih mengalami kebingungan dan belum mempunyai pegangan serta arahan yang jelas untuk mengimplementasikan dengan baik,” ujarnya.

    Sehingga, ia menuturkan bahwa Dindik Kota Tangerang harus segera mengesahkan Perwali tersebut, agar menjadi arahan yang jelas dalam menyesuaikan metode pengajaran, agar dapat dipahami oleh peserta didik reguler dengan peserta didik berkebutuhan khusus beserta guru.

    “Mengingat pelaksanaan pendidikan inklusi sudah akan masuk tahun ketiga. Sehingga seluruh unsur, baik itu masyarakat, orang tua, tenaga pendidik dan pemerintah daerah, dapat mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kami berharap Dinas Pendidikan segera membahas dan Peraturan Walikota tentang Penyelengra Pendidikan inklusif segera disahkan,” tandasnya. (DZH)

  • YPUI Bersama BTNUK Jajaki Kerjasama

    YPUI Bersama BTNUK Jajaki Kerjasama

    PANDEGLANG, BANPOS – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) bersama dengan Yayasan Planet Urgensi Indonesia (YPUI) saat ini tengah menjajaki kerjasama antar lembaga dalam hal penguatan fungsi berupa pemulihan ekosistem pesisir di sejumlah wilayah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
    Kepala BTNUK, Anggodo mengatakan, dengan adanya rencana Kerjasama antara YPUI bersama BTNUK, pihaknya memberikan apresiasi. Karena peran mitra dalam pemulihan ekosistem pesisir di kawasan TNUK sangat penting dilakukan demi keberlangsungan rumah besar dari satwa langka Badak Cula Satu.
    “Tentunya kami sangat menyambut baik dengan kedatangan YPUI yang menginginkan adanya kerjasama dengan kami (BTNUK,red), khususnya dibidang pemulihan ekosistem Pesisir, penyadartahuan tentang kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat,” kata Anggodo kepada wartawan beberapa waktu lalu.
    Untuk rencana Kerjasama tersebut, lanjut Anggodo, pihaknya menyarankan agar YPUI untuk segera mengajukan  permohonan Perjanjian Kerja Sama (PKS)  ke TNUK dengan melampirkan program kerja, lokasi serta rentang waktu program kerja yang akan dilaksanakan di kawasan TNUK untuk selanjutkan akan dimintakan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
    “Saya menyarankan agar YPUI segera mengajukan PKS ke TNUK dengan melampirkan program kerja, lokasi serta rentang waktu program kerjanya,” ungkapnya.
    Sementara itu, Direktur YPUI, Reonaldus mengatakan, pihaknya merasa sangat terhormat atas sambutan serta apresiasi yang diberikan oleh BTNUK yang telah menerima lembaganya untuk bisa berkontribusi langsung dalam proses pemulihan ekosistem pesisir khususnya rehabilitasi ekosistem mangrove di sejumlah wilayah di kawasan TNUK.
    “Kami sangat terhormat dan terapresiasi dengan sambutan dari BTNUK yang telah menerima kami untuk bisa berkontribusi dan bersama-sama terlibat dalam pemulihan ekosistem TNUK dan konservasi Badak. Kami berterima kasih atas segala masukan dan usulan kepada kami dan akan segera kami tindak lanjuti,” katanya.
    Dijelaskannya, Lembaga yang dipimpinnya saat ini tengah fokus pada pelaksanaan program Mangrove Ekosistem and Rhinoceros Conservation Indonesia yang fokus pada  4 komponen kegiatan yakni menumbuhkan kesadaran  lingkungan tentang mangrove, ekosistem pesisir serta badak jawa di sekolah dan ruang publik dan komponen kedua berupa penanaman mangrove dan tanaman pantai di dalam kawasan TNUK dan luar Kawasan.
    “Komponen kegiatan ketiga adalah melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi berdasarkan potensi lokal dan yang terakhir adalah meningkatkatkan kapasitas lokal dan menjalin Kerjasama dengan berbagai  pihak untuk mendukung tercapainya pemulihan ekosistem,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Banyak Yang Senang Jokowi Cawe-cawe Utuk Indonesia

    Banyak Yang Senang Jokowi Cawe-cawe Utuk Indonesia

    JAKARTA, BANPOS – Niat Presiden Jokowi cawe-cawe dalam urusan kepentingan bangsa dan negara ditanggapi pro dan kontra. Namun, banyak sekali yang senang dengan langkah Jokowi itu.

    Sambutan positif atas rencana cawe-cawe Jokowi tidak hanya datang dari parpol koalisi. Wapres ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, yang saat ini banyak berseberangan dengan Jokowi, juga menyambut positif. Apalagi jika cawe-cawe Jokowi itu untuk memastikan pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan jujur, adil, dan demokratis.

    “Sangat bagus. Kita harap itu tentu dapat dilaksanakan dengan baik,” kata JK, sapaan Jusuf Kalla, di Gedung Krida Bhakti, Jakarta, kemarin.
    Sebagai orang yang pernah mendampingi Jokowi di 2014-2019, JK memastikan kompetensi mantan pasangannya itu dalam berpolitik. “Presiden maupun pihak-pihak lainnya tentu memahami batasan-batasan dalam mengintervensi pelaksanaan Pemilu 2024 agar demokrasi tetap berjalan dengan baik,” ungkapnya.

    Termasuk batasan netralitas TNI-Polri dan ASN yang telah diatur dalam Undang-Undang. JK yakin, pernyataan Jokowi mengenai akan cawe-cawe itu, tidak akan mengganggu netralitas para aparat dan abdi negara tersebut. “Aparat tidak ikut campur, hanya sebagai wasit, itu yang kita dukung,” ujar Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu.

    JK juga mendukung Jokowi menjaring pemimpin nasional yang mampu melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis pemerintahan sebelumnya. Hanya saja, mantan Ketua Umum Golkar itu menegaskan, setiap pemimpin mempunyai cara-cara berbeda dalam membangun bangsa.
    “Pembangunan jalan tetap, pembangunan pemerintah yang baik tetap, industri harus berjalan, itu semua jalan. Cuma caranya tentu berbeda-beda masing-masing pemimpin,” terang JK.

    Dari parpol koalisi, PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, dan PPP menegaskan, tidak masalah dengan cawe-cawe Jokowi di Pemilu 2024. Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, dengan cawe-cawe Jokowi, ada kesinambungan pembangunan, Indonesia yang lebih berdaya saing, lebih makmur, dan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

    Dengan tujuan ini, kata Hendrawan, cawe-cawe Jokowi justru didambakan masyarakat. “Siapa yang tidak mendambakan sistem demokrasi yang efektif dan memperkuat persatuan, dan bukan demokrasi gontok-gontokan yang melemahkan modal sosial kita sebagai satu negara dan bangsa,” ucapnya, kemarin.

    Politisi Golkar Sarmuji berharap, publik tidak mencurigai niatan cawe-cawe Jokowi. Sebab, cawe-cawe Jokowi diarahkan pada hal positif. “Tidak perlu ada kecurigaan berlebihan jika Pak Jokowi terlibat dalam proses transisi kepemimpinan,” ucapnya.

    Dia mengajak pihak-pihak yang menuding Jokowi ikut campur dalam penentuan capres untuk berpikir positif. “Saya yakin, cawe-cawe Pak Jokowi akan berbuah baik,” imbuhnya.

    Hal senada disampaikan Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman. Dia meminta, rencana Jokowi untuk cawe-cawe di Pemilu 2024 tidak dipandang sinis. Sebab, Jokowi juga memiliki hak politik. “Beliau punya aspirasi dan hak politik yang disebut cawe-cawe tadi,” ucapnya.

    Sementara, Ketua DPP PKB Daniel Johan berbicara mengenai komitmen Jokowi. Dia yakin, Jokowi akan berupaya menghadirkan demokrasi sehat dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.

    “Saya rasa komitmen Presiden sangat jelas dan tegas. Suatu sikap negarawan yang harus kita apresiasi. Jadi, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Malah kita merasa lega dan firm,” ucapnya.

    Sedangkan Ketua DPP PPP Syaifullah Tamliha mengklaim, yang disampaikan Jokowi justru mewakili keinginan banyak kalangan. “Apa yang disampaikan Presiden Jokowi memang adalah kehendak kita semua. Semoga Pak Jokowi dan kita semua konsisten dengan sikap ini,” tutur Ketua DPP PPP Syaifullah Tamliha.

    Dari luar koalisi, PKS juga menyatakan tidak masalah dengan niatan Jokowi cawe-cawe di Pemilu 2024. Asal, cawe-cawe tersebut untuk menjamin pelaksanaan Pemilu benar-benar berjalan lancar dan tidak ada hambatan. “Cawe-cawe positif kita dukung. Biarkan para capres yang akan bertanding dilaksanakan secara fair,” ucap Juru Bicara PKS, Ahmad Mabruri.

    Sebelumnya, Jokowi menyatakan siap turun tangan untuk memastikan pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan baik dan pembangunan terus berkelanjutan. Jokowi menegaskan, untuk kepentingan bangsa dan negara, dirinya siap cawe-cawe.

    “Untuk negara ini, saya bisa cawe-cawe,” ucap Kepala Negara, saat bertemu dengan para pimpinan media nasional, di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/5).

    Jokowi memastikan, cawe-cawe yang dimaksudnya mengarah ke langkah positif. Jokowi ingin memastikan penerusnya dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis, seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, hilirisasi, hingga transisi energi bersih.
    Dia juga menjamin, dalam cawe-cawe ini, dirinya tidak akan melanggar aturan, dan tidak akan mengotori demokrasi. Semua yang dilakukan akan tetap berada dalam koridor konstitusi.

    “Cawe-cawe untuk negara, untuk kepentingan nasional. Saya memilih cawe-cawe dalam arti yang positif. Masak tidak boleh? Masak tidak boleh berpolitik? Tidak ada konstitusi yang dilanggar,” imbuhnya.

    Dia menjelaskan, Indonesia butuh keberlanjutan pembangunan untuk menjadi negara maju. Untuk itu, diperlukan sosok pemimpin yang mau melanjutkan berbagai pembangunan yang sudah dilakukan selama ini. Jokowi tak ingin penerusnya nanti malah menghentikan berbagai upaya pembangunan yang sudah berjalan. “Kepemimpinan itu jangan maju mundur,” tegasnya.

    Untuk Pemilu 2024, Jokowi berkomitmen menghadirkan pelaksanaan yang sehat. Tanpa meninggalkan polarisasi atau konflik sosial di masyarakat. “Pemilu serentak 2024 harus berlangsung secara demokratis, jujur, dan adil,” tegasnya.

    Terkait hak pemilih, Jokowi menggaransi tidak akan ikut campur. Jokowi hanya akan membantu transisi kepemimpinan nasional dengan sebaik-baiknya. “Pilihan rakyat harus dihormati dan diterima,” terang ayah dari Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka itu. (RMID)

  • Ganjar Minta Kualitasnya Bagus-Tahan Lama Untuk Tunjang Pariwisata

    Ganjar Minta Kualitasnya Bagus-Tahan Lama Untuk Tunjang Pariwisata

    JAWA TENGAH,BANPOS – Pembangunan jembatan di Desa Keseneng, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo telah memasuki tahap pemeliharaan dengan nilai kontrak hingga finishing senilai Rp 9,7 miliar.

    Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, meninjau langsung jembatan pada Selasa (30/5). Ganjar memastikan kualitas jembatan yang dibangun dari bantuan keuangan Pemprov Jawa Tengah itu bagus dan tahan lama.

    “Kita cek kualitasnya tadi ada beberapa yang belum tuntas, saya titipkan sama Pemkab Wonosobo untuk dituntaskan, jadi saya minta jangan diterima dulu kalau belum diperbaiki. Jadi kalau nanti belum, kontraktornya suruh memperbaiki,” ujar Ganjar di lokasi.

    Adapun detail jembatan yang menghubungkan dua desa di dua kecamatan yakni Desa Keseneng, Kecamatan Mojotengah dan Desa Candiyasan, Kecamatan Kertek itu memiliki panjang 51,5 meter dan lebar 10,1 meter.

    Untuk lebar jalan di atas jembatan adalah 7 meter dengan pondasi sumuran dan abutmen 2 buah. Lalu dinding penahan tanah untuk ruas kanan seluas 21 meter dan ruas kiri 16 meter sengan saluran drainase selebar 60 meter.

    Dalam tinjauannya, Ganjar masih mendapati kekurangan. Antara lain cat yang terkelupas dan trotoarnya banyak terdapat retakan. Ganjar meminta kontraktor untuk menuntaskan kekurangan itu sebelum target pengerjaan selesai tahun ini.

    “Overall sudah bagus tinggal tadi ada pembuangan airnya biar tidak kotor, mesti tutupnya, terus pipa ini juga mesti ada tutupnya, cat yang sudah terkelupas saya minta untuk dikeruk, ditutup lagi agar kualitasnya bagus,” ucap Ganjar.

    Dengan dibangunnya jembatan tersebut, Ganjar berharap masyarakat dapat menggunakan dan memelihara jembatan bersama-sama.

    Tak hanya itu, sektor pariwisata Sindoro-Sumbing yang menjadi primadona Kabupaten Wonosobo bisa lebih meningkat dengan bertambah mudahnya akses jalan menuju ke sana.

    “Setidaknya ini kan jalurnya nanti tembus ya, bisa membuat transportasi lebih lancar. Dan potensi wisatanya memang bagus sekali Sindoro-Sumbing ini, nanti orang bisa memanfaatkan semuanya,” jelas Ganjar. (RMID)

  • Relawan Mak Ganjar Ajak Ibu-ibu Di Pegadungan Budidaya Cabe

    Relawan Mak Ganjar Ajak Ibu-ibu Di Pegadungan Budidaya Cabe

    JAKARTA BARAT,BANPOS – Sukarelawan Mak Ganjar mengajak puluhan ibu-ibu di Pegadungan, Jakarta Barat untuk budidaya cabe di dalam pot pada Rabu (31/5). Puluhan emak-emak pecinta Ganjar Pranowo ramai mengikuti program ‘Petik Masak’ budidaya cabai.

    Koordinator Mak Ganjar Jakarta Barat, Listiawati menjelaskan program ini juga sebagai gerakan untuk ketahanan pangan di Jakarta. Mak Ganjar turut memberikan pelatihan kepada para ibu-ibu untuk cara budidaya cabe.

    “Jadi Petik Masak ini juga kegiatan mengajarkan menanam pohon cabe kepada ibu-ibu, mereka juga sebelumnya sudah menanam tapi belum membuahkan hasil makanya kita beri pelatihan,” kata Listi, Minggu (28/5).

    Listi menyambung, sekitar 300 bibit pohon cabe dibagikan oleh Mak Ganjar di Pegadungan. Ia juga berharap dengan program ini ibu-ibu bisa mengembangkannya hingga membantu perekonomian keluarga.

    “Karena cabe itu kan penting di dalam rumah tangga, apalagi harga di pasar suka mahal, dengan program ini ibu-ibu bisa panen sendiri dan menikmati hasilnya,” kata Listi.

    Sementara itu salah satu peserta Petik Masak, Erni Setiawati mengatakan kedatangan Relawan Mak Ganjar sangat memotivasi kalangan ibu rumah tangga seperti dirinya.

    “Program ini sangat bagus karena menambah pengetahuan dan kita bisa memiliki kebun sendiri dan juga bisa memetik hasil yang kita tanam,” terang Erni.

    Erni berharap Mak Ganjar bisa lebih banyak merangkul emak-emak seperti dirinya agar bisa terlibat untuk ketahanan pangan dan penghijauan.

    “Semoga ini bisa berkelanjutan untuk emak-emak di Jakarta supaya bisa lebih bermanfaat dan lingkungan menjadi lebih hijau,” katanya. (RMID)

  • Gapura Pemkot Kena Gusur

    Gapura Pemkot Kena Gusur

    Gapura perbatasan Kota Cilegon dengan Anyer Kabupaten Serang akan dibongkar. Untuk itu, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Cilegon masih menunggu persetujuan Badan Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kota Cilegon untuk melakukan pembongkaran.

    Seperti diketahui, gapura penanda perbatasan yang terletak di Kelurahan Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan itu terkena dampak pelebaran jalan nasional oleh Kementerian PUPR.

    Karena dianggap mengganggu, maka tugu atau gapura perbatasan tersebut harus terpaksa dibongkar, namun ada mekanisme dan proses yang harus ditempuh untuk penghapusan sebagai aset Kota Cilegon.

    Kepala Disperkim Kota Cilegon, Ridwan mengatakan pihaknya hanya menunggu persetujuan penghapusan aset dari BPKPAD Kota Cilegon sebelum dilakukan pembongkaran.

    “Surat penghapusan aset itu sudah kami ajukan, tinggal disetujui saja. Begitu disetujui besoknya akan dilakukan pembongkaran,” tutur Ridwan, Selasa (30/5).

    Lebih lanjut, Ridwan mengatakan nantinya gapura perbatasan Kota Cilegon dengan Kabupaten Serang itu bakal di bangun kembali.

    Kendati demikian, dirinya belum memastikan kapan dimulainya pembangunan gapura pengganti namun, saat ini pihaknya masih melakukan tahap perencanaan.

    “Tentu itu akan dibangun, karena itu kan penanda perbatasan cuma saat ini masih tahap perencanaan karena pasti ada perubahan lebar segala macam,” tandasnya.(LUK/PBN)

  • Dishub Cari Solusi Pecahkan Kemacetan di Ciputat

    Dishub Cari Solusi Pecahkan Kemacetan di Ciputat

    TANGSEL, BANPOS – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas Perhubungan (Dishub) berkomitmen untuk mewujudkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas. Salah satunya dilakukan dengan penandatanganan komitmen bersama antar stakeholder terkait.

    Penandatangan komitmen bersama itu diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan, mulai dari jajaran Dishub Kota Tangsel, Satlantas Polres Tangsel, Satpol PP, tokoh masyarakat, hingga perwakilan universitas.

    Kepala Dishub Kota Tangsel, Chaerudin, menerangkan bahwa seperti diketahui transportasi jalan tak ubahnya menjadi ujung tombak dan urat nadi seluruh aktivitas manusia.

    “Sebagai penunjang, penggerak, dan pendorong pembangunan serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang andal, berkemampuan tinggi dalam pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang, guna mendukung pengembangan daerah,” ujar Chaerudin, Selasa (30/5).

    Maka dari itu, lanjut Chaerudin, penataan sistem transportasi yang baik harus diwujudkan. Untuk mewujudkannya, harus mengedepankan faktor efisiensi dan keamanan. 

    “Efisien dapat diukur dari kecepatan dan biaya yang digunakan, sedangkan aman dapat diukur dari keselamatan perjalanan sampai ketempat tujuan,” katanya.

    Jika kedua hal tersebut tak dapat terwujud, maka yang timbul hanyalah masalah kemacetan. “Kemacetan yang akan berakibat pada meningkatnya biaya perjalanan,” imbuhnya.

    Chaerudin menyebut, masalah kemacetan itulah yang menjadi topik pembahasan dalam acara Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) tersebut. Dishub Kota Tangsel dan seluruh stakeholder berkomitmen untuk memecahkan persoalan tersebut.

    “Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Tangerang Selatan merupakan dampak dari meningkatnya pertumbuhan kendaraan tanpa diimbangi oleh peningkatan kapasitas jalan. Oleh karena itu, diperlukan adanya manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengoptimalisasi kinerja ruas jalan dan simpang yang ada di Kota Tangerang Selatan,” terangnya.

    Chaerudin memaparkan, salah satu lokasi yang kerap menyebabkan kemacetan berada di wilayah Ciputat, yakni daerah yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

    “Ruas Jalan Ir. H. Juanda Kecamatan Ciputat Timur dan ruas Jalan Dewi Sartika Kecamatan Ciputat yang berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta Selatan,” paparnya.

    Ia menyebut, kemacetan dapat dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya, yakni imbas dari banyaknya volume lalu lintas dari dan menuju DKI Jakarta yang seringkali terjadi.

    “Baik pada waktu jam sibuk pagi dan sore hari. Oleh karena itu, perlu adanya wadah komunikasi antar stakeholder untuk mencari solusi dalam menangani kemacetan lalu lintas di sepanjang ruas jalan Ir. H. Juanda dan Dewi Sartika,” tegasnya.

    Ia berharap agar forum ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk mensinergikan tugas pokok dan fungsi setiap penyelenggara lalu lintas dan angkutan.

    “Setiap instansi pemerintah beserta stakeholder terkait berkewajiban menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang berkeselamatan, aman, dan nyaman di wilayah Kota Tangerang Selatan. Semoga dengan adanya forum lalu lintas ini dapat mewujudkan terselenggaranya sistem transportasi yang lebih baik dan berkurangnya titik kemacetan lalu lintas, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta pembangunan di wilayah Kota Tangerang Selatan,” tandasnya. (DZH/BNN)

  • Jabatan Kosong Kembali Disorot

    Jabatan Kosong Kembali Disorot

    CILEGON, BANPOS – Masih banyaknya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diisi oleh pejabat Pelaksana Tugas (Plt) kembali mendapat sorotan dari mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC). Tidak hanya OPD diisi Plt, namun permasalahan lambatnya rotasi mutasi pejabat dan belum digelarnya seleksi terbuka atau dikenal open bidding juga disorot kaum intelektual di Kota Baja ini.

    Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang digelar Komisi I DPRD Kota Cilegon dengan memfasilitasi pertemuan antara Pemerintah Kota Cilegon dengan IMC di DPRD Cilegon, Selasa (30/5).

    Ketua PP IMC Arifin Solehudin menganggap, banyak OPD yang diisi Plt kemudian jabatannya diperpanjang diduga telah melabrak aturan.

    Karena masa jabatannya sudah melebihi batas waktu. Sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 1/SE/I/2021 tentang kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).

    Disisi lain, mahasiswa juga mempertanyakan kinerja dari tim panitia seleksi (pansel). Menurutnya tim pansel belum melakukan langkah konkret menyelesaikan masalah tersebut.

    “Ini kenapa sampai hari ini tim pansel belum melakukan langkah konkret. Atau kenapa belum melakukan upaya-upaya untuk segera menyelesaikan persoalan ini,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Arifin menyatakan, IMC mengkritisi masalah tersebut karena menilai akan berdampak pada program kerja yang tertuang dalam RPJMD 2021-2026. Menurutnya dengan kewenangan terbatas seorang Plt maka program kerja yang dijalankan tidak berjalan maksimal. Oleh karena itu, mahasiswa mendesak agar open bidding segera digelar untuk memecahkan masalah tersebut.

    “Maka kami menginginkan tim pansel segera melakukan open bidding. Sehingga masalah bisa segera diselesaikan,” ungkapnya.

    Mahasiswa berpandangan, jangan sampai keputusan yang nanti diambil nanti dalam rotasi mutasi pejabat bernuansa politis.

    “Jangan sampai kemudian ada unsur- unsur, karena ini tahun politik, unsur-unsur titipan segala macamnya. Kami berharap, untuk dilakukan secara terbuka. Supaya mahasiswa dan masyarakat tahu seleksi kepala dinas mempunyai track record yang baik dan yang jelas,” paparnya.

    Menanggapi hal itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cilegon, Maman Mauludin menyatakan, Pemkot untuk mengisi jabatan kepala OPD definitif sedang menempuh tahapan serta mekanisme dan saat ini sedang berproses.

    Proses yang akan ditempuh terlebih dahulu yakni melakukan mutasi dan rotasi pejabat yang diperkirakan akan dilangsungkan pada Juni mendatang. Setelah mekanisme itu ditempuh, Pemkot baru kemudian akan melakukan open bidding.

    Maman menyatakan, baik rotasi mutasi dan open bidding seluruhnya sedang berproses. Salah satunya tengah berkonsultasi kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).

    “Ini semua sedang berproses. Kemarin pun staf saya pak Dhani sudah ke KASN. Insya Allah, besok lusa persetujuan perbaikan, besok saya sudah membuat jadwal pelantikan,” ungkapnya.

    Maman menyatakan, jika konsultasi telah selesai maka tahapan selanjutnya yang ditempuh dilakukan rotasi mutasi. Baru setelahnya, Pansel akan melakukan open bidding.

    “Saya Ketua Pansel akan bergerak selanjutnya jika ada rotasi mutasi,” tuturnya.

    Di tempat yang sama, Kepala Bidang Mutasi, Promosi dan Penilaian Kinerja Pada BKPSDM Kota Cilegon, Dhani Karna Rajasha membantu Sekda menjawab pertanyaan mahasiswa.

    Dhani menyatakan, memang pengisian Plt diatur dalam SE BKN. Namun kewenangan untuk  memperpanjang jabatan Plt berada pada ranah Pejabat Pembina Kepegawaian yaitu Walikota Cilegon. Perpanjangan itu dilakukan untuk menjaga roda pemerintahan agar tetap berjalan.

    “Terkait dengan pengisian untuk Plt memang ketentuannya seperti itu. Tapi mungkin PPK punya pertimbangan lain untuk berjalannya masing-masing di OPD. Karena ketika tiga bulan ganti (Plt), tiga bulan ganti maka OPD akan tidak berjalan efektif,” tuturnya.

    Pada kesempatan tersebut, Ketua Komisi I, Masduki turut menyampaikan pertanyaan kepada Sekda terkait kapan proses rotasi mutasi dan open bidding digelar. Ia menyatakan, pertanyaan itu perlu dijelaskan agar seluruh informasi dapat diketahui oleh masyarakat.

    Tidak hanya Masduki, Sekretaris Komisi I, Agus Setiawan juga mengungkapkan pertanyaan yang sama. Ia menanyakan kapan tepatnya rotasi mutasi dilaksanakan.

    “Kami dari Komisi I meminta Pansel untuk segera mengisi jabatan kosong karena sangat berpengaruh kepada roda Pemerintahan Kota Cilegon. Jangan sampai permasalahan ini berlarut-larut,” tandas Masduki.

    RDP dipimpin langsung oleh Ketua Komisi I DPRD Cilegon, Masduki didampingi Sekretaris Komisi I, Agus Setiawan. Hadir pada rapat tersebut Sekretaris Kota Cilegon, Maman Mauludin, Kepala Inspektorat Kota Cilegon, Mahmudin dan Plt Asda III, Syafrudin dan pejabat lainnya di lingkungan Pemkot Cilegon.(LUK/PBN)