Kategori: PENDIDIKAN

  • DO Mahasiswa Akibat Tuntut Keringanan Biaya Kuliah, FMN Untirta Kecam Rektorat UNAS

    DO Mahasiswa Akibat Tuntut Keringanan Biaya Kuliah, FMN Untirta Kecam Rektorat UNAS

    SERANG, BANPOS – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Nasional (FMN) melakukan aksi mengecam tindakan Universitas Nasional (UNAS) yang dinilai tidak demokratis dengan melakukan Drop Out (DO) kepada dua mahasiswanya, serta 8 mahasiswa lainnya yang mendapatkan sanksi akademik karena melakukan aksi menuntut keringanan biaya kuliah.

    Dua mahasiswa yang di-DO tersebut bernama Krisna Aji dan Deodatus. Dua mahasiswa lainnya mendapatkan sanksi skorsing atas nama Alan dan Sukarno. Sementara 6 mahasiswa lainnya mendapatkan surat peringatan keras.

    Humas aksi, Afifah Qurotulain, menuturkan bahwa saat ini seluruh masyarakat Indonesia terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ia mengaku, pihaknya terus berkoordinasi antar mahasiswa di setiap kampus yang ada, khususnya mahasiswa UNAS.

    “Aliansi UNAS Gawat Darurat (UGD) sejak Mei 2020 terus menyampaikan aspirasi dan tuntutan. Pasalnya, UNAS hanya memberikan potongan biaya kuliah sebesar Rp100 ribu,” ujarnya disela-sela aksi yang digelar di depan kampus Untirta Pakupatan, Jumat (10/7).

    Padahal berdasarkan hasil koordinasi dengan mahasiswa UNAS, pihak kampus telah melakukan penghematan biaya operasional selama kuliah jarak jauh.

    “Ditambah mereka (Rektorat UNAS) juga ternyata melakukan pemotongan upah terhadap pekerjanya. Padahal awal tahun 2020, mahasiswa UNAS telah membayarkan uang kuliahnya secara penuh,” jelasnya.

    Sayangnya, aspirasi dari para mahasiswa UNAS tersebut ternyata direspon dengan keluarnya sanksi akademik dari Rektorat UNAS terhadap 10 mahasiswa yang menggelar aksi. Tak tanggung-tanggung, dua diantaranya bahkan sampai di-DO.

    “Sanksi tersebut diberikan karena mereka para mahasiswa dinilai telah merugikan kampus dengan melakukan aksi unjuk rasa,” katanya.

    Secara tegas, Afifah menyatakan pihaknya sangat mengecam tindakan anti demokrasi yang dilakukan oleh Rektorat UNAS dengan mengeluarkan sanksi DO dan sanksi akademik lainnya, kepada para mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa menuntut keringanan biaya kuliah.

    “Sanksi akademik tersebut menjadi bukti bahwa kampus saat ini belum mampu menjadi institusi yang menjamin demokrasi. Kami juga melihat bagaimana Rektorat UNAS telah membelakangi karakter ilmiah dari institusi pendidikan,” ungkapnya.

    Oleh karena itu, dalam aksi itu pihaknya menuntut agar pihak Rektorat UNAS mencabut surat keputusan DO dua mahasiswa UNAS tersebut tanpa syarat, serta menarik sanksi akademik yang diberikan kepada 8 mahasiswa lainnya.

    “Hentikan intimidasi, kriminalisasi dan tindakan anti demokrasi lainnya terhadap mahasiswa UNAS serta penuhi tuntutan mahasiswa UNAS untuk keringanan biaya kuliah. Lalu berikan bantuan kepada mahasiswa dan dosen dalam menunjang pembelajaran jarak jauh,” tandasnya.

    Untuk diketahui, aksi tersebut juga melibatkan dua organisasi lainnya yakni Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) ranting Untirta dan Serikat Demokratik Mahasiswa Nasional (SDMN) Untirta. (DZH)

  • Pers Terancam di Tengah Pandemi

    Pers Terancam di Tengah Pandemi

    SERANG, BANPOS – Media pers pada masa Pandemi Covid-19 menjadi salah satu unsur yang penting bagi masyarakat. Kendati demikian, media pers menjadi salah satu unsur yang paling terancam dengan situasi yang terjadi akibat Pandemi Covid-19.

    Hal tersebut terungkap dalam webinar yang diselenggarakan oleh UKM Jurnalistik Untirta dengan tajuk ‘Media Pers dalam Pusaran Covid-19’ melalui aplikasi Google Meet.

    Webinar yang diikuti ratusan peserta tersebut menghadirkan tiga narasumber, diantaranya yakni News Producer TvOne, Abdul Mu’iz Sutaji; Sekjen Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI) Banten, Mahesa Apriandi dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Asnil Bambani.

    Ketua Umum UKM Jurnalistik Untirta, Fatur Rohman, dalam sambutannya mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 saat ini, terdapat tantangan baru bagi media pers dalam menjalankan kesehariannya di bidang jurnalistik.

    “Pada situasi saat ini, tentunya terdapat tantangan baru bagi media pers. Bagaimana media bisa bertahan dari bayangan keterpurukan, kemudian bagaimana media pers melindungi para jurnalisnya agar tidak terpapar Covid-19. Hal ini yang perlu sama-sama kita ketahui,” ujarnya, Sabtu (4/7).

    Fatur menuturkan bahwa kehadiran media pers dalam pengungkapan informasi di tengah masyarakat adalah sesuatu yang penting. Akan tetapi juga harus menyajikan informasi yang tidak membuat masyarakat takut.

    “Media pers jadi arus utama dalam hal menginformasikan, penting menyebarluaskan informasi yang akurat, berimbang, dan tidak membuat ketakutan kepada masyarakat,” ucapnya.

    Salah satu narasumber, Abdul Mu’iz, mengatakan bahwa media pers mendapati tantangan dari segi produksi, ekonomi dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

    “Tantangan media pers dalam situasi pandemi Covid-19 terlihat dari produksi pemberitaan yang menurun, ekonomi dan juga ancaman PHK,” terangnya.

    Senada disampaikan oleh narasumber lainnya, Asnil. Ia mengungkapkan bahwa jurnalis mendapat tantangan-tantangan seperti terbatasnya ruang gerak dan turunnya pemasukan.

    Dalam paparannya, Asnil juga menyoroti adanya kekerasan digital terhadap jurnalis. Menurutnya, kekerasan tersebut tak hanya terjadi di tahun ini saja.

    “Sejumlah jurnalis ada yang mendapat ancaman pembunuhan, persekusi dan di-doxing atas pemberitaan yang dibuatnya,” jelas Asnil.

    Sementara itu, salah satu narasumber lainnya, Mahesa, mengkritisi kinerja dari pemerintah daerah (pemda) yang kurang siap akan kebutuhan media.

    “Pemda gagap informasi adanya dampak Covid-19, padahal itu merupakan informasi penting bagi masyarakat,” tandasnya. (DZH)

  • Tuntut Penyesuaian UKT, Mahasiswa Untirta Aksi di Rektorat

    Tuntut Penyesuaian UKT, Mahasiswa Untirta Aksi di Rektorat

    SERANG, BANPOS – Puluhan mahasiswa Untirta melakukan aksi di depan rektorat untuk menuntut penyesuaian besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT). Mereka menegaskan bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19, perekonomian orangtua mahasiswa sangat terpukul sehingga dibutuhkan adanya penyesuaian besaran UKT.

    Berdasarkan pantauan BANPOS, para mahasiswa membentangkan spanduk bertuliskan ‘Sultan Kok Pelit’ dan ‘Potong UKT 50% Demi Kesejahteraan’. Selain itu, mereka juga meneriakkan yel-yel ‘Berikan kami potongan UKT’ dan ‘Ekonomi sulit, Untirta kok pelit’.

    Salah satu massa aksi, Baihaqi, menegaskan bahwa para mahasiswa menuntut kepada pihak rektorat untuk memberikan pembebasan UKT sebesar 50 persen dan subsidi kuota internet yang layak. Sebab, kondisi pandemi Covid-19 sangat menyulitkan mereka.

    “Kondisi kehidupan mahasiswa yang semakin sulit akibat adanya Pandemi Covid-19 dan adanya penurunan penghasilan orangtua mahasiswa, sehingga mahasiswa terbebani oleh banyaknya biaya yang harus dikeluarkan,” ujar Baihaqi di depan gedung rektorat, Kamis (2/7).

    Dalam aksi itu, mereka menuntut agar rektorat Untirta dapat mengeluarkan kebijakan pembebasan UKT minimal 50 persen dan atau penyesuaian UKT minimal menurunkan 2 golongan UKT.

    “Berikan subsidi Kuota selama Pembelajaran Jarak Jauh sebesar Rp100.000/bulan. Kami juga menuntut Rektorat untuk membuat mekanisme (SOP) dalam pembelajaran jarak jauh,” terangnya.

    Tuntutan lainnya yakni rektorat harus memenuhi kebutuhan pokok mahasiswa perantau yang masih ada di Serang dan rektorat harus menghentikan tindakan anti demokrasi yang dilakukan pihak kampus terhadap mahasiswa.

    Perwakilan massa aksi pun diterima oleh pihak rektorat. Audiensi berlangsung selama kurang lebih dua jam. Namun, hasil audiensi ternyata masih belum memuaskan para mahasiswa.

    Perwakilan mahasiswa yang ikut beraudiensi, Faiz, mengatakan bahwa pihak rektorat yang diwakili oleh Wakil Rektor 2, Kurnia Nugraha, tidak mau menandatangani nota kesepahaman terkait tuntutan yang mereka suarakan.

    “Pak Wakil Rektor 2 tidak mau memberikan tanda tangan pada nota kesepahaman yang kami sodorkan. Jadi tidak ada tuntutan dari kami yang dipenuhi oleh pihak rektorat,” terangnya.

    Oleh karena itu, dirinya mengaku akan kembali mendiskusikan tindaklanjut hasil aksi tersebut. Namun ia menegaskan, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan kembali menggelar aksi massa.

    “Ini akan kami rundingkan dulu bersama dengan kawan-kawan ormawa untuk bagaimana skema kedepannya. Kami juga akan mengaji lagi data yang kami terima dari rektorat, kalau memang valid maka kami akan lanjutkan dengan aksi lagi,” tandasnya.

    Untuk diketahui, pada Senin (29/6) yang lalu, BEM KBM Untirta bersama dengan perwakilan BEM Fakultas dan DPM serta MPM melakukan audiensi dan disiarkan langsung melalui akun resmi BEM KBM Untirta.

    Hasilnya, pengajuan pendaftaran penyicilan, penundaan, penyesuaian, pembebasan UKT semester akhir dan mahasiswa yatim/piatu diperpanjang hingga 17 Juli mendatang.

    Untuk pengajuan penyesuaian UKT yang diterima, akan diturunkan golongan UKTnya menjadi golongan 2 hingga golongan 3. Rektorat pun menjamin pengajuan yang sesuai syarat akan diterima. (DZH/AZM)

  • Audiensi Dengan Asda 1, Saung Inggris Kanguru Siap Kolaborasi Dengan Pemkab Pandeglang

    Audiensi Dengan Asda 1, Saung Inggris Kanguru Siap Kolaborasi Dengan Pemkab Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Saung Inggris Kanguru semakin memantapkan jejaknya didunia pendidikan dan sosial di Banten, khususnya di wilayah Kabupaten Pandeglang. Hal ini ditandai dengan audiensi pendiri Saung Inggris Kanguru, Abbadi Said Thalib bersama dengan Asisten Daerah (Asda) I Bagian Pemerintahan Kabupaten Pandeglang, Ramadani.

    Dalam kesempatan tersebut, Ramdani mendukung penuh kegiatan Saung Inggris Kanguru. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya selalu mendukung jika ada para pemuda Pandeglang yang ingin membantu peran Pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa melalui program-program inovasi sosial.

    “Hal itu merupakan suatu terobosan baru di Pandeglang saat ini. Kebetulan kami sendiri menaungi belasan instansi kedinasan dan seluruh Kecamatan, Desa dan Kelurahan,” ujarnya.

    Sehingga, kata dia, dalam hal ini pihaknya dapat menyinkronkan program dengan Dinas-dinas terkait.

    “Seperti halnya untuk program pelatihan kewirausahaan bagi para penyandang disabilitas bisa bekerjasama dengan Disnaker,” tandasnya.

    Senada diungkapkan oleh kepala bidang UMKM Saung Inggris Kanguru, Dede Taofik. Saat ini pihaknya melihat potensi yang sangat besar di Kabupaten Pandeglang, salah satunya ialah dibidang UMKM.

    “Saat ini kami sedang menyusun program pemberdayaan para penyandang disabilitas, kami berharap para penyandang disabilitas dapat mengeksplorasi kemampuan individu masing-masing dan bisa mandiri secara finansial,” ujarnya.

    Sebab ia memandang, saat ini banyak yang terkena dampak dari wabah Covid-19 ini. Beberapa waktu yanh lalu pun, pihaknya telah menyebar bantuan sosial kepada para penyandang disabilitas.

    “Dalam kegiatan tersebut, kami banyak berbincang dengan mereka dan menerima keluh kesah mereka, sehingga kami ingin mereka tidak dipandang sebelah mata dan juga dapat berdikari secara mandiri,” ucapnya.

    Begitupun dengan Abbadi Said Thalib. Ia menuturkan bahwa program-program Saung Inggris Kanguru, kedepan dapat mencakup secara luas, tidak hanya mengajar bahasa inggris secara gratis. Akan tetapi, pihaknya pun ingin memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengembangkan beberapak sektor seperti perikanan, budidaya, peternakan, kerajinan tangan, membatik, menjahit dan juga para usaha mikro kecil menengah yang membutuhkan pendampingan dan pelatihan secara khusus.

    “Hal ini guna mendongkrak penjualan secara masif, sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga mereka. Kami berharap baik Pemerintah daerah maupun swasta, dapat bermitra dengan kami melalui beberapa program-program inovasi sosial kedepannya,” tandasnya. (DZH)

  • Untirta Gelar Webinar Skala Internasional

    Untirta Gelar Webinar Skala Internasional

    SERANG, BANPOS – Program Studi Magister Manajemen (Prodi MM) Pascasarjana Untirta menggelar Webinar skala internasional dengan mengangkat tema ‘The Role of Artificial Intelligence to Overcome Covid-19 in Taiwan’.

    Webinar International ini merupakan yang pertama kalinya digelar oleh Prodi MM Untirta dan diikuti oleh 300 peserta. Diketahui, pesertanya bukan hanya berasal dari lintas daerah di Indonesia, akan tetapi juga diikuti oleh peserta dari luar negeri yaitu, Taiwan, China, Bangladesh, India dan Singapore.

    Direktur Pascasarjana Untirta, Aan Asphianto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pentingnya berbagi ilmu dan informasi, terutama terkait dengan penanganan wabah Covid-19, agar seluruh pihak dapat belajar dan mengambil pengalaman dari sebuah negara yang sudah terbukti berhasil menangani wabah tersebut.

    “Untuk itu, selain dalam upaya untuk meningkatkan kerjasama antar kampus bertaraf internasional, penyelenggaraan acara dengan mengangkat hot issue seperti ini patut diapresiasi oleh semua pihak,” ujarnya dalam sambutan sekaligus membuka kegiatan, Rabu (1/7).

    Ketua pelaksana, Agus David Ramdansyah, mengatakan bahwa tujuan diselenggarakan kegiatan tersebut adalah selain sebagai salah satu implementasi program kerja Prodi MM Untirta, yakni kolaborasi dengan kampus luar negeri dalam hal ini dengan Taiwan Medical University (TMU), juga untuk mempelajari dan menggali ilmu, pengetahuan, teknologi dan pengalaman dari seorang ahli Riset dengan memanfaatkan Big Data, khususnya dalam penanganan Covid-19.

    “Kami berharap, peningkatan kerjasama dan kolaborasi dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi antara Untirta dan TMU ini akan lebih erat dengan rancangan program yang lebih terencana dan terukur di masa yang akan datang. Kami juga berharap setelah mengikuti acara ini, para peserta akan memperoleh wawasan yang lebih luas dalam hal riset,” tuturnya yang juga merupakan Ketua Prodi MM Untirta.

    Keynote speaker yang merupakan seorang ahli Big Data sekaligus Dekan pada TMU, Ben-Chang Shia, menguraikan akan pentingnya pengelolaan data untuk diolah dan dianalisis dengan benar dengan menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan.

    “Salah satu keberhasilan para peneliti di Taiwan diantaranya adalah mampu memprediksi pola aktivitas virus corona. Dengan demikian, Taiwan selalu memiliki kewaspadaan dan bersiap untuk menghadapi epidemic yang timbul dari China tanpa harus melakukan Total Lockdown,” katanya.

    Padahal menurut data, dari populasi penduduk Taiwan yang berjumlah sekitar 23 juta jiwa, sebanyak 850.000 orang bertempat tinggal dan 404.000 orang bekerja di China. Selain itu pada tahun 2019, banyak wisatawan China berkunjung ke negeri itu.

    “Dapat dibayangkan bagaimana sibuknya lalulintas orang antara China dan Taiwan. Sementara jarak kedua negara tersebut hanya sekitar 130 kilometer yang dipisahkan oleh Selat Taiwan,” terangnya.

    Webinar tersebut ditutup oleh Rektor Untirta, Fatah Sulaiman. Dalam penutupan tersebut, Fatah Sulaiman menyampaikan kegembiraan dan apresiasinya atas penyelenggaraan acara yang diinisiasi oleh Prodi MM Untirta ini.

    Dalam catatannya, Fatah Sulaiman menegaskan pentingnya untuk membuat sebuah starategi dalam mengumpulkan, me-manage dan memanfaatkan data, untuk berbagai kepentingan. Sehingga dari waktu ke waktu dapat memiliki ‘harta karun’ Big Data yang sangat besar manfaatnya untuk dianalisis guna berbagai kepentingan pembangunan.(DZH)

  • Mahasiswa UPI Bandung Ngabdi di Menes, Bantu Pencegahan dan Penanganan Covid-19

    Mahasiswa UPI Bandung Ngabdi di Menes, Bantu Pencegahan dan Penanganan Covid-19

    MENES, BANPOS – Meskipun di tengan pandemi Covid-19, mahasiswa UPI Bandung tetap menggelar tugas Kerja Kuliah Nyata (KKN). Berbeda dengan KKN sebelum pandemi, kali ini KKN difokuskan untuk mengabdi kepada masyarakat dalam hal pencegahan Covid-19.

    Selain itu, pengabdian bertajuk Kuliah Kerja Nyata Tematik Pencegahan Covid-19 untuk Mewujudkan Merdeka Belajar (KKN Tematik Covid-19 MMB)’ itu dilakukan di tempat tinggal masing-masing mahasiswa. Dengan demikian, para mahasiswa benar-benar dapat mengabdi kepada masyarakat terdekatnya.

    Salah satu mahasiswa UPI Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Ilmu Keolahragaan, Mamay Maemunah, menggelar KKN Tematik Covid-19 di Kampung Wangun, Desa Sindangkaya, Kecamatan Menes, Pandeglang-Banten.

    “Saya merasa bersyukur walaupun kondisi seperti ini masih dapat melakukan KKN. Dengan keterbatasan aktivitas seperti kami diminta social distancing dan lain-lain, tapi masih bisa ikut berkontribusi membantu masyarakat di tempat saya tinggal,” ujarnya, Kamis (25/6).

    Mamay mengatakan, kegiatan KKN yang dilakukan olehnya kali ini fokus pada upaya pencegahan dan penanggulangan dampak Covid-19. Untuk kegiatannya yakni membagikan sembako untuk anak yatim, membagikan APD bagi sebagian masyarakat seperti hand sanitizer, masker dan disinfektan.

    Selain itu, ia juga melakukan edukasi melalui poster dan video yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk berolahraga. “Alhamdulillah kegiatan ini dapat membantu sebagian masyarakat di Desa Sindangkarya dalam mencegah wabah Covid-19,” tuturnya.

    Kepala Desa Sindangkarya, Andi, mengatakan bahwa dengan adanya program KKN dari UPI ini sangat membantu pihak Desa utamanya tim gugus tugas Covid-19 tingkat desa.

    “Tim gugus tugas bisa bersinergi dengan peserta KKN dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19. Kami merasa bersyukur kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik,” ungkapnya.

    Sementara itu, Suhana salah satu warga Desa Sindangkarya mengaku dirinya merasa terbantu dengan adanya program KKN yang dilakukan mahasiswa UPI. “Kami merasa terbantu dalam pencegahan virus ini dan jadi lebih tahu cara-cara penanggulangannya,” terangnya.

    Terpisah, Dosen Pembimbing Lapangan dan Koordinator Pengembangan Tema KKM Tematik LPPM UPI, Leni Anggraeni, mengungkapkan bahwa dirinya sangat bahagia bisa melihat mahasiswa KKN UPI dapat berkontribusi secara ‘pentahelix’ dengan pemerintah, masyarakat, akademisi, mitra swasta dan media.

    Hal itu menurutnya untuk saling bergotong-royong melakukan upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 dengan cara-cara yang kreatif, yang bertumpu pada media daring.

    “Harapannya melalui sinergitas yang terbangun, bisa mengedukasi masyarakat dan turut mempercepat penanganan Covid-19 khususnya di Kecamatan Menes,” tandasnya. (DZH/AZM)

  • Penerimaan Siswa Baru, 25 SMAN di Lebak Kekurangan Peserta Didik

    Penerimaan Siswa Baru, 25 SMAN di Lebak Kekurangan Peserta Didik

    LEBAK, BANPOS – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Kantor Cabang Dinas Kabupaten Lebak, merilis laporan penerimaan peserta didik SMA Negeri tahun ajaran baru 2020.

    Dalam rilis yang diterima wartawan, Kepala Kantor Cabang Dinas Dindikbud Banten Wilayah Lebak, Siroiudin Al-Farisy mengatakan, ada 25 SMA Negeri di Kabupaten Lebak yang kekurangan peserta didik.

    Itu terjadi kata Sirojudin, disebabkan karena jangkauan yang jauh dari SMP/MTs, zonasi yang berdekatan dengan sekolah negeri lain dan menunggu muntahan dari sekolah yang dianggap favorit.

    Selain sekolah tersebut jauh dari kota Kecamatan dan daerah tertentu kata Sirojudin, biasanya daftar manakala sekolahnya sudah aktif.

    Ditanya soal ketentuan jarak lokasi kediaman calon peserta didik ke sekolah ditentukan oleh panitia penerimaan siswa baru, kepada wartawan Sirojudin mengatakan, hal tersebut bukan ditentukan namun diverifikasi.

    “Itu diverifikasi jarak terdekat dan terjauh dari zonasi, bukan ditentukan,” ungkapnya

    Berikut data laporan penerimaan peserta didik SMA Negeri Kantor Cabang Dinas Wilayah Lebak per 21 Juni 2020. Total SMA Negeri berjumlah 36 sekolah, jumlah kuota 7.740, jumlah pendaftar 6.745. Kekurangan peserta didik tercatat sebanyak 996.

    Adapun distribusi jalur pendaftaran, zonasi 76.89 persen sekitar 5.951 Afirmasi 6,01 persen sekitar 469, perpindahan orang tua 0, 49 persen sebanyak 38 dan prestasi 3,76 persen sebanyak 291 orang calon peserta didik.

    Sekolah yang kekurangan peserta didik 25 meliputi SMAN 1 Cidadak, SMAN 1 Cibeber, SMAN I Cileles, SMAN Curugbitung, SMAN I Gunungkencana, SMAN I Bayah, SMAN 1 Sobang, SMAN 2 Banjarsari, SMAN 3 Cibeber, SMAN 1 Muncang, SMAN 1 Cilograng dan SMAN 1 Leuwidamar.

    Selain itu, SMAN 1 Cijaku, SMAN 1 Panggarangan, SMAN 2 Leuwidamar, SMAN 1 Cihara, SMAN 2 Maja, SMAN 1 Cimarga, SMAN 1 Bojongmanik, SMAN 1 Kalanganyar, SMAN 2 Bayah, SMAN 2 Malingping, SMAN 1 Sajira dan SMAN 2 Panggarangan.

    Sementara sekolah kelebihan peserta didik sebanyak 11 sekolah antara lain, SMAN 1 Maja, SMAN 1 Warunggunung, SMAN 3 Rangkasbitung, SMAN 1 Malingping, SMAN 1 Cigemblong, SMAN 1 Cikulur, SMAN 1 Rangkasbitung, SMAN 1 Wanasalam, SMAN 1 Cipanas, SMAN 2 Rangkasbitung dan SMAN 1 Banjarsari. (CR-01/PBN)

  • Siswi SMKN 3 Pandeglang Juara 1 Penganugerahan Duta Anak

    Siswi SMKN 3 Pandeglang Juara 1 Penganugerahan Duta Anak

    PANDEGLANG, BANPOS – Siswi SMKN 3 Pandeglang berhasil menyabet juara 1 Penganugerahan Duta Anak Kabupaten Pandeglang. Siswi bernama Dini Ratna Sari bersama dengan dua anak lainnya, berhasil menjadi Duta Anak Kabupaten Pandeglang setelah melewati berbagai tahapan yang ada.

    Kegiatan tahunan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Pandeglang bersama dengan Forum Anak Kabupaten Pandeglang itu digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

    Dini Ratna Sari, yang berasal dari SMKN 3 Pandeglang berhasil meraih juara 1 Duta Anak Kabupaten Pandeglang Tahun 2020. Disusul oleh Rizky Rojabi sebagai juara 2 dan Irna Indah sebagai juara 3 sekaligus Duta Anak Terfavorit.

    “Penganugerahan Duta Anak ini sebagai sarana untuk menjembatani aspirasi anak-anak di Kabupaten Pandeglang, sekaligus upaya pemenuhan Hak Anak di Kabupaten Pandeglang,” ujar Kepala DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang, Didi Mulyadi, di aula kantor DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang, Kamis (25/6).

    Sementara itu, Duta Anak Kabupaten Pandeglang 2019, Amwal Syahrul, mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan tersebut, pengoptimalan peran anak sebagai pelopor dan pelapor dapat semakin baik di Kabupaten Pandeglang.

    “Dengan adanya Penganugerahan Duta Anak Kabupaten Pandeglang ini, diharapkan peran anak sebagai pelopor dan pelapor semakin optimal,” kata Amwal Syahrul.

    Dini Ratna Sari mewakili Duta Anak Kabupaten Pandeglang 2020 lainnya mengatakan, dirinya dan teman-temannya akan mengemban amanah tersebut agar cita-cita Kabupaten Pandeglang Layak Anak dapat benar-benar terwujud.

    “Selaku Duta Anak Pandeglang 2020 terpilih, saya akan berusaha menjalankan amanah ini dengan baik guna membantu pemerintah untuk mewujudkan Kabupaten Pandeglang Layak Anak,” terangnya seusai kegiatan.

    Sebagai informasi, penganugerahan Duta Anak Kabupaten Pandeglang 2020 sendiri memiliki beberapa tahapan seleksi. Tahapan pertama yaitu pendaftaran daring melalui google form yang diikuti lebih dari 70 anak di seluruh Pandeglang.

    Dari 70 pendaftar, lalu terpilih 25 anak yang kembali mengikuti tahapan seleksi kedua, yaitu seleksi wawancara, presentasi dan problem solving. Tahapan seleksi kedua menghasilkan 10 finalis Duta Anak Kabupaten Pandeglang yang akan melaju ke tahap akhir.

    Para 10 finalis Duta Anak yang telah terpilih, kembali mengikuti tahap akhir dengan memaparkan visi-misi dan problem solving isu-isu anak. Penganugerahan Duta Anak Kabupaten Pandeglang 2020 ini berjalan dengan lancar dan menghasilkan tiga Duta Anak Kabupaten Pandeglang Tahun 2020.

    Terpilih nya 3 Duta Anak Kabupaten Pandeglang Tahun 2020 diharapkan menjadi jembatan dalam pemenuhan hak-hak anak di Kabupaten Pandeglang dan memudahkan pemerintah dalam menggapai aspirasi-aspirasi anak untuk pembangunan. (DZH/PBN)

  • PPDB SD, SMP ‘Favorit’ di Lebak Kelebihan Kuota

    PPDB SD, SMP ‘Favorit’ di Lebak Kelebihan Kuota

    LEBAK, BANPOS – Terjadi kelebihan jumlah pendaftar pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang telah dibuka sejak 4 Mei lalu. Dinas Pendidkan dan Kebudayan (Disdikbud) Lebak mencatat kelebihan jumlah tersebut terjadi pada jenjang sekolah tingkat SD, dan SMP. Diketahui, penutupan PPDB akan dilakukan pada 1 Juli 2020

    Kasi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SMP Bidang SMP Dindikbud Lebak, Budiana Sofyan menyebutkan, walaupun masa PPDB belum berakhir, sejumlah sekolah pada jenjang SD, dan SMP mengalami kelebihan jumlah pendaftar dengan kouta siswa yang dimiliki pihak sekolah.

    Dari hasil identifikasinya, kelebihan kuota tersebut terjadi pada sekolah-sekolah yang berada di wilayah perkotaan.

    “Untuk jumlah total peserta PPDB saya belum mendapatkan laporannya, karena masih berlangsung. Namun, ada beberapa sekolah di wilayah perkotaan yang melapor telah overload (kelebihan kuota pendaftar, red), seperti SMPN 1, 2 , 3 dan Rangkasbitung,” ujar Budiana, Rabu (24/6).

    Hal tersebut terjadi karena, masih adanya penilaian masyarakat mengenai sekolah favorit. Hal ini menyebabkan, banyak calon peserta didik yang fokus mendaftar pada beberapa sekolah saja.

    Selain itu, ditemukan juga adanya data ganda, dengan peserta didik yang mendaftar lebih dari satu kali, bahkan terdapat sejumlah kasus dimana peserta didik mendaftar lebih di satu sekolah.

    Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya telah memetakan sekolah mana saja yang dibawah naungan Disdikbud Lebak yang masih dapat menampung para peserta PPDB.

    Direncanakan, pihaknya akan mengusulkan sekolah-sekolah tersebut kepada pihak sekolah yang mengalami kelebihan peserta, agar dapat mengarahkan calon siswanya ke sekolah-sekolah yang masih dapat menampung siswa tersebut.

    “Nanti pihak sekolah akan mengusulkan pada calon peserta didik yang tidak keterima sekolah mana saja yang masih memiliki kouta siswa, ” katanya.

    Ia mengungkapkan, PPDB di Kabupaten Lebak sendiri dilakukan dengan cara semi daring, dimana ada sekolah yang membuka PPDB secara daring maupun tatap muka.

    Hal tersebut mengingat letak geografis Kabupaten Lebak yang terdiri dari 28 Kecamatan dan keterbatasan sumber daya.

    Dalam PPDB tersebut, terdapat tiga jalur pendaftaran yang dibuka yakni, jalur zonasi, jalur prestasi, dan afirmasi untuk masyarakat kurang mampu.

    Adapun kendala dalam pelaksanaan PPDB itu sendiri merupakan keterbatasan sumber daya, dan sukitnya menghapus pandangan masyarakat mengenai sekolah favorit sehingga menyebabkan para calon peserta didik memaksakan diri untuk mendaftar pada sekolah tersebut. Padahal, mekanisme penerimaan peserta didik sendiri pada jalur umum dilakukan dengan sistem Zonasi.

    “Banyak masyarakat yang memaksakan diri untuk masuk ke sekolah favorit. Padahal peluangnya kecil, karena saat ini semuanya diberlakukan sistem zonasi, dengan ketentuan jarak rumah calon peserta didik termulai 1 sampai 6 Kilometer. Jika jaraknya sama dengan peserta didik lain, maka yang dilihat umurnya, dimana umur yang paling tua, itu dipioritaskan, ” tuturnya.

    Dikatakannya, untuk alur PPDB tahun depan, pihaknya menargetkan akan menggunakan suatu aplikasi dengan server yang terpusat di Disdikbud Lebak. Hal tersebut dilakukan agar proses PPDB dapat dilakukan secara daring diseluruh wilayah Kabupaten Lebak.

    “Kita targetkan untuk tahun depan semua online (daring, red), server juga sudah kami siapkan, tinggal aplikasinya saja yang juga tengah kita ajukan,” tandasnya.(DHE/PBN)

  • Pusat Layanan Internasional Untirta Gelar Webinar “International Students Experience Sharing”

    Pusat Layanan Internasional Untirta Gelar Webinar “International Students Experience Sharing”

    SERANG, BANPOS – Pusat Layanan Internasional Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menyelenggarakan webinar yang berjudul PLI-TAlK : International Students Experience Sharing dengan pembicara Sarra Ben Bdira dari Tunisia, Keese Ngabwe dari Zambia serta Alican Mendez Pandapatan dari Philipina. Mereka merupakan mahasiswa program beasiswa Dharmasiswa dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan didalam mempelajari Bahasa, Seni dan Budaya selama 10 bulan

    “Tujuan dari acara ini adalah untuk sharing pengalaman mengenai petualangan menjadi mahasiswa internasional dengan harapan memotivasi para milenial khususnya untuk memiliki ‘International Experience’,” ungkap Pusat Layanan Internasional Untirta, Udi Samanhudi.

    Menurutnya, international experience juga memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan diri seseorang untuk jangka waktu panjang.

    “Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan didalam proses student exchange, persiapan yang matang, bagaimana kita keluar dari zona nyaman, serta bagaimana menjadi pribadi yang tangguh,” ujar Udi, menyimpulkan pembicara asal Philipina, Alican.

    Lebih lanjut, kata Udi, pembicara asal Tunisia, Sarra mengaku, saling menghargai dan menghormati adalah hal sangat penting. Sedangkan Kesse, asal Zambia mengatakan, selalu berprinsip menikmati proses adalah hal yang terbaik.

    “Kelanjutan dari program Dharmasiswa ini, Kesse akan menjadi mahasiswa Internasional pertama di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,” terang Udi.

    Pengalaman yang luar biasa dari peserta, terutama keika menikmati alam yang begitu indah di Indonesia, mempelajari berbagai seni, budaya serta bagaimana keramahan penduduk lokal. Menjadi mahasiswa internasional juga secara tidak langsung menumbuhkan kepekaan akan perbedaan perspektif, etnis dan budaya yang berakar dari kearifan lokal masing-masing.(MUF/AZM)