Tag: Bahana TCW

  • Dana Kelolaan Bahana TCW Naik 14 Persen

    Dana Kelolaan Bahana TCW Naik 14 Persen

    JAKARTA, BANPOS – Selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) mencatat pertumbuhan dana kelolaan cukup positif di tengah-tengah fluktuasi pasar keuangan global dan domestik. Reksa dana terbuka merupakan salah satu kontributor terbesar bagi pertumbuhan asset under management (AUM) Bahana TCW.

    Direktur Bahana TCW, Danica Adhitama mengatakan dana kelolaan secara year to date hingga akhir September 2023, sebesar 14,71 persen, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja yang positif ini terutama dicatat oleh reksa dana Indeks dengan pertumbuhan AUM sebesar 38,86 persen, dengan

    total dana kelolaan mencapai Rp 2,26 triliun.

    ‘’Hingga akhir tahun ini kami akan terus berupaya mengembangkan dan memperkuat reksa dana yang sudah ada untuk menjaga momentum pertumbuhan yang positif ini,’’ papar Danica. Untuk produk reksa dana baru sudah masuk dalam pipeline kami tahun depan yang hingga saat ini masih terus kami matangkan dan selanjutnya akan membutuhkan persetujuan dari otoritas,” tambahnya.

    Anak usaha IFG ini memiliki tiga jenis reksa dana indeks yakni yang pertama, reksa dana Asian Bond Fund Indonesia Bond Index (ABF IBI Fund). Sesuai dengan namanya, reksa dana ini memanfaatkan pertumbuhan pasar obligasi negara yang sangat positif di sepanjang tahun ini.

    Saat ini, ABF IBI Fund terdiri atas obligasi yang tersebar di seluruh tenor sesuai komposisi indeks. Hal ini tentu saja, dapat mengurangi risiko harga, bagi investor yang memiliki obligasi cukup besar pada tenor tertentu saja.

    Kedua, reksa dana Bahana ETF Bisnis 27, sesuai dengan namanya pengelolaan dana investasi akan disesuaikan dengan indeks Bisnis-27, yang terdiri dari 27 saham pilihan dilihat dari kinerja perusahaan, likuiditas transaksi, akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.

    Ketiga, Reksa Dana Indeks Bahana Index IDX30 (BIDX30). Reksa dana yang satu ini fokus pada saham-saham berkapitalisasi besar dan 30 saham yang mewakili lebih dari 50 persen kapitalisasi pasar indeks harga saham gabungan (IHSG). Pilihan atas 30 saham tersebut tentu saja sudah mempertimbangkan kinerja perusaaan, likuiditas dan tata kelola perusahaan.

    ‘’Kami sangat berharap pertumbuhan yang positif ini masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini meski pasar keuangan domestik menghadapi berbagai tekanan dari global,” ungkap Danica. (RMID)

    Berita Ini Telah Terbit Di https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/193256/dana-kelolaan-bahana-tcw-naik-14-persen

  • Bahana TCW Optimis Pertumbuhan Kredit 10 Persen

    Bahana TCW Optimis Pertumbuhan Kredit 10 Persen

    JAKARTA, BANPOS – PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) optimis kredit perbankan sepanjang tahun ini mampu tumbuh pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia (BI).

    BI memperkirakan penyaluran kredit dari perbankan sepanjang tahun ini akan berada pada kisaran 10-12 persen. Pada Mei 2023, industri perbankan berhasil mencatat pertumbuhan kredit sebesar 9,39 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini, semakin menguat dari pencapaian bulan sebelumnya yang tumbuh 8 persen secara tahunan.

    ‘’Kredit konsumsi masih akan menjadi penopang utama penyaluran kredit di sepanjang tahun, di tengah-tengah tahun politik saat ini,’’ papar Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad, Kamis (6/7).

    Menurut dia, biasanya korporasi ataupun investor menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha sebab terdapat ketidakpastian akan perubahan kebijakan dengan adanya pemerintahan yang baru, sehingga akan mempengaruhi laju penyaluran kredit investasi dan modal kerja, tambahnya.

    Kredit yang tumbuh sekitar 10 persen ini masih selaras dengan nominal pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal satu sebesar 12,49 persen. Belum terlihat adanya indikasi overheating perekonomian. Bahkan jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisa dipahami jika BI menjadi lebih akomodatif pada paruh kedua tahun ini.

    Kata dia, Bank sentral siap memberikan stimulus melalui kebijakan makroprudensial berupa pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur pembiayaan untuk sektor hilirisasi pertanian, pertambangan, perkebunan dan perikanan. Artinya, pelonggaran giro wajib minimum (GWM) untuk sektor hilirisasi tersebut berpeluang akan disesuaikan.

    Bila dilihat dari perekonomian secara makro, tekanan inflasi pada paruh kedua tahun ini cenderung semakin landai, yang berdampak pada tingkat suku bunga acuan. Memang dari sisi tekanan inflasi, terbuka ruang bagi kebijakan moneter untuk memotong suku bunga, namun hal tersebut harus sangat hati-hati dilakukan sebab akan berdampak pada stabilisasi nilai tukar. Nilai tukar yang volatile akan mengganggu pelaku usaha.

    Suku bunga acuan atau yang lebih dikenal sebagai BI-7day (reverse) repo rate tetap pada kisaran 5,75 persen, sejak Februari hingga Juni 2023, dengan suku bunga dasar kredit (SBDK) per juni pada kisaran 13,06 persen. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, angka ini memang lebih tinggi namun besaran kenaikan SBDK kian melandai setiap bulannya. Hal ini akan berdampak positif bagi penyaluran kredit konsumsi sebab masyarakat pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga dan suku bunga.

    Dengan suku bunga yang stabil, risiko kredit bermasalah juga terus memperlihatkan perbaikan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) secara gross pada akhir Mei 2023 sebesar 2,52 persen, lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 3,04 persen.

    ‘’Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, Indonesia mampu menjaga inflasi yang cenderung menurun, dan kredit masih memperlihatkan penguatan, sehingga tidak ada alasan khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi,’’ papar Emil. Saham-saham big-cap cukup menarik untuk diperhatikan bila investor mulai melirik pasar saham, ujarnya lebih lanjut.(RMID)