CIRUAS, BANPOS – Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MA Al-Khairiyah Pipitan memperingati hari guru dengan cara yang cukup unik. Pasalnya, mereka memperingati hari guru dengan cara mencuci kendaraan guru, menyemir sepatu dan juga menyambut guru dengan seduhan kopi.
“Jadi kami dari OSIS ke 48 MA Al-Khairiyah Pipitan bersama dengan para panitia membuat peringatan yang berbeda dalam hari guru ini. Pertama, pada saat guru datang itu kami sambut dengan shalawatan,” ujar Wakil Ketua OSIS, Khoirunnisa, Senin (25/11).
Selanjutnya, kata Khoirunnisa, para guru diajak menuju aula sebagai tempat acara peringatan hari guru itu. Di sana, mereka melangsungkan acara secara formal. Namun, sebagian panitia lainnya berada di lapangan.
“Mereka yang di lapangan inilah mereka mencuci motor para guru sebagai bentuk bakti mereka terhadap guru-guru kita,” jelasnya.
Selain mencuci kendaraan, para murid itu juga menyemir sepatu para guru yang ada. Tak lupa, mereka pun menyediakan kado spesial yang diberikan kepada pahlawan tanpa tanda jasa itu.
“Kami pun juga melakukan potong tumpeng. Jadi potong tumpeng ini sebagai bentuk syukur kita bahwa kita saat ini masih bisa diberikan kesempatan untuk memperingati hari guru, dan mengenyam pendidikan yang layak,” ucapnya.
Suasana harmonis yang terbangun antara guru dan murid itu, lanjutnya, diselingi dengan penampilan-penampilan yang telah disiapkan oleh OSIS. Hiburan inipun menambah suasana harmonis antara guru dengan murid.
“Penampilan-penampilan yang dipersembahkan untuk para guru di antaranya yaitu musikalisasi puisi, paduan suara, marawis, nasyid, nadhoman, pidato, dan lainnya,” kata Khoirunnisa.
Di akhir, ia mengatakan bahwa acara tersebut ditutup dengan halal bi halal. Tujuannya, untuk mempererat hubungan antara guru dengan muridnya.
“Karena kita tahu, hubungan antara guru dengan murid itu harus terjalin dengan baik. Komunikasi yang terbangun juga harus baik, agar kegiatan belajarnya juga baik,” tandasnya. (DZH)
SERANG, BANPOS – Ada yang berbeda dalam rangkaian peringatan hari guru di Kota Serang. Pasalnya, selain diisi dengan senam bersama guru se-Kota Serang, juga diisi dengan lomba gobak sodor antar guru.
Wakil Walikota Serang, Subadri Ushuludin, pun turut meramaikan lomba permainan tradisional itu. Terlihat sesekali Subadri ‘menggocek’ lawannya. Bahkan, ia juga sempat tersungkur ke tanah karena terkena oleh lawan tanding.
“Ini merupakan upaya kita dalam melestarikan permainan tradisional yang saat ini sudah jarang sekali dilakukan. Makanya, kami selaku pemerintah mencoba untuk menunjukkan bahwa permainan ini masih eksis loh,” ujar Subadri kepada awak media, Sabtu (23/11).
Sementara itu, Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) pada Dindikbud Kota Serang, Zeka Bachdi, mengatakan pihaknya sengaja mengadakan perlombaan gobak sodor ini, sebagai bentuk implementasi visi Kota Serang.
“Dalam visi Kota Serang itu bagaimana menjadikan Kota Serang berdaya dan berbudaya. Jadi permainan-permainan budaya seperti gobak sodor ini, ya harus digalakkan,” katanya.
Selain itu, ia mengaku bahwa diadakannya perlombaan ini karena kondisi guru yang selama seminggu selalu mengajar, sehingga butuh diberikan kegiatan yang sifatnya bersenang-senang.
“Jadi memang ini juga sebagai bentuk having fun dari kami untuk guru-guru. Supaya mereka lebih baik dalam mengajar, tentu perlu yang namanya refreshing. Dan inilah yang kami bisa berikan,” tandasnya. (DZH)
SERANG, BANPOS – Sekolah Dasar (SD) Instruksi Presiden (Inpres) Negeri Cilampang, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang Banten yang sudah beroperasi sejak tahun 1979, diketahui berdiri di atas lahan yang bukan milik Pemerintah kota (Pemkot) Serang. SD yang dibangun pada tahun 1978 ini, yang pada saat itu masih di bawah naungan pemerintah Provinsi Jawa Barat, kini digugat oleh Ruslan bin Sirad, sebagai ahli waris lahan.
Didampingi oleh pengacara dari Lembaga Badan Hukum (LBH) Jaya Perkasa, Ruslan bin Sirad membawa kasus ke Pengadilan Negeri Serang. Jalan itu ditempuh olehnya, sebab hingga saat ini Pemkot Serang atau pengguna lahan dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang, dinilai tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan persoalan lahan tersebut.
“Kami ke sini ingin membuktikan bahwa lahan yang digunakan oleh SD Cilampang ini bukan milik Pemerintah, melainkan milik ahli waris,” ungkap Hernanto Purnama, LBH Jaya Perkasa, saat akan mengikuti tahap pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri Serang, Rabu (20/11).
Diketahui, Ruslan mengajukan gugatan bentuk perbuatan melawan hukum kepada masing-masing tergugat I Walikota Serang, tergugat II Dindikbud Kota Serang, turut tergugat I Bupati Serang, turut tergugat II Dindikbud Kabupaten Serang. Dalam gugatannya, ia meminta agar lahan yang merupakan sebidang tanah seluas 2320 meter persegi dikembalikan kepada ahli waris.
“Kalaupun memang tidak dikembalikan, bagaimana caranya hak ahli waris ini kembali. Bisa ganti rugi atau relokasi, atau bisa juga Pemda kota serang menyewa kepada ahli waris,” ujarnya.
Sebelumnya, ia menjelaskan bahwa tergugat Walikota Serang, atas pelimpahan aset dan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten Serang yang juga sebagai turut tergugat I ke Pemkot Serang berdasarkan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2007, tentang pembentukan Kota Serang serta Berita Acara tentang penyerahan aset milik pemerintah kabupaten Serang kepada pemerintah kota Serang.
“Pengakuan Hak milik tanah yang diakui oleh Pemerintah kota Serang, sedangkan tanah tersebut sebetulnya masih milik ahli waris. Kami sudah menelusuri hingga ke Pemerintah Jawa Barat, dimana mereka mengakui bahwa lahan tersebut memang masih milik ahli waris yang dipakai untuk kepentingan umum,” terangnya.
Hari ini, lanjut dia, tahap pemeriksaan perkara awal dan akan dilanjutkan pada tanggal 27 November mendatang. Sidang tidak dapat dilanjutkan, mengingat ada beberapa pihak yang tidak memenuhi persidangan. Hadir dalam kesempatan tersebut pihak Dindikbud Kota Serang.
“Kami sudah menelusuri kebenerannya, kami menemukan adanya penyimpangan dan ditelusuri sampai ke Pemda Jawa Barat. Terakhir, kami mencoba ke aset Provinsi Banten dan kota serta kabupaten Serang. Mereka mengakui bahwa tidak hanya tanah tersebut saja yang tidak diurus oleh pemerintah,” jelasnya.
Pihaknya menginginkan adanya pertanggungjawaban dari baik Walikota Serang maupun Bupati Serang. Sebab, kata dia, hal seperti ini tidak boleh dibiarkan. Mengingat hal tersebut dapat merugikan baik materiil maupun inmateriil dari ahli waris atas kelalaian pemerintah dalam menyelesaikan persoalan lahan tersebut.
“Kami mengacu kepada Inpres sebagai dasar berdirinya sekolah. Dalam hal ini, pendirian gedung sekolah diatas tanah milik orang tua Penggugat
SIRAD (alm) bin JAMAR (alm) tidak dibangun secara serta merta, ada proses yang harus dilalui sebelum SD Inpres Cilampang di bangun,” katanya seraya menegaskan hal itu berdasarkan Pasal 4 Lampiran Instruksi Presiden (inpres) Nomor 3 Tahun 1977 Tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar.
Peraturan tersebut berbunyi ‘Penentuan lokasi gedung sekolah dalam masing – masing daerah tingkat II di tetapkan oleh Bupati/Walikotamadya setelah berkonsultasi dengan kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kedayaan Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan’.
“Dari Inpres tersebut, sangat jelas bahwa ada keterlibatan langsung dari Bupati Serang dan Dindikbud Kabupaten dalam menentukan pembangunan SD Inpres Cilampang yang dibangun diatas tanah milik orang tua Penggugat,” tandasnya. (MUF)
SERANG, BANPOS – Wakil Walikota Serang, Subadri Ushuludin, secara mendadak mengunjungi bazar yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Khusus (PKh) Untirta di kampus Untirta Ciwaru. Bazar ini diadakan dalam rangka menyambut Hari Disabilitas Internasional (HDI).
Pantauan di lokasi, Subadri menghampiri setiap stand mahasiswa PKh yang ada di sana. Ia terlihat berbincang-bincang mengenai produk yang dijual di stand tersebut. Tak lupa, Subadri pun membeli produk yang dijajakkan.
“Saya sangat mengapresiasi, senang, bersyukur dan kagum dengan semangat yang ditunjukkan oleh teman-teman disabilitas dan para pegiat disabilitas ini. Dengan hal ini mereka menunjukkan bahwa mereka itu sama dengan masyarakat pada umumnya,” ujar Subadri seusai mengunjungi bazar itu, Rabu (20/11).
Ia mengatakan, Pemkot Serang sangat mendukung segala upaya dan langkah dari penyandang disabilitas serta pegiat disabilitas, dalam memperjuangkan hak mereka di Kota Serang.
“Jujur, saya datang kesini karena mendapat informasi bahwa teman-teman disabilitas sedang membuka bazar untuk menghadapi HDI. Karena saking senangnya dengan perjuangan mereka, saya ikut hadir kesini sekadar memberi semangat dan meramaikan,” ucapnya.
Menurut Subadri, dengan melihat semangat yang ditunjukkan oleh mereka, Pemkot Serang akan ikut terlibat dalam perayaan HDI yang akan dilaksanakan pada 8 Desember mendatang.
“Ini kan rangkaian Hari Disabilitas, nanti mungkin akan ada rangkaian kegiatan lainnya. InsyaAllah dalam puncak acaranya, kami dari Pemkot Serang siap untuk berjalan bersama dengan teman-teman disabilitas,” tegasnya.
Sementara itu, pembina Hima PKh Untirta, Toni Yudha Pratama, mengatakan bahwa bazar ini merupakan salah satu ujian dari mata kuliah kewirausahaan. Namun, juga sebagai rangkaian dalam memperingati HDI.
“Selain daripada tugas ujian akhir semester, bazar ini juga merupakan salah satu rangkaian acara dari kami dalam menyambut HDI. Puncaknya nanti akan dilaksanakan pada tanggal 8 Desember,” katanya.
Ia mengaku produk yang dijual oleh mahasiswa PKh ini merupakan hasil kolaborasi antara pihaknya dengan Sekolah Khusus (SKh) yang ada di Kota Serang.
“Dalam bazar ini, para mahasiswa menjual produk-produk yang merupakan hasil kolaborasi antara Pkh Untirta dengan Skh yang ada di kota Serang ini,” tuturnya.
Ia pun berharap, dengan adanya dukungan dari Pemkot Serang, Hima PKh dapat mengawal jalannya pembangunan Kota Serang yang ramah disabilitas.
“Harapan besar kami adalah kota Serang menjadi kota yang ramah disabilitas, bisa menerima keberagaman. Karena mereka (disabilitas) harus difasilitasi, dan mereka juga merupakan masyarakat Kota Serang,” tandasnya. (DZH)
SERANG, BANPOS – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN), Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Se-Indonesia (Imadiklus) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Serang dan Provinsi Banten, menggelar kegiatan ‘Imadiklus Mengabdi’.
Rangkaian dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah, Khitanan Massal, Cek Golongan Darah, Donor Darah, serta Imadiklus Mengajar di Desa Kaligandu, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang.
Kegiatan tersebut mendapatkan direspon baik oleh masyarakat, tidak sedikit masyarakat yang turut berpartisipasi dalam kegiatan bakti social tersebut. Tercatat sebanyak 15 anak mengikuti khitanan massal, 25 orang mengikuti kegiatan cek golongan darah dan sebanyak 25 orang mengikuti Donor darah.
“Kami sangat mengapresiasi dengan program Imadiklus mengabdi ini, yang orientasinya pada kebutuhan masyarakat setempat. Khususnya khitanan massal yang bertepatan dengan hari kesehatan nasional,” ungkap Kepala UPT Puskesmas Kecamatan Petir, Agus dalam sambutannya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh, Lurah Kaligandu, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Uum. Dirinya berharap, kegiatan tersebut tidak selesai dalam satu waktu saja.
“Hal semacam ini, semoga terus dapat dilakukan oleh Imadiklus dan kalangan mahasiswa lainnya sehingga keberadaan mahasiswa terasa oleh masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Ketua Pelaksana imadiklus mengabdi, Nurul, mengatakan bahwa kegiatan bakti sosial dilaksanakan bekerjasama dengan berbagai pihak. Untuk kegiatan donor darah dan cek golongan darah, kata dia, bekerjasama dengan pihak PMI Kabupaten Serang.
“Untuk khitanan massal, kami bekerjasama dengan Baznas Provinsi dan kabupaten Serang, sedangkan yang mengkhitan itu dari UPT Puskesmas Kecamatan Petir,” ujarnya.
Kegiatan ini, merupakan program yang telah diagendakan saat rapat kerja kepengurusan tahun 2019-2020. Dilakukan sebagai salah satu implementasi Tridharma perguruan tinggi dan program Divisi Pengabdian.
“Ini merupakan program yang sudah dirakerkan, mengingat salah satu divisi yang ada yang ada di Imadiklus yaitu pengabdian. Maka kami sepakat untuk membuat program imadiklus mengabdi yang dilaksanakan di Desa Kaligandu, Kecamatan Petir, sebagai implementasi dari Tridarma perguruan tinggi,” tandasnya. (MUF/PBN)
MALINGPING, BANPOS – Siswa SMP Lebak Mewakili Kabupaten Lebak di ajang finalis Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) karena sebelumnya telah lolos masuk finalis OPSI SMP tingkat Nasional.
Tiga siswa/siswi SMP Negeri 2 Malingping ini akan ikut ajang OPSI pada 26 hingga 30 November 2019 di Hotel El Royal Kelapa Gading, Jakarta.
Ketiga sisws/siswi yang lolos menjadi finalis yang mewakili Kabupaten Lebak di tingkat nasional, yakni : Nazwatun Nisa, Samsul Ma’arif, M Rizki Ramadhani.
Diketahui, untuk menjadi finalis tersebut mereka persiapan selama dua bulan dengan melakukan proses riset (penelitian-red) terkait ubur-ubur jenis Physalia physalis di pantai Bagedur, Malingping. Ubur-ubur ini diduga kerap menyengat pengunjung pantai tersebut.
“Kita melakukan observasi dari Pantai Binuangeun (Wanasalam) hingga Pasput (Cihara). Karena lebaran kemarin banyak yang menjadi korban sengatan ubur-ubur di Pantai Bagedur, lalu anak-anak ini melakukan observasi untuk melakukan identifikasi,” ujarnya Tuti, guru pembimbing di SMPN 2 Malingping, Kamis (14/11).
Menurutnya, dari hasil penelitian tersebut karya naskahnya akan dikirim kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Jadi dari hasil observasi selama dua bulan tersebut, hasilnya kita kirim melalui online dan diposkan ke Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, naskahnya dikirim melalui online, dari tiga karya yang lolos hanya satu.
Judul Naskahnya ‘Sebaran dan kelimpahan phisllia di Pantai Bagedur Kecamatan Malingping dari bidang lomba Ilmu Pengetahuan Alam,” paparnya.
Sementara pihak sekolah sendiri berharap, ketiga siswanya yang akan bertanding pada 26-30 November mendatang akan mendapatkan hasil yang memuaskan untuk kado terindah ulang tahun Kabupaten Lebak.
“Ahamdulilah yah pak saya sebagai guru pembimbing bangga terhadap anak-anak dan semoga menjadi juara untuk kado hadiah ulang tahun Lebak di bulan Desember nanti,” harapnya. (WDO/PBN)
SERPONG, BANPOS – Literasi media menurut al Quran sedikitnya ada 6 ayat yaitu, Al Imran/3 ayat 44, surat Al Hujurat/49 ayat 6 serta surat Al-Isra/17 ayat 36 serta surat Al Maidah/5 ayat 41 serta surat al Ahzab/33 ayat 70 dan surat Qaf/50 ayat 18.
Demikian salah satu pembahasan dalam seminar tentang “Literasi Media Bagi Ormas Islam” yang diadakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangsel, Kamis (14/11) di salah satu resto bilangan Serpong. Ormas Islam wajib melek media agar tidak terkecoh dengan berita hoaks.
Kepala Kemenag Kota Tangsel Abdul Rojak mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada MUI yang menyelenggarakan melalui Komisi Informatika dan Komunikasi dalam upaya menyikapi media sosial dan dampaknya begitu masif, di tengah masyarakat. Ektremis yang muncul dipermukaan salah satu faktornya munculnya media sosial.
“Termasuk perang fatwa. Oleh karena itu, pentingnya bagaimana bersikap dan menyikapi semua informasi yang ada di media sosial bagaimana ormas Islam. Termasuk politik jangan sampai menjadi biang kerok dengan berbagai dalih agama. Ini tentang bagaimana harus bersikap,” katanya, didampingi Moderator Taufiq Setyaudin.
Ketua MUI Tangsel Saidih menyampaikan berkaitan dengan mass media, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an kalau datang orang fasik membawa berita harus tabayun terlebih dulu. Jangan ditelan mentah-mentah. Berita yang tidak diketahui sumbernya mengakibatkan keresahan.
“Bahasa keadaan lebih faseh dengan ucapan. Kadang ucapan dengan kenyataan berlainan,” ujarnya saat membuka seminar.
Dosen Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menyampaikan materi tentang “Literasi Media: Perspektif Komunikasi Politik” yang mana dirinya telah berkecimpung selama 19 tahun tentang komunikasi politik. Dengan mempelajari komunikasi politik, dapat membaca realitas sosial lebih ajeg.
“Era di mana kita ada di online. Era ini lahir sejak 1980, yang disebut sebagai era keberlimpahan komunikasi. Perbedaan antara media mainstream (koran, radio televisi) dengan media sosial (facebook, IG dan lain-lain). Media sosial sifatnya bisa meproduksi dan konsumsi informasi. Misalnya membuat status dan mendistribusikan melalui media sosial. Berbeda dengan media mainstream dalam menyebarluaskan informasi harus melalui redaktur atau produser,” jelasnya.
Media itu sebagai alat. Banyak efek negatif tapi kalau tidak dimasuki tidak bisa menebar hal positif. Hal yang perlu dicermati sebagai salah satu jangkar penting yaitu kalangan akademisi dan ulama. Keduanya memiliki otoritas dalam menyampaikan kebenaran pada khalayak ramai dan orang akan mengikutinya.
Masyarakat juga diharapkan memiliki prinsip untuk menghindari, pertama distorsi informasi sehingga tidak ajeg, kedua dramatisasi fakta palsu, ketiga menganggu privacy, keempat pembunuhan karakter, kelima eksploitasi seks, meracuni pikiran anak-anak, dan penyalahgunaan kekuasaan.
“Hoaks biasanya susunan 5W 1H tidak baku. Ini bukan soal kecerdasan tapi soal sikap. Jika infomasi itu jelas-jelas salah lalu kita sebarkan maka kita menyebar kebatilan. Maka sangat dibutuhkan tentang literasi literasi media meliputi pengetahuan, skill dan sikap,”tambah ia.
Hoaks paling sering diterima sosial politik 91, persen, kedua SARA 88 persen, dan kesehatan 41 persen. Dampak radikalisme karena riset terakhir 60 persen lebih, orang belajar agama di internet. Bukan lagi kepada ulama. Mereka lebih suka pada belajar artifisial yang hanya permukaan bukan mendalam. “Maka orientasi beralih dari ulama kepada internet,” tambah ia .
Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany menyampaikan dampak dari media sosial, berlangsungnya Pilpres beberapa bulan lalu membuat bangsa terpecah. Sadar atau tidak sadar media sosial sangat berpengaruh.
Menurutnya, framing dalam otak setiap orang berbeda-beda. “Alhamdulillah sekarang sudah mulai reda. Bahwa kita hidup dengan masa dan zamannya masing-masing terpenting bagaimana kita bersikap dan berhati-hati menggunakan jempol masing-masing,” tambah Airin
Uten Sutendy sebagai praktisi mengangkat tema “Agenda Literasi Islam”. Ia menjelaskan dengan berbagai problema tantangan, maka ke depan harus ada langkah-langkah strategis sebagai berikut pertama, menguatkan mindset, paradigma, bahwa literasi adalah alat perjuangan untuk membenahi kehidupan dakwah.
Kedua, merumuskan “the new value of Islam” dalam menghadapi era milenial saat ini. Bahwa tugas umat berdakwah bukan hanya untuk komunitas muslim saja, terapi juga untuk umat manusia lain Rahmatan Lil Al-Amin, karenanya perlu ada konfromi nilai dalam membuat strategi perjuangan. Misalnya, yang perlu dikedepankan adalah value, content bukan lagi semata identitas.
Ketiga meningkatkan kemampuan life skill di bidang literasi (creative writing, public speaking, film, dan seni budaya). Keempat, meningkatkan kemampuan dan visi entrepreneur dengan mengembangkan manajemen bisnis di bidang literasi hingga bisa bersaing dan piawai dalam mensiasati perkembangan era masa kini.
Kelima, memaksimalkan kemampuan literasi dengan memanfaatkan ketersediaan jaringan media cyber sebgai alat perjuangan. Maka para aktivis Ormas Islam wajib menjadi pasukan cyber, cyber army (pasukan cyber) di bidang literasi.
Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Hasanudin Ibnu Hibban menjelaskan kemudahan akses informasi membawa dampak kehidupan manusia. Termasuk pada Ormas Islam kemudian muncullah berbagai sikap manusia dengan apatis, akibat tergiring opini tertentu.
“Sehingga resah dengan pemberitaan yang belum jelas kebenarannya. Atau sikap kritis analitis dalam menanggapi berbagai pemberitaan di media,” ujarnya. (BNN/PBN)
SERANG, BANPOS – BEM FKIP UNTIRTA bersama dengan Paguyuban Duta FKIP UNTIRTA mengadakan kegiatan pengabdian dengan mengangkat tema ‘Cahaya Anak Negeri FKIP’ di taman bacaan masyarakat PPLG Lopang Gede, Kota Serang.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Departemen Sosial pada BEM FKIP Untirta ini, merupakan upaya dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Dalam kegiatan ini, BEM FKIP Untirta mengajak anak-anak di lingkungan sekitar, untuk belajar sambil bermain. Hal ini sekaligus mengasah kemampuan anggotanya, dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Ketua Forum TBM Kota Serang, Acun, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh BEM FKIP Untirta. Menurutnya, kegiatan ini menarik dan memiliki konsep yang tepat.
“Kegiatan ini sangat menarik, karena TBM ini bagian dari pendidikan non formal. Dan ternyata masih banyak yang awam soal pendidikan non formal. Saya sangat mengapresiasi kegiatan mahasiswa yang berdedikasi untuk pendidikan, terkhusus di Kota Serang,” ujarnya, kemarin.
Di tempat yang sama, salah satu duta FKIP Untirta, Dea Sabrina, mengaku kegiatan pengabdian seperti ini baru pertama kali ia ikuti. Dan menurutnya, konsep belajar pendidikan non formal, sangat menarik.
“Ini kali pertamanya saya mengikuti kegiatan pendidikan non formal, kegiatannya menarik. Menariknya karena di pendidikan non formal itu memiliki konsep bermain sambil belajar. Jadi memang tak ada tekanan pada warga belajar,” tuturnya.
Ia pun mengatakan dirinya sangat senang mengikuti kegiatan ini. Karena, lanjutnya, ia mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar.
“Senang sih, dapat pengalaman baru juga. Karena di TBM ini lebih bermain sambil belajar, kayak kelompok bermain gitu. Dengan muatan Islami. Mudah-mudahan tiap minggunya bisa bervariasi,” katanya yang juga mahasiswi Pendidikan Sosiologi ini.
Sementara itu, Kepala Departemen Sosial, Moch. Hadi Fadillah, mengatakan lembaga pendidikan harus memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.
Menurutnya, kegiatan ini akan menjadi program berkelanjutan bagi Departemen Sosial.
“Ini akan menjadi program berkelanjutan atau program jangka panjang, yaitu membuat pendidikan kesetaraan dengan memanfaatkan fasilitas kampus. Namun melihat kondisi FKIP yang belum banyak mengetahui konsep serta sasaran pendidikan non formal,” tandasnya. (DZH)
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin pulang kampung ke Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Sabtu (9/11). Di Masjid Baitul Muhtadi, Kampung Tegal, Desa Renged Kecamatan Kresek, Wakil Presiden Republik itu menyampaikan ceramahnya. Apa saja yang disampaikannya?
Ma’ruf Amin pulang untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dalam kesempatan itu, Ketua MUI nonaktif itu menyampaikan bahwa Ulama merupakan pewaris Nabi. Karena sudah tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad maka Ulama harus melanjutkan perjuangan Rasulullah dalam menciptakan keharmonisan dan kedamaian serta menjaga umat dari kebatilan.
“Dulu kalau ada Jahiliyah, Allah mengirim Nabi dan Rasul ditengah-tengahnya untuk menyadarkan masyarakat. Jahiliah datang, Allah ngirim Nabi Nuh As. Datang lagi ngirim Nabi Ibrahim AS, datang lagi ngirim Nabi Musa As, datang lagi Nabi Isa As, datang lagi Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi Muhammad bersabda ‘tidak ada Nabi sesudah aku.’ Lantas siapa yang melanjutkan? Ialah para Ulama,” kata Ma’ruf Amin.
Menurut pakar ilmu fiqh ini, setiap ada Ulama yang meninggal dunia pasti akan ada lagi yang menggantikan untuk menebarkan kebaikan di muka bumi sampai datangnya hari kiamat nanti. Ma’ruf Amin juga mengaku sangat terharu kepada masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya Kecamatan Kresek yang sangat antusias dalam menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dia juga menyampaikan terimakasihnya kepada warga yang telah memilihnya menjadi Wakil Presiden pada Pilpres 2019.
“Saya sampaikan terimakasih kepada para jamaah karena dukungannya saya terpilih menjadi Wakil Presiden, ” katanya.
Salah satu kerabat dekat KH Ma’ruf Amin, Daosi menambahkan, acara Maulid Nabi Muhammad yang dihadiri Wakil Presiden sangat meriah. Warga sangat senang dengan hadirnya ulama karismatik asal Banten tersebut.
“Beliau itu tokoh NU, tokoh Alim Ulama yang berada di Kabupaten Tangerang. Ditambah para santrinya juga sudah banyak, bahkan sudah memiliki pondok sendiri-sendiri. Kami berharap KH Ma’ruf Amin bisa sering-sering berkunjung kesini untuk mentransfer ilmunya kepada kami,”katanya.
Salah satu warga Kampung Tegal, Desa Renged, Kecamatan Kresek, Muhammad Khaidar, mengatakan sangat bangga kampung halamannya dikunjungi oleh Wakil Presiden sekaligus tokoh ulama ternama nasional. Menurutnya, ini merupakan kali pertama kampungnya dikunjungi KH Ma’ruf Amin setelah pelanitikan Presiden dan Wakil Presiden. Dia berharap dengan adanya pemimpin Ulama, Indonesia khususnya Kabupaten Tangerang semakin religius. (BNN/PBN)
CIPOCOK JAYA, BANPOS – Komisioner Komisi Informasi (KI) Provinsi Banten angkat bicara, terkait simpang siur anggaran pembuatan dan pengelolaan situs resmi Untirta,. Menurutnya, pihak Untirta harus membuka informasi secara akurat, agar tidak terjadi adanya kesalahan informasi.
Selain itu, hal ini juga merupakan amanah dari UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Dimana dalam UU tersebut, Untirta selaku badan publik, harus dapat membuka informasi seluas-luasnya kepada masyarakat, khususnya kepada mahasiswa.
Demikian disampaikan oleh Komisioner KI Provinsi Banten, Achmad Nashrudin. Ia mengatakan, jangan sampai tidak terbukanya informasi di Untirta, mengakibatkan mahasiswa mencari informasi dari pihak luar.
“Jangan sampai sumbernya tidak kredibel Biar akurat dan kredibel. Maka perlu ditegaskan kembali, sumber informasi mahasiswa mendapatkan angka miliaran itu dari mana. Tapi tidak masalah kalau mereka bisa menyebutkan informasi yang valid,” ujarnya saat ditemui BANPOS di ruang kerjanya, Selasa (5/11).
Menurut Nashrudin, informasi mengenai biaya pembuatan dan pengelolaan situs resmi Untirta, merupakan informasi yang dikategorikan terbuka.
“Mereka seharusnya memberikan informasi tersebut kepada mahasiswa. Karena, informasi itu merupakan informasi terbuka dengan klasifikasi berkala. Ini berdasarkan UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) pasal 9,” jelasnya.
Ia mengatakan, apabila pihak Untirta tidak mau membuka informasi tersebut kepada publik secara sukarela, maka masyarakat khususnya mahasiswa, dapat langsung mengajukan permohonan informasi.
“Mahasiswa bisa menempuh jalur yang memang telah diatur UU KIP. Yaitu menyampaikan surat permohonan informasi kepada pihak kampus. Meskipun permohonan informasi bisa juga lewat lisan,” ucapnya.
Saat ditanya apakah informasi yang diminta kepada Untirta, harus melewati kementerian, dalam hal ini Kemendikbud. Nashrudin menampik hal tersebut.
“Untirta itu badan publik. Pasti punya PPID, biasanya di bagian Humas. Selain itu juga Untirta merupaka Pengguna Anggaran. Harusnya mereka dapat memberikan informasi kepada publik, tidak perlu meminta informasi itu kepada kementerian,” tegasnya.
Ia pun menjelaskan, pihak Untirta dalam memberikan hak jawabnya kepada BANPOS kemarin, seharusnya dapat memberikan nilai pasti terkait pembuatan dan pengelolaan situs resmi.
“Harusnya pihak Untirta menyebutkan nilai dengan terbuka. Karena itu merupakan informasi publik. Dan publik boleh mengetahui. Semestinya, Untirta membuka seluruh informasi tersebut di situs resmi yang mereka punya,” tandasnya.
BANPOS mencoba untuk melakukan konfirmasi kepada pihak Humas Untirta. Namun, baik pesan melalui media perpesanan maupun telefon tidak mendapatkan tanggapan dari Kasubbag Humas Untirta, Veronika Dian Faradisa.
Dalam kesempatan itu, telefon dari BANPOS sempat diangkat oleh Dian. Namun dalam beberapa detik, telefon terputus. Saat kembali mencoba untuk menghubungi, Dian tidak juga merespon. (AZM)