Kategori: PERISTIWA

  • Bhayangkari dan Ditlantas Polda Banten Gelar Gerakan Sosial

    Bhayangkari dan Ditlantas Polda Banten Gelar Gerakan Sosial

    SERANG,BANPOS- Pengurus Bhayangkari Daerah Banten bekerjasama dengan Direktorat Lalulintas (Ditlantas) Polda Banten membagikan hand sanitizer dan masker kepada masyarakat Kota Serang. Gerakan sosial ini sebagai langkah mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 dengan berperilaku bersih dan sehat seperti memakai masker saat melakukan aktivitas di luar rumah serta menggunakan hand sanitizer sebelum maupun sesudah beraktifitas.

    Ratusan masker dan hand sinitizer tersebut dibagikan di Alun-alun Kota Serang serta di areal parkir stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Pembagian masker juga diselingi dengan memberikan imbauan physical distancing (menjaga jarak) sekaligus membagikan nasi kotak kepada pengais becak dan pengemudi ojek online.

    Ketua Pengurus Bhayangkari Daerah Banten, Intan Agung Sabar Santoso, mengatakan, tujuan giat pembagian masker ini untuk mendukung program Pemerintah serta maklumat Kapolri dalam memutus mata rantai penyebaran pandemi Virus Corona.

    “Harapan kami, agar warga ini sadar dan sigap menggunakan masker setiap keluar rumah agar terhindar dari penyebaran virus corona,” ungkap Intan kepada wartawan, Selasa (14/4/2020).

    Isteri Kapolda Banten Irjen Pol Agung Sabar Santoso ini menyampaikan bahwa wabah virus corona sudah mewabah ke seluruh provinsi di Indonesia, bahkan Provinsi Banten menjadi salah satu penyumbang terbanyak warga terinfeksi virus corona dan menjadi perhatian serius Polda Banten.

    Oleh karena itu, kata Intan, Pengurus Bhayangkari Banten akan terus ikut membantu dalam memerangi pandemi Covid-19 ini dengan menyampaikan imbauan pemerintah serta maklumat Kapolri kepada masyarakat.

    “Jika imbauan pemerintah dan maklumat Kapolri ini dipatuhi, Insya Allah virus yang mematikan ini segera musnah dan masyarakat bisa beraktifitas kembali dengan tenang,” tandasnya.

    Selain penggunaan masker dan hand sanitizer, penyebaran virus corona ini bisa dihentikan dengan cara melakukan pola hidup sehat dengan mengkonsumi makanan bergizi dan banyak minum air putih, tidak keluar rumah serta menghindati keramaian.

    “Sekali lagi saya imbau, kepada masyarakat patuhilah imbauan pemerintah. Bilamana mengalami batuk, pilek berkelanjutan serta sesak nafas, segera lakukan pemeriksaan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat,” tuturnya. (AZM)

  • Kapolres dan Pengurus Bhayangkari Serang Bagikan Sembako Ditengah Pandemi Covid-19

    Kapolres dan Pengurus Bhayangkari Serang Bagikan Sembako Ditengah Pandemi Covid-19

    SERANG,BANPOS- Dalam upaya meringankan beban ekonomi masyarakat terdampak pendemi virus corona (Covid 19), Polres Serang bersama Pengurus Bhayangkari Cabang Serang melakukan pembagian sembako, Selasa (14/4/2020). Bingkisan sembako itu berupa beras, minyak goreng, gula pasir, susu, mie instan dan teh. Selain sembako, turut disalurkan masker.

    Pembagian sembako ini dipimpin langsung oleh Kapolres Serang AKBP Mariyono dengan menyasar warga di Kampung Cisait Masjid dan Trembel, Desa Cisait, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang.

    Kapolres Serang AKBP Mariyono mengatakan, paket sembako tersebut disalurkan bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi akibat wabah Covid 19. Dengan adanya bantuan tersebut, Mariyono berujar, dapat mengurangi beban warga.

    “Pembagian sembako merupakan program Polres Serang dan Pengurus Bhayangkari peduli kepada masyarakat kurang mampu di Kabupaten Serang yang akhir-akhir ini cukup sulit perekonomiannya akibat mewabahnya virus corona atau covid-19,” ungkapnya.

    Menurut Kapolres, bakti sosial pembagian paket sembako akan terus berlanjut. “Pembagian paket sembako akan terus berlanjut. Kita bagikan untuk warga kurang mampu, namun masih dalam jumlah yang terbatas,” ungkap Mariyono.

    Dalam kesempatan itu, Kapolres juga mengingatkan warga agar tidak panik dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Dalam upaya mencegah serta memutus mata rantai penyebaran virus corona, kata Kapolres, masyarakat harus mengikuti imbauan pemerintah yaitu tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan penting, menjaga jarak (social distance) serta menggunakan masker saat keluar rumah.

    “Selain itu hindari keramaian dan mencuci tangan menggunakan hand sanitizer atau sabun sebelum atau sesudah beraktifitas, mengkonsumsi makanan bergizi, banyak minum air putih hangat serta istirahat yang cukup. Jika itu dijalani, Insya Allah kita semua akan terhindar dan wabah virus corona akan musnah,” tandasnya.

    Dalam pembagian paket sembako, Kapolres Serang didampingi Wakapolres, Kompol Agung Cahyono, Ketua Pengurus Bhayangkari Serang Pujci Mariyono, Kapolsek Kragilan AKP Dadi Permana Putra dan sejumlah perwira dan bintara Polres Serang. (AZM)

  • Peternak Menjerit, Jual Ayam Seharga Rp6 Ribu

    Peternak Menjerit, Jual Ayam Seharga Rp6 Ribu

    WALANTAKA,BANPOS – Peternak ayam di Kota Serang mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, pangsa pasar penjualan ayam banyak yang tutup dampak Covid-19, sehingga harga ayam menjadi anjlok bahkan hingga mencapai Rp6.000 per kilogram.

    Salah satu peternak ayam, Rudi Chandra, mengatakan bahwa saat ini aktivitas jual beli ayam potong sedang sangat buruk. Hotel, restoran dan catering yang merupakan pasar utama mereka, banyak yang tutup.

    “Saat ini sedang sepi pembeli. Soalnya hotel, restoran dan katering khususnya yang ada di Jakarta itu semua tutup. Tidak ada kegiatan sama sekali,” ujarnya saat ditemui di Walantaka, Senin (13/4).

    Padahal, lanjutnya, para peternak ayam potong memiliki waktu panen ternak yang pasti. Sehingga stok ayam potong menjadi menumpuk, sedangkan permintaan mengalami penurunan.

    “Tidak ada kegiatan, jadi pasar tidak ada sedangkan stok kita menumpuk,” tuturnya.
    Akibatnya, harga daging yang direkomendasikan oleh Pemerintah yaitu Rp18.000 hingga Rp22.000 ini, tidak tercapai. Sebab, para peternak tidak mempunyai pasar untuk menjual ayamnya.

    “Jadi peternak-peternak tidak punya pasar untuk saat ini,” katanya.

    Diketahui, harga per kilogram ayam paling rendah per hari ini Rp10.000/kilogram. Bahkan, kata Rudi, hari-hari sebelumnya harga ayam mencapai Rp6000 per kilogramnya. “Pasar-pasar lokal masih kita kirim, hanya omsetnya turun 50 persen,” ujarnya.

    Mewakili para peternak di Kota Serang, ia meminta kepada pemerintah kota Serang, agar membuat kebijakan untuk penyerapan produksi dari lokal. Menurutnya, para peternak ayam sengaja beternak karena akan bertemu dengan momen munggahan puasa.  “Mudah-mudahan harganya membaik,” harapnya.

    Tak hanya itu, berdasarkan penuturannya, para peternak mengalami kerugian yang tidak sedikit. Per ekor ayam saat ini semakin besar, sedangkan harga pakan semakin baik. Karena bahan baku pakan ayam mayoritas impor, sedangkan harga jual di tingkat peternak turun.

    “Kalau menghitung ruginya banyak, kalau untuk peternak mandiri, modalnya saja kalau satu kilogram ayam hidup, bisa sampai Rp18.000. Sekarang kita menjual Rp10.000, 45 persennya,” pungkasnya.

    Kendati demikian, pihaknya terus melakukan pembibitan. Karena kata dia, roda produksi ayam harus tetap berjalan, meskipun yang sudah siap panen sebelumnya belum habis karena omset pasar menurun.

    “Peternak sekarang dilema, dijual tidak laku. Kalau ditahan, harus nambah pakan. Upaya yang sudah dilakukan, kita biasanya memasarkan sendiri ke masyarakat-masyarakat sekitar,” tandasnya. (MUF/AZM)

  • PDP Ciracas Terkonfirmasi Positif Setelah Meninggal Dunia

    PDP Ciracas Terkonfirmasi Positif Setelah Meninggal Dunia

    SERANG, BANPOS – Pasien Dalam Pengawasan (PDP) asal Ciracas, Y (43), yang meninggal pada Kamis (9/4) lalu terkonfirmasi positif. Hal ini diketahui setelah hasil tes Swab mendiang keluar pada Senin (13/4).

    Kepala Dinkes Kota Serang, M. Ikbal, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Pemkot Serang baru mengetahui hasil tes Swab tersebut sekitar pukul 16.00 WIB. Dari hasil tes tersebut, diketahui bahwa Y terkonfirmasi positif.

    “Tadi saya dapat informasi pukul 16.00 WIB. Jadi itu kasus PDP yang meninggal pada Kamis lalu. Karena kan saat meninggal belum keluar tesnya, sekarang sudah keluar PCRnya dan terkonfirmasi positif,” ujarnya melalui sambungan telepon.

    Ia mengatakan, sebagai tindak lanjut meningkatnya status mendiang, maka Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kota Serang akan melakukan penelusuran terkait dengan siapa mendiang berkontak, riwayat berobat dan riwayat perjalanan.

    “Karena memang baru hari ini kami mendapatkan informasi positifnya, maka kami akan menelusuri dari mana saja ia berobat. Apakah di Puskesmas, di rumah sakit mana, berkontak di mana. Ini akan kami cari tahu dan kami akan lakukan tes Swab kepada yang berkontak,” jelasnya.

    Selain itu, ia mengatakan bahwa beberapa petugas medis yang menangani pasien, termasuk pula istrinya, telah mengikuti rapid test. Namun Ikbal mengaku, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi dari hasil rapid test tersebut.

    “Semua sudah dilakukan rapid test, termasuk istrinya. Tapi sampai sekarang kami belum mendapatkan informasi dari hasil tes tersebut. Apakah ada yang reaktif ataupun tidak,” tandasnya.

    Untuk diketahui, saat ini Kota Serang mencatat tiga kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Kasus pertama diketahui pada Rabu (13/4) yang lalu. Selang satu hari kemudian, Kota Serang kembali mendapatkan sekaligus dua kabar yakni kasus kedua positif Covid-19 dan kasus pertama meninggal Covid-19. (DZH)

  • Cerita Mahasiswa Tak Bisa Mudik: Yang Lain Kumpul Dengan Keluarga, Saya di Kos Sendiri

    Cerita Mahasiswa Tak Bisa Mudik: Yang Lain Kumpul Dengan Keluarga, Saya di Kos Sendiri

    PANDEMI Covid-19 yang sedang melanda Indonesia membuat instansi pendidikan mengambil kebijakan untuk menggelar pembelajaran secara daring.

    Termasuk juga salah satu PTN yang ada di Kota Serang, yakni Untirta. Melalui surat edaran Rektor, Untirta secara resmi memperpanjang perkuliahan daring hingga akhir semester.

    Tak ayal, kebijakan tersebut membuat banyak mahasiswa Untirta yang pulang ke kampung halamannya. Sebab, banyak dari mereka yang merasa bahwa kebutuhan hidup di perantauan lebih besar ketimbang di rumah.

    Selain itu, rasa jenuh juga melanda mereka. Sebab, mereka setiap waktu hanya bisa berdiam diri di indekos mereka.

    Namun ternyata tidak semua mahasiswa pulang kampung. Beberapa dari mereka masih bertahan di Kota Serang.

    Alasannya, mereka ingin mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak pulang kampung terlebih dahulu. Selain itu, beberapa juga ada yang terpaksa karena kampung halaman mereka menerapkan karantina wilayah.

    Seperti yang dialami oleh Arinta Ronauli Sinaga. Mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika Untirta semester dua ini terpaksa tetap bertahan di Kota Serang, lantaran kampung halamannya yakni Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat, diberlakukan karantina oleh warga masyarakat setempat.

    “Sebenarnya pada waktu kebijakan perkuliahan dari pertama itu masih bisa pulang. Tapi kan dari pihak kampus menyebutkan perkuliahan daring dilakukan hanya dua minggu saja, jadi saya tidak pulang terlebih dahulu,” ujar mahasiswi yang memiliki panggilan Kapas ini, Minggu (12/4).

    Ketika surat edaran terkait perpanjangan masa kuliah daring keluar, ia pun sempat ingin pulang ke kampung halamannya.

    Namun ternyata, masyarakat setempat melakukan karantina dengan inisiatif sendiri. Mereka memblokir bandara, sehingga penerbangan dari luar Papua tidak bisa masuk.

    “Akhirnya sampai sekarang saya masih bertahan di Kota Serang. Saya indekos di sebuah rumah dekat kampus Untirta Pakupatan. Sesekali supaya gak bete, datang ke sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapalaut. Disana ketemu sama teman-teman organisasi,” terangnya.

    Meskipun ia juga memaklumi apa yang dilakukan oleh masyarakat Papua Barat untuk melakukan karantina wilayah mereka, namun ia tetap mengaku sedih.

    Sebab, disaat kebanyakan orang berkumpul dengan keluarganya pada saat adanya kebijakan pembatasan sosial, ia justru harus sendirian di perantauan.

    “Kalau dibilang sedih sih, pasti sedih. Karena kan saat ini orang-orang semua kumpul dengan keluarga masing-masing. Tapi yah saya sendiri di sini. Meskipun masih ada mahasiswa dan teman saya yang juga tetap bertahan di Kota Serang untuk mengikuti imbauan pemerintah agar tidak mudik,” jelasnya.

    Ia pun sedikit menceritakan kisah salah satu rekannya yang ditolak warga sesampainya di Bandara. Usai ditolak, rekannya melakukan aksi nekat dengan menyebrang hingga ke Sorong menggunakan speed boat menuju Kabupaten Fak-Fak.

    Namun warga tetap menolak kedatangannya dengan alasan isolasi mandiri wilayah tersebut.

    “Sorong itu kan tempat terakhir untuk menuju Kabupaten Fak-Fak. Sampai di sana heboh dan langsung dikarantina. Bener-bener enggak boleh masuk ke Fak-Fak,” ujarnya.

    Meski demikian, ia tetap melakukan kegiatan perkuliahan daring seperti biasa di indekos dirinya. Melakukan kegiatan lainnya seperti mengerjakan tugas dan aktivitas sehari-hari berkontak melalui aplikasi perpesanan dan media sosial.

    “Kalau untuk kebutuhan memang masih dikirim oleh keluarga di Fak-Fak. Tapi yah dengan keadaan seperti ini, rasanya tentu berbeda seperti hari-hari biasa,” ucapnya.

    Kapas pun berharap, pandemi Covid-19 dapat segera usai. Sebab, ia mengaku sudah merasa rindu dengan kampung halamannya. Terlebih saat ini pun dirinya tidak leluasa untuk bepergian.

    “Sedih, yang lain bisa kumpul dengan keluarga, sedangkan saya sendirian di sini. Masak sendiri, apa-apa sendiri. Semoga pandemi ini dapat segera selesai dan kita bisa kembali hidup normal seperti semula. Kangen juga kan kumpul bareng teman-teman kampus,” tandasnya. (DZH/AZM)

  • Mantan Pengurus Golkar Kota Serang Dibacok

    Mantan Pengurus Golkar Kota Serang Dibacok

    SERANG,BANPOS- Mantan Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Serang dibacok oleh dua orang tidak dikenal pada Jumat (10/4) dini hari di rumahnya. Korban yang bernama Muchlis Arobi ini mengalami luka bacok pada muka bagian kanan dan tangan kiri.

    Pihak keluarga pun menduga bahwa kedua orang pelaku tersebut merupakan suruhan dari seseorang. Dugaan tersebut muncul karena Robi, sapaan akrab korban, kerap kali mengunggah status yang bernada keras dan menyasar pihak-pihak tertentu.

    Selain itu, diketahui bahwa lima hari sebelum kejadian pembacokan terjadi, Robi mengunggah tangkapan layar percakapan dirinya melalui aplikasi WhatsApp, dengan salah satu orang penting di Kota Serang pada linimasa Facebook.

    Adik korban, Dady Mujahidi, menerangkan kronologis kejadian yang terjadi berdasarkan penuturan dari Robi dan istrinya. Ia menceritakan bahwa pada saat itu, dua orang tak dikenal mendatangi rumah Robi yang berada di daerah pasar Rau pada pukul 02.00 dini hari.

    “Pelaku mengetuk pintu korban. Lalu Robi membuka pintu karena mengira itu merupakan tetangganya. Ternyata yang datang dua orang tak dikenal. Karena Robi orangnya merasa tidak pernah punya musuh, jadi diterima saja dua orang itu,” ujarnya melalui sambungan telepon, Minggu (12/4).

    Setelah itu, kedua orang pelaku itu berbincang dengan Robi di teras rumah. Dijelaskan bahwa salah satu pelaku sedang duduk, sedangkan satunya masih berdiri. Kedua pelaku tersebut menanyakan perihal motor yang dimiliki oleh Robi. Kata mereka, motor yang dimiliki Robi merupakan motor adik mereka yang hilang.

    “Kakak saya kan punya motor Tiger. Karena itu motor udah lama dia miliki, yah gak merasa lah kakak saya seperti yang dituduh sama para pelaku. Robi mulai curiga ketika pelaku mengatakan bahwa motor yang dia miliki itu Thunder. Padahal kan Tiger,” jelasnya.

    Setelah mulai merasakan kecurigaan, Robi pun mempersilahkan kepada satu orang pelaku yang masih berdiri untuk duduk saja. Hal ini dilakukan karena Robi memiliki perasaan tidak enak dengan posisi satu pelaku berdiri dan satunya duduk.

    “Setelah mempersilahkan duduk, ternyata benar yang berdiri itu langsung membacok Robi langsung kearah muka. Pada awalnya Robi mengaku tidak tahu kalau dibacok. Dia mengira kalau dia itu cuma dipukul pakai balok saja. Tapi ternyata berdarah,” terangnya.

    Mendengar ada keributan, istri korban pun keluar dan melihat Robi sudah berdarah. Ia pun berteriak meminta bantuan, sementara Robi masih sempat mengejar kedua pelaku tersebut. Beruntung disana ada beberapa pemuda yang kumpul-kumpul dan ikut bantu mengejar.

    “Dengan menahan darah, Robi mengejar pelaku sambil berteriak. Kebetulan di sana juga ada pemuda yang sedang nongkrong dan ikut mengejar. Mungkin karena panik, para pelaku yang berupaya kabur menggunakan motor itu terperosok. Motornya ditinggal,” ucapnya.

    Setelah dikejar oleh warga, ternyata pelaku mengeluarkan senjata untuk mengancam warga. Sehingga warga pun tidak berani untuk kembali mengejar para pelaku yang kabur menggunakan angkot.

    “Menurut penuturan warga mah para pelaku mengeluarkan senjata. Karena tidak berani, akhirnya tidak dikejar. Nah pelaku juga katanya mengancam supir angkot dengan senjata, mereka naik angkot untuk kabur,” ujarnya.

    Ia pun mengaku dari pihak keluarga telah melakukan pelaporan kepada pihak Kepolisian. Laporan pun sudah dilakukan di Polres Serang Kota.

    “Yang laporan itu dari istrinya dan didampingi oleh pihak keluarga. Dan dari Polres pun katanya sudah mulai bergerak. Beberapa polisi juga sudah mendatangi TKP,” katanya.

    Dady pun mengatakan bahwa pihak keluarga menduga kejadian tersebut merupakan upaya pembunuhan terhadap Robi. Sebab, Robi berkali-kali mengunggah status yang bernada kritis kepada pihak-pihak tertentu yang ada di Kota Serang.

    Selain itu, aksi yang dilakukan oleh pelaku juga terbilang cukup rapih. Sebab menurutnya, para pelaku seperti telah melakukan rencana yang cukup matang dan mengenal seluk-beluk Robi.

    “Waktu ngobrol dengan Robi pun ia mengatakan bahwa ini pasti suruhan. Tujuannya memang untuk menghilangkan nyawa, cuma Alhamdulillah selamat. Robi ini juga sering kritis di Facebooknya, jadi kami menduga ada orang lain di balik kejadian ini. Bahkan kami sudah ada nama yang diduga, namun tidak akan kami sebutkan,” terangnya.

    Sementara itu, Kasatreskrim Polres Serang Kota, AKP Indra Feradinata, mengaku belum bisa memberikan keterangan. Karena kasus tersebut saat ini masih dalam proses penyelidikan. “Masih dalam proses, sabar ya. Nanti akan dikabarkan,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon. (DZH/AZM)

  • Nyamar Jadi Pembeli, Polisi Ringkus Maling Handphone di Curug

    Nyamar Jadi Pembeli, Polisi Ringkus Maling Handphone di Curug

    SERANG, BANPOS – Nasib malang dialami oleh Ibad Solehah (34). Warga Kelurahan/Kecamatan Curug saat sedang tertidur lelap kemalingan handphone saat tengah tertidur lelap di rumahnya.

    Unit Reskrim Polsek Curug pun dengan sigap meringkus pelaku berinisial SUP (53), saat hendak menjual handphone curian tersebut pada Kamis (9/4) malam.

    Kapolsek Curug, Iptu Shilton, mengatakan kasus pencurian handphone ini terjadi pada akhir Maret kemarin. Dari laporan korban, pelaku masuk rumah melalui jendela yang dirusak dan mengambil gawai yang ada di kamar tidur.

    “Pukul 04.00, korban sempat terbangun dan masih melihat HP nya. Karena, masih ngantuk, korban tidur lagi kemudian bangun pukul 05.30, melihat HP sudah tidak ada. Siang harinya, korban melaporkan kasus pencurian itu ke mapolsek,” kata Kapolsek, Sabtu (11/4).

    Dijelaskan Kapolsek, pengungkapan kasus pencurian handphone yang dialami guru sekolah ini berawal dari informasi warga bahwa ada yang mau menjual HP merk yang sama dengan harga murah. Setelah mendapatkan informasi, petugas mencoba menghubungi nomer handphone pelaku berpura-pura berminat membeli hp.

    “Setelah waktu dan tempat ditentukan, anggota Unit Reskrim Brigpol Lambang Budi melakukan penyamaran untuk membeli HP tersebut, sedangkan personil lainnya melakukan pengintaian. Setelah menerima HP, petugas langsung mengamankan pelaku dan membawanya ke kantor Polsek Curug,” ucap Shilton.

    Dalam pemeriksaan, tersangka mengakui HP yang telah diamankan itu merupakan hasil mencuri di rumah korban Ibad. Tersangka juga diketahui merupakan residivis yang pernah ditangkap petugas Polsek Cipocok Jaya dalam kasus pencurian dan diganjar kurungan di Rutan Serang.

    “Tersangka pernah ditahan di Rutan Serang selama 2 tahun juga dalam kasus pencurian dan bebas pada Oktober lalu,” tandasnya. (DZH)

  • Soal Kasus Positif Korona Kota Serang, Ini Kata Keluarga dan Tempat Kerja

    Soal Kasus Positif Korona Kota Serang, Ini Kata Keluarga dan Tempat Kerja

    SERANG, BANPOS – Pemilik toko bangunan Harapan Bersama yang disebut merupakan tempat pasien positif Covid-19 bekerja angkat bicara. Yohanes, pemilik toko bangunan tersebut membantah bahwa karyawanannya yang berinisial D terpapar Covid-19 dari toko miliknya.

    Sementara itu, keluarga pasien mengaku kurang mendapatkan informasi yang maksimal dari pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan informasi yang didapat oleh mereka tidak jelas dan tidak cepat.

    “D itu benar karyawan saya. Dia itu terakhir masuk Sabtu 15 Maret 2020 lalu. Tanggal 17 Maret istrinya kirim kabar melalui WhatsApp bahwa nggak masuk karena sakit panas,” ujar Yohanes, Jumat (10/4).

    Yohanes menuturkan bahwa D merupakan sopir yang bertugas mengantar bahan bangunan bersama seorang karyawan lain yang bertindak sebagai kenek.

    “Dia bukan pelayan tapi sopir. Dia jarang masuk dalam toko, paling keneknya kalau ada kiriman apa, keneknya dia ambil surat pengambilan,” katanya.

    Yohanes menerangkan bahwa pihak keluarga pada tanggal 27 Maret mengabarkan kepada dirinya jika mereka membawa D ke RS Budi Asih.

    “Sebelumnya disarankan ke Biomed. Namun karena ada BPJS supaya ada keringanan biaya dibawa ke Budi Asih. Jadi bukan dibawa ke Budi Asih dalam kondisi lemas dan dalam posisi perawatan,” kata dia.

    Setelah tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Budi Asih, pasien pun langsung mendapat penanganan. Namun sayangnya, keluarga pasien tidak mendapat penjelasan memadai mengenai kondisi pasien. Sebab pada saat itu diagnosis yang disampaikan bahwa D mengalami tipus.

    “Tanggal 28 Maret saya memberi sesuatu (bantuan biaya) ke istrinya. Dia datang ke toko saya. Kata istrinya bilang kalau suaminya tipus, itu penjelasan dari pihak rumah sakit,” jelas Yohanes.

    Pada malam harinya, pasien dipindahkan ke kamar perawatan ditemani sang istri. Namun pada tengah malam, pihak rumah sakit meminta pasien dirujuk ke RSU Banten malam itu juga.

    Sang istri diminta menandatangani berkas persetujuan dan diminta segera menyelesaikan biaya pengobatan.

    “Karena istrinya tidak bawa uang akhirnya menelpon sang kakak (R) untuk menyelesaikan biaya pengobatan,” kata Yohanes.

    Yohanes menyatakan sangat keberatan bahwa D terkena virus Covid-19 dari toko bangunan miliknya.

    “Saya pemilik toko keberatan bahwa karyawan saya kena sakit dari toko saya. Dia terinfeksi di luar toko. Karena istri dan anaknya sampai hari ini sehat-sehat saja. Bahkan kenek yang biasa dengan D juga sehat. Karyawan lain sehat juga,” jelasnya.

    Mematuhi saran dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Serang, Yohanes bersama keluarga mengaku telah menjalani pemeriksaan baik rapid test maupun Swab.

    “Rapid test sudah. Swab juga dari Puskesmas datang ke tempat saya,” ucapnya.

    Sementara kakak dari pasien, R, menyatakan keluarganya bingung dengan pola penanganan pihak rumah sakit. Informasi yang menurutnya menjadi hak keluarga pasien, ternyata tidak dipenuhi.

    Sebagai kakak dari pasien, ia mengaku belum mendapatkan kabar bahwa adiknya menjadi PDP Covid-19. Hingga saat pasien dirujuk ke RSUD Banten, pihak keluarga tidak mendapatkan penjelasan memadai mengenai penyakit yang diderita pasien.

    “Saya datang ke rumah sakit, adik saya sudah di dalam ambulans. Saya tidak bisa berbuat banyak selain membantu pemindahan barang-barang yang ada di kamar isolasi Budi Asih. Dokter hanya bilang kalau paru-paru adik saya kotor. Suhu tubuhnya 38 derajat celcius. Adik saya dalam 3 bulan terakhir tidak bepergian ke manapun,” kata R.

    Pada 29 Maret dini hari itu, D resmi menjadi pasien RSUD Banten. Bingung dengan penyakit yang diderita sang adik, R kemudian meminta penjelasan (konsultasi) dengan pihak rumah sakit namun dengan alasan bukan waktu konsultasi ia tidak mendapat jawaban pasti.

    Selang tiga hari, yakni 31 Maret, pasien menjalani rapid test dan hasilnya negatif. Kendati demikian, pihak rumah sakit belum memperbolehkan sang adik untuk pulang.

    “Adik saya dinyatakan negatif (Covid-19). Pihak rumah sakit tidak memberi tahu bahwa ada tes lagi (Swab),” ujarnya.

    Hingga pada Rabu, 8 April yang lalu, pihak Puskesmas melakukan pendataan keluarga pasien dan belakangan ini keluarga diberitahu bahwa sang adik positif Covid-19.

    “Setelah di media tersebar ke mana-mana. Padahal nomor keluarga sudah ada di rumah sakit, ini sudah zaman teknologi yang memudahkan komunikasi, tapi sangat disayangkan pihak rumah sakit tidak memberikan informasi yang dibutuhkan keluarga pasien,” tandasnya kecewa. (DZH)

  • Reaktif Saat Rapid Test, PDP Asal Ciruas Ternyata Buruh Konveksi di Jakarta

    Reaktif Saat Rapid Test, PDP Asal Ciruas Ternyata Buruh Konveksi di Jakarta

    CIRUAS, BANPOS – Salah seorang warga Kecamatan Ciruas Desa Pamong, SP (22), terkonfirmasi reaktif berdasarkan hasil Rapid tes (RT) beberapa waktu yang lalu.

    Informasi yang didapatkan oleh BANPOS, SP berstatus Pasien dalam pengawasan (PDP) dan telah dirujuk ke Rumah sakit dr Drajat Prawiranegara (RSDP) Kabupaten Serang.

    SP pun telah melakukan rapid tes, dengan hasil reaktif. Sehingga statusnya sempat disebut menjadi positif pada Rabu (8/4) yang lalu, namun diklarifikasi menjadi hasil rapid test reaktif.

    Kemudian disebutkan bahwa esok harinya yakni Kamis (9/4), dilakukan Rapid tes kepada warga yang pernah melakukan kontak secara langsung dengan SP, target 17 orang di desa Pamong Kecamatan Ciruas.

    Humas RSDP Kabupaten Serang, drg Khoirul Anam membenarkan hal tersebut. Menurutnya, saat ini SP sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Banten.

    “Sebelumnya sudah dirawat di RSDP, masuk tanggal 4 April. Kemudian dirujuk pada tanggal 6,” ujarnya, saat dikonfirmasi oleh BANPOS, Jumat (10/4) malam.

    Anam mengatakan bahwa SP sebelumnya SP merupakan buruh di sebuah konveksi yang beralamatkan di Jakarta Barat. Saat dirawat di RSDP, kata Anam, pasien memiliki beberapa keluhan.

    “Keluhannya sesak napas, batuk, pilek dan demam,” tuturnya.

    Sementara itu, juru bicara satuan Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 Kabupaten Serang, drg Agus Sukmayadi, mengatakan hal yang sama. Ia pun berupaya mengonfirmasi ke pihak Puskesmas Kecamatan Ciruas melalui Kepala Puskesmas.

    “Info dari kepala Puskesmas Ciruas bahwa sebagian (informasi yang didapat BANPOS) benar. Hasil rapid test reaktif, bukan terkonfirmasi positif Covid-19,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Agus mengklarifikasi terkait informasi sebelumnya yang menyebutkan bahwa SP dinyatakan positif Covid-19. Menurutnya, positif yang dimaksud adalah hasil reaktif untuk rapid tes.

    “Positif yang dimaksud, hasil reaktif untuk rapid tesnya, bukan terkonfirmasi positif Covid-19 hasil pemeriksaan Swab PCR (Polymerase Chain Reaction atau tes swab),” jelasnya.

    Meski demikian, saat ditanyai perihal apakah pasien sudah dilakukan tes Swab atau belum, Agus mengatakan untuk hal tersebut perlu konfirmasi ke pihak RSU Banten.

    “Perlu konfirmasi ke RSU Banten,” tandasnya. (MUF)

  • Terancam Dipecat di Tengah Pandemi, 15 Pegawai Ramayana Serang Ngadu ke Dewan

    Terancam Dipecat di Tengah Pandemi, 15 Pegawai Ramayana Serang Ngadu ke Dewan

    SERANG, BANPOS – Sebanyak 15 pegawai Ramayana dikabarkan akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah pandemi Covid-19. PHK itu dilakukan lantaran pihak Ramayana mengalami penurunan pemasukan.

    Hal tersebut disampaikan oleh anggota Komisi II pada DPRD Kota Serang, Rizki Kurniawan. Ia mengatakan, sebanyak 15 pegawai Ramayana itu mendatangi dirinya untuk ngadu soal rencana PHK yang akan mereka alami.

    “Sekitar 15 orang pegawai Ramayana yang datang ke saya untuk mengadu terkait rencana PHK terhadap mereka. Alasannya karena pemasukan sedang turun,” ujarnya kepada BANPOS, Kamis (9/4).

    Menurut Rizki, para pegawai tersebut mengaku tidak ingin dikenakan PHK oleh pihak Ramayana. Terlebih kondisi perekonomian saat ini sedang tidak baik.

    “Mereka keinginannya untuk tidak di-PHK oleh pihak perusahaan. Karena kan saat ini ekonomi juga sedang sulit. Sekarang lagi tahap negosiasi,” ucapnya.

    Namun jika memang harus di-PHK, para pegawai berharap mendapatkan nominal pesangon yang sesuai dengan ketentuan.

    “Sekarang posisinya tinggal menunggu keputusan besaran pesangon. Keputusannya nanti sekitar tanggal 18,” katanya.

    Ia pun berharap, Disnaker Kota Serang dapat memediasi antara pihak pegawai dengan Ramayana. Sehingga, dapat menyelesaikan permasalahan dengan hasil yang saling menguntungkan.

    “Disnaker harus segera mediasi dan berikan kepastian insentif atau pesangon yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang terancam di-PHK,” tandasnya. (DZH)