Tag: Baksel

  • Warga Baksel Laporkan Pejabat PPID BPKAD Banten, Minta Kinerjanya Dievaluasi

    Warga Baksel Laporkan Pejabat PPID BPKAD Banten, Minta Kinerjanya Dievaluasi

    SERANG, BANPOS – Sering tak ada di tempat, pemohon informasi publik mendesak Kominfo Provinsi Banten mengevaluasi kinerja Petugas PPID Pembantu di BPKAD Provinsi Banten, terkait integritas kinerja Petugasnya.

    Hal itu dikeluhkan Deden Haditiya, warga Lebak Selatan (Baksel) yang datang berulang kali ke PPID Pembantu di BPKAD Provinsi Banten.

    Deden mengaku, dirinya telah beberapa kali datang dari Baksel ke BPKAD untuk menghadap dan memberikan surat Permohonan informasi Publik ke PPID Pembantu. Namun petugas yang bersangkutan selalu tidak ditemukan di ruang kerjanya.

    “Saya akan laporkan kinerja PPID di OPD ini dan OPD lainnya yang sering tidak masuk kantor atau tidak ada di tempat untuk memberikan layanan administrasi informasi publik kepada masyarakat. Apalagi saya jauh jauh datang dari Malingping, Banten Selatan ke BPKAD di Serang,” ujarnya.

    Tak hanya mendesak Kominfo, Deden mengatakan bahwa dirinya juga akan melaporkan kinerja para petugas PPID Pembantu itu ke Ombudsman hingga Gubernur Banten. Sebab, tugasnya sebagai pelayanan informasi dibiayai oleh APBD, namun kinerjanya tidak ada.

    “Saya juga akan laporkan kinerja ini ke Ombudsman, dan Gubernur Banten. Karena tugas mereka kan dibiayai APBD, jangan sampai anggaran diserap namun kinerjanya nihil,” tandasnya. (MUF)

  • Inovasi Pupuk Pertanian NutriTop, Ternyata Lebih Unggul dari Pupuk Biasa

    Inovasi Pupuk Pertanian NutriTop, Ternyata Lebih Unggul dari Pupuk Biasa

    LEBAK, BANPOS – Inovasi di dunia pertanian selalu terus maju berkembang. Temuan-temuan agriculture science telah banyak melahirkan formula yang bermanfaat dan mempermudah manusia dalam mengelola lahan maupun tanaman. Baru-baru ini CV Bilqis Bergoyang Karena Angin Laut (B2KAL) yang beralamat di Jogjogan, Kecamatan Bayah, bekerjasama dengan PT Mitra Utama Makmur (MUM) sebagai produsen pupuk NutriTop yang memproduksi berbagai jenis pupuk pertanian.

    Seperti Nutroking Plus, Nutritop Map dan Nutritop Sop. Ketiga jenis pupuk tersebut sudah diakui secara resmi dan bisa menghasilkan hasil tanam 2 kali lebih besar dan penggunaan pupuk lebih hemat, Kamis, (10/12).

    Dalam paparan Direktur Pemasaran PT MUM dihadapan puluhan para pengurus Gapoktan se Lebak selatan (Baksel), seperti perwakilan penyuluh pertanian, perwakilan para petani dan pengusaha tani. Disana diterangkan bahwa NutriTop ini pupuk yang fleksibel, mudah menggunakannya seperti halnya pupuk biasa dan tidak menimbulkan dampak terhadap tanah.

    “Perusahaan kami ini sudah memproduksi belasan jenis pupuk. Dan memiliki ijin edar 01.01.2021.819. Namun yang saat ini akan dikenalkan cuma tiga jenis saja, yaitu Nutroking Plus sebagai pengganti pupuk urea, Nutritop Map adalah untuk merangsang bunga dan Nutritop Sop untuk buah,” ujar Gunawan kepada BANPOS usai makan siang, di kafe Bilqis Kamis (10/11).

    Dijelaskan Gunawan, setiap kurun zaman akan ada perubahan,termasuk pengelolaan tentu ada perubahan yang lebih baik. Seperti teknologi, medis maupun pertanian.

    “Kondusi keasaman tanah sekarang ini sangat tinggi, tanah mengeras, kasar salinitas tinggi, bakteri baik berkurang bakteri jahat bertambah, tanaman mudah stres, target serangga, penyerapan nutrisi turun dan organisme berkurang. Nah pupuk NutriTop ini dibuat dengan teknologi Jerman, bisa lebih menstabilkan kondisi tanah. Tanah menjadi gembur, ramah lingkungan, meningkatkan bakteri baik, meningkatkan mikroorganisme, mengurangi stres tanah, penyerapan nutrisi lebih efektif dan memperbaiki unsur hara tanah,” tutur Gunawan.

    Kata dia, jika menggunakan pupuk biasa akan memakan banyak waktu dan tenaga, namun dengan NutriTop ini bisa dikurangi 50 persen.

    “Jika dengan Urea proteksi tanaman oleh pupuk hanya bertahan 15 sampai 20 hari misalnya. Kalau dengan NutriTop bisa diproteksi hingga 90 hari. Ini kelebihan yang kita punya dan sudah diuji di berbagai tempat di Indonesia. Kalau untuk di Banten kita sudah ada di Pandeglang dengan yang akan dilaksanakan Bayah ini. Dan untuk persoalan pemesanan pupuk dan rencana uji coba demplot (lahan baru lahan percontohan), kita sudah bekerjasama dengan CV B2KAL, silahkan dengan pa Direkturnya pa Zaini Dahlan,” paparnya.

    Sementara Zaini Dahlan sebagai pengelola CV Bilqis atau B2KAL mengatakan bahwa untuk tahapan yang akan dilakukannya saat ini adalah tengah membangun kerjasama dengan para Gapoktan dan juga Pengusaha Tani termasuk dengan para penyuluh.

    “Ini kita sedang membina kerjasama dengan para Gapoktan dan penyuluh untuk membuat titik-titik demplot di tiap kecamatan di Lebak selatan. Namun, ini adalah peluang untuk memperbaharui pola pertanian kita, kalau biasanya kita per hektar panen cuma dapat 6 sampai 7 Ton, insha Allah dengan penggunaan pupuk NutriTop hasil produsi bisa bertambah lebih 20 Persen. Kendati pupuk kita ini non subsidi, tapi secara harga tetap terjangkau, yakni ramah lingkungan, praktis dan ekonomis. Begitupun penggunaan pupuknya, jika per hektare menggunakan Urea butuh sampe 500 Kg, dengan NutriTop cukup 200 Kg saja, jadi selain hemat juga hasilnya berlipat,” jelas Zaini mengakhiri penyampaian. (WDO)

  • Saat Menyedot Air, Dua Penambang Batubara Tewas Hisap Gas Racun

    Saat Menyedot Air, Dua Penambang Batubara Tewas Hisap Gas Racun

    CILOGRANG, BANPOS – Nasib nahas menimpa dua orang gurandil di Lebak Selatan, keduanya dilaporkan tewas ketika tengah menyedot air di dalam galian lobang batubara yang berlokasi di blok Cibetot Desa Lebaktipar, Kecamatan Cilograng.

    Disebutkan, korban ditemukan tidak bernyawa setelah diduga menghirup racun karbon monoksida di dalam lobang galian batubara tersebut. Rabu (22/7)

    Informasi yang didapat BANPOS, kedua korban meninggal itu bernama Indra (25) warga Kampung tipari RT 03 RW 01 Desa Lebaktipar Kecamatan Cilograng dan Asep (23) warga Kampung Cisuren Desa Cisuren Kecamatan Bayah.

    Menurut keterangan, kronologis kejadian bermula ketika kedua korban tengah bekerja menyedot air untuk dikeluarkan di dalam galian batubara. Namun secara tidak sadar, korban menghirup racun karbon monoksida yang mengakibatkan dua korban tersebut keracunan hingga tewas.

    Seorang saksi mata menyebut, korban saat masuk lobang lama tidak keluar. Karena curiga dan khawatir, saksi mata bersama warga lain mendatangi lobang dan memasang blower agar udara masuk.

    “Sekian lama kedua korban tidak keluar dari lobang tersebut, kami mulai curiga terjadi sesuatu di dalam lobang, kemudian kami dibantu warga dengan menggunakan blower berusaha mengeluarkan kedua jasad korban dari lobang,” tutur Dina saksi kejadian, Kamis (23/7).

    Terpisah, Komandan Rayon Militer (Danramil) 0315 Bayah, Kapten (Arm) Rosyid, membenarkan kejadian tersebut, Kata dia, saat ini kasusnya sudah ditangani pihak Polsek Cilograng.

    “Betul pak, dua orang meninggal di lobang batubara karena menghirup racun oksigen. Kasus ini sekarang sedang ditangani pihak Polsek Cilograng,” terangnya.(WDO/PBN)

  • Puluhan Tahun tak Tersentuh Pembangunan, Jalan Lintas Cigemblong-Cihara Rusak Parah

    Puluhan Tahun tak Tersentuh Pembangunan, Jalan Lintas Cigemblong-Cihara Rusak Parah

    BAKSEL, BANPOS – Warga Lebak selatan (Baksel) yang berada di pedalaman dua kecamatan mengeluhkan keberadaan sarana transportasi jalan yang rusak parah tiada berwujud.

    Keberadaan jalan itu panjangnya sekitar 15 kilometer, menghubungkan empat desa pedalaman di Kecamatan Cigemblong dan Cihara.

    Sebagaimana dikeluhkan warga Desa Cikatet Kecamatan Cigemblong, Abdul Majid. Kepada BANPOS, ia mengatakan, keberadaan jalan tersebut sama sekali tidak tersentuh perbaikan, sehingga akses warga di desanya sangat susah.

    “Kalau hujan begini jalan ini sudah campur lumpur tanah merah dan susah dilalui roda dua. Ya mungkin karena ini daerah pedalaman jadi tidak terkontrol,” ujar Majid, Kamis (25/6).

    Menurutnya, jalan tersebut adalah milik pengelolaan kabupaten dan sudah puluhan tahun tidak pernah tersentuh perbaikan.

    “Keadaan seperti ini yang saya tahu sejak saya masih sekolah SD, puluhan tahun lalu. Padahal ini jalan milik kabupaten dan akses yang sangat dibutuhkan warga pedalaman empat desa dalam nemasok hasil bumi ke kota. Ini dilalui warga dua desa di Cigemblong dua desa di Cihara,” jelas Majid.

    Eman warga setempat pun mengaku prihatin jika mengirimkan hasil pertanian dan kebun yang mau dijual ke pasar.

    “Karena keadaan ini kalau kami bawa hasil bumi terpaksa harus manual dipanggul, kalau hujan harus nginep di jalan, bisa dua hari nyampenya. Padahal kalau jalan bagus mah ke pasar Malingping bisa pake mobil, 4 jam juga nyampe. Bahkan kadang gula aren dijualnya tidak bijian lagi, tapi kiloan karena rusak di jalan,” keluhnya.

    Kepala Desa Cikaret Kecamatan Cigemblong, Alinta kepada wartawan membenarkan kondisi jalan penghubung tersebut. Kata dia, pihaknya pun tidak tinggal diam sudah mengajukan berkali-kali bamun belum pernah ada realisasi.

    “Iya jalan itu sangat vital untuk akses transportasi warga di empat desa ini, juga akses pendidikan dan yang utama adalah akses ekonomi. Dan kami sudah berkali-kali mengusulkan tapi belum juga ada jawaban,” katanya.

    Sekedar informasi, jalan penghubung antara kecamatan ini panjangnya 15 Kilometer, melintasi empat pedesaan. Mulai dari Kampung Curuglingsuh di Desa Cikaratuan dan Cikaret di Kecamatan Cigemblong ke Desa Pondokpanjang dan Citeupuseun di Kecamatan Cihara.(WDO/PBN)

  • Banjir Jalan Nasional di Cihara Bikin Macet, Diduga Akibat Kecilnya Gorong-gorong

    Banjir Jalan Nasional di Cihara Bikin Macet, Diduga Akibat Kecilnya Gorong-gorong

    LEBAK, BANPOS – Puluhan kendaraan mobil dan motor terjebak kemacetan hingga kiloan meter di ruas jalan raya Cibobos – Bayah, Kecamatan Cihara, Jumat (8/5).

    Kemacetan terjadi akibat luapan air dan deras dari jembatan. Kondisi itu akibat kecilnya gorong – gorong jembatan pada ruas jalan nasional sehingga air yang mengalir dari atas bebukitan dari hujan deras yang terjadi di wilayah tersebut tidak bisa mengalir normal.

    “Gak bisa lewat kita, airnya terlalu deras dan takut pas lewat jalan itu jebol,” kata seorang pengendara motor Sanudin

    Senada diungkapkan pengendara motor lainnya Herman. Ia mengaku takut melintasi luapan air yang deras dari jembatan tersebut.

    “Ia takut pas kita lewat jalan itu ambrol tergerus air. Ya bertahan sementara nunggu airnya surut dulu,” ungkapnya.

    Kepala Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Mulyadi membenarkan, bahwa luapan air yang deras hingga ke jalan tersebut akibat kecilnya gorong – gorong jembatan. Menurutnya, kondisi itu terjadi bukan yang pertama kali.

    “Iya, gorong-gorong jembatannya kecil. Sering, bahkan setiap hujan deras pasti luapan air dari jembatan itu sampai ke jalan. Ya kami minta dinas terkait segera melakukan perbaikan agar kondisi itu terjadi lagi,” katanya (CR-01/PBN)

  • Mekanisme Penyaluran Semrawut, JPS Bisa Picu Gejolak Sosial di Baksel

    Mekanisme Penyaluran Semrawut, JPS Bisa Picu Gejolak Sosial di Baksel

    BAKSEL, BANPOS – Pendistribusian Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang merupakan upaya pemerintah untuk meringankan beban rakyat terdampak Covid-19 dianggap semrawut mekanismenya, sehingga hingga kini mengalami keterlambatan dan jika dibiarkan justru bisa memicu gejolak sosial.

    BLT untuk terdampak Covid-19 sedianya digelontorkan untuk bulan April-Mei-Juni, hingga memasuki pekan pertama Bulan Mei ini belum dapat tersalurkan dan diterima penerima manfaat, khususnya yang terdampak Covid-19, ini diduga dikarenakan data, mekanisme dan peraturan yang berbelit tidak karuan.

    Pemerhati kebijakan pemerintah, Uce Saepudin yang akrab disapa Bucek kepada BANPOS menutur, ada tiga kendala utama yang menjadi permasalahan penyaluran BLT.

    “Dari yang saya amati, kendala BLT di antaranya ialah data. ada kesimpangsiuran antara DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) dan SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial-Next Generation), dengan pengajuan para RT, hal ini meliputi input data verval yang belum update. Kedua mekanisme, terutama untuk waktu penyalurannya, seharusnya agar terstruktur diatur waktu penyalurannya, misalnya APBN di minggu pertama, APBD Provinsi minggu kedua, Kabupaten, lalu terakhir dari dana desa,” ujarnya, Kamis (7/5).

    Dikatakan, yang terakhir itu peraturannya. Hal ini juga menjadi kendala.

    “Karena dianggap banyak pihak bersifat universal, tumpang tindih, hierarki peraturan tidak jelas, sehingga membuat kebingungan,” katanya.

    Dalam hal ini pihaknya juga menyayangkan Bansos Covid-19 dari APBN yang sudah cair sejak minggu lalu bukan hasil dari pengajuan data terbaru dari RT.

    “Saya sedikit menyayangkan BST Covid-19 APBN tahap 1 yang Minggu lalu sudah cair, Pemerintah sepertinya memilih data SIKS-NG waiting list secara random, namun disayangkan yang dipilih ialah yang sudah mempunyai rekening bank pribadi saja,” ungkapnya.

    Kata dia, ketimpangan antara ajuan data dari pihak RT dengan yang menerima ada ketidaksinkronan, sehingga kalau ini dibiarkan justru bisa menimbulkan gejolak sosial di bawah.

    “Kuota yang turun dari sana cuma sedikit dan terbatas tidak sesuai data ajuan dari bawah. Sehingga ini memperparah kecemburuan di tengah situasi Covid, ini jangan dibiarkan karena bisa menimbulkan gejolak sosial besar,” paparnya.(WDO/ENK)

  • Butuh Perhatian, Sudah 8 Hari ODGJ Kambuhan Dikerangkeng

    Butuh Perhatian, Sudah 8 Hari ODGJ Kambuhan Dikerangkeng

    CIHARA, BANPOS – Wanita malang yang beranak dua, S (33) , warga Kecamatan Cihara, diduga sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Perempuan setengah baya tersebut, sudah 8 hari dilaporkan dikurung dalam kerangkeng oleh pihak keluarganya.

    Kepada wartawan, kakak korban, Arpin, menerangkan bahwa penyakit ODGJ yang diderita adiknya sudah itu sudah satu tahun lamanya. Ia mengklaim, mengurung (kerangkeng-red) S, itu untuk menyelamatkan dirinya.

    “Iya, penyakit ODGJ adik saya ini sudah satu tahun, sempat seperti biasa lagi, sehat. Namun kumat lagi sudah dua minggu. Adik saya lari-lari, kadang ke hutan sambil bawa anaknya yang perempuan berumur satu tahun. Kalau anaknya yang gede itu perempuan berumur 14 tahun, sudah bisa aman. Dengan keadaan adik saya seperti ini, saya merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya ini dikurung. Ini sudah 8 hari, kan aman, kami juga yang nungguinnya bisa tidur,” ungkap Arpin di rumahnya, Rabu (22/4).

    Pihak keluarga berharap ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan S yang sedang mengalami ODGJ juga bantuan kebutuhan ekonominya. “Saya berharap kepada pemerintah terkait agar membantu kami, keadaan adik saya ini butuh pengobatan yang serius. Memang kemarin juga ada yang dari pihak Puskesmas Cihara yang datang dan memberikan obat ke adik saya ini. Namun kami saat ini merasa cemas, karena sudah dua hari ini adik saya tidak mau makan dan tidak mau diajak bicara. Kami orang miskin, berharap ada bantuan dari pemerintah,” katanya.

    Sementara Kepala Desa Pondokpanjang, Sobandi yang didampingi Sekdesnya Hedi, saat menjenguk ke rumah korban mengatakan pihaknya bersama stakeholder desa merasa prihatin melihat kondisi S. Menurutnya ini tanggungjawab bersama semua elemen.

    “Kami merasa prihatin melihat kondisi S, tinggal bersama Ibunya yang sudah janda tua. Ia butuh pengobatan medis sedangkan keadaan ekonomi keluarganya tidak mampu. Kami juga tidak tinggal diam, akan tetapi berusaha semaksimal mungkin mendorong agar S bisa sehat kembali seperti biasa. Ya, tentunya butuh perhatian dari semua pihak,” ungkapnya.

    Terpisah, Madsoleh, aktivis Kecamatan Cihara, meminta semua pihak untuk membantu korban yang tengah menderita. “Kami berharap kepada seluruh dinas terkait yang memang punya peranan sosial masyarakat agar segera menangani musibah yang di derita ibu S. Baik penanganan medisnya juga keadaan ekonomi yang memang butuh bantuan seperti sembako. Itu anaknya perlu juga diperhatikan apalagi yang masih kecil,” papar Madsoleh.(WDO/PBN)

  • Akses Jembatan Galtam Gunung Wangun Memprihatinkan

    Akses Jembatan Galtam Gunung Wangun Memprihatinkan

    CIBEBER, BANPOS – Kondisi jalan dan jembatan yang dijuluki warga Jembatan Galtam di Cisaat Desa Gunung Wangun Kecamatan Cibeber dilaporkan sangat memprihatinkan. Padahal itu satu-satunya akses transportasi warga antar desa di kawasan itu.

    Salah seorang tokoh warga setempat, Ade Ayi kepada BANPOS mengungkapkan keadaan jalan yang rusak dan terkikis longsoran juga jembatan yang sudah tua mengkhawatirkan para pengguna jalan serta berpotensi rawan bahaya.

    “Jembatannya juga memang sudah tidak layak di pakai, rawan longsor fan jembatan rapuh. Sangat menghawatirkan bagi para warga yang melintas, ditambah juga faktor cuaca dan curah hujan di daerah kami emang sangat tinggi tiap hari, itu juga salah satu faktor terjadinya penambahan kerusakan jembatan,” ungkap Ade, Senin (20/4).

    Ditambahkannya, keberadaan jalan dan jembatan itu pun penghubung ke beberapa kampung dan desa. Yakni penghubung ke Desa Cikadu, Gunung Wangun dan desa Sirna Galih dan juga ke arah Kaolotan Cipta Gelar.

    “Saya sangat prihatin dengan keadaan jalan menuju kampung kami, karena hanya itulah satu-satunya akses jalan menuju perkampungan kami dsn desa lain seperti Cikadu dan Sirna Galih, jadi mohon kepada intansi terkait supaya secepatnya memperbaiki jembatan sebelum menelan korban. Jadi kami mohon pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PUPR Kabupaten Lebak segera melakukan perbaikan, sebelum memakan korban jiwa,” jelasnya.

    Sementara itu, Kaur Ekbang Desa Gunung Wangun, Iden kepada wartawan mengatakan bahwa dari akhir tahun 2019 pihaknya sudah menyampaikan keadaan dua jembatan tersebut kepada Dinas PUPR Kabupaten Lebak,

    “Soal ini sudah kami sampaikan ke Dinas PUPR Kabupaten, awal Tahun 2020 lalu, pihak PUPR juga sudah turun melakukan peninjauan dan pemeriksaan jembatan tersebut, dan berjanji dalam tahun ini juga akan di anggarkan untuk di lakukan perbaikan,” jelas Iden.

    Dikatakannya, kendati sudah dilaporkan ke Dinas PUPR Lebak, tapi menurutnya, sampai saat ini belum dilakukan perbaikan.” Ya sampai saat ini belum ada rencana perbaikan. Mungkin terhambat darurat wabah korona,” katanya.(WDO/PBN)

  • Dirawat di Pasar Minggu, Dokter Puskesmas Cipeundeuy Malingping Dilaporkan Positif Korona

    Dirawat di Pasar Minggu, Dokter Puskesmas Cipeundeuy Malingping Dilaporkan Positif Korona

    BAKSEL, BANPOS – Setelah sebelumnya diberitakan, Satu tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit Adjidarmo Rangkasbitung, dinyatakan positif terpapar virus korona (Covid-19). Dikabarkan, terdapat kembali tenaga kesehatan yang bekerja di Lebak, positif terkena virus tersebut.

    Salah seorang Dokter medis yang bertugas di Puskesmas Cipeundeuy Kecamatan Malingping dilaporkan terjangkit virus korona (Covid-19). Saat ini dokter wanita tersebut dikabarkan tengah dalam perawatan RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Juru bicara (Jubir) Gugas Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Lebak, Firman Rahmatullah, saat dikonfirmasi BANPOS membenarkan yang bersangkutan diduga terjangkit Covid-19 dan pasien saat ini masih dirawat di RSUD Pasar Minggu Jakarta.

    “Ya, kalau menurut informasi dari yang bersangkutan kepada saya seperti itu (positif korona, red). Yang bersangkutan masih dirawat di RS Pasar Minggu, Jakarta,” ujar Firman, Sabtu (18/4).

    Dijelaskan juga, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan data otentik hasil pemeriksaan dari pihak rumah sakit yang bersangkutan. sehingga belum dapat diketahui secara pasti apakah dinyatakan positif Covid-19 hasil pemeriksaan rapid test atau uji swab.

    “Ya kabar resminya secara data otentik hasil pemeriksaan kita belum dapat. Artinya, (status, red) positifnya dari hasil pemeriksaan dengan cara apa, itu yang harus kami pastikan dulu,” jelas Firman.

    Ia memaparkan, terhitung sejak 1 sampai dengan 17 April 2020, dokter tersebut menurutnya lebih sering berada di luar Malingping (izin-red). “Nah untuk mengecek data yang bersangkutan, saya bersama kepala Dinkes sekarang ada di Puskesmas Cipeundeuy, Malingping” katanya.

    Diketahui, berdasarkan data pada absensi Puskesmas setempat, terhitung sejak tanggal 1 sampai 17 April 2020 kemarin, yang bersangkutan masuk kerja ke Puskesmas Cipeundeuy hanya lima hari,

    “Merasakan keluhan dimulai tanggal 1, 2, 6, 7 dan 11 April lalu. Pengakuan awalnya mulai batuk-batuk, meriang dan nyeri sendi, lalu pada 8 April Anosmia, yakni tidak merasakan mencium bau, terakhir berada di tempat tugas Cipeundeuy pada 11 April lalu. Dan tercatat yang bersangkutan tidak masuk kerja dengan keterangan sakit mulai 13 sampai dengan 17 April kemarin,” ungkapnya.

    Ditambahkan Firman, ada puluhan petugas di Puskesmas Cipeundeuy yang punya riwayat selalu berhubungan dengan dokter tersebut yang harus segera dilakukan chek kesehatannya.

    “Ada 52 orang petugas di Puskesmas Cipeundeuy ini yang perlu dianalisa chek kesehatan, utamanya yang punya riwayat sempat berhubungan dengan dokter yang bersangkutan selama kurun itu. Ini demi kehati-hatian untuk lingkungan setempat, jadi intinya mereka itu perlu didiagnosa dengan rapid tes,” katanya.

    Hal senada dikatakan Kepala Puskesmas Cipeundeuy M Aripudin kepada wartawan. Ia menerangkan bahwa dokter tersebut merupakan warga kelahiran Riau yang bertempat tinggal di Depok, Bogor.

    Menurutnya, selama bertugas di Puskesmas, ia tinggal di Perumahan Puskesmas yang berlokasi di Desa Cipeundeuy, Malingping. “Selama bulan Maret dan sampai tanggal 11 April 2020 dia diam (tinggal-red) di perumahan Puskesmas Cipeundeuy. Biasanya pulang kalau hari Jumat sore dan datang Senin pagi,” terang Aripudin.

    Namun kata dia, pihaknya mengaku belum mendapatkan informasi resmi apakah yang bersangkutan dinyatakan positif Covid-19 termasuk hasil pemeriksaan rapid test atau hasil uji Swabnya.

    “Soal terjangkit tidaknya saya belum tau. Dan yang berhak menjelaskan adalah Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten. Jadi itu tanya langsung ke pa dr Firman,” paparnya

    Diketahui, pemeriksaan virus Corona di Indonesia saat ini dilakukan dengan dua cara, yaitu rapid test dan uji Swab. Namun kalau untuk mengetahui diagnosa seseorang terpapar tidaknya harus oleh pemeriksaan Swab.(WDO/PBN)

  • Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    MALINGPING, BANPOS – Di tengah musim wabah Covid-19 yang mengharuskan Lockdown, belasan warga di Kampung Cikeusik Timur (Ciktim) RT 05/02 Desa Malingping Selatan (Malsel) dilaporkan mengalami sakit yang diduga disebabkan dari wabah nyamuk Chikungunya dan ada pula yang sudah terkena wabah Demam Berdarah Degue (DBD).

    Informasi yang didapat dari Pegiat Pemuda setempat, Roif Setiawan kepada BANPOS mengatakan, belasan warga ditemukan mengalami berat di kaki bercampur meriang panas dingin dan pusing-pusing lalu kulit terserang gatal-gatal.

    “Gejala awal yang dilaporkan penderita itu mereka pusing, mual, kaki berat bercampur badan panas dingin setelah itu kulit gatal gimbal,” ujar Roif, Jumat (3/4).

    Menurutnya, setelah beberapa warga diperiksa ke dokter di klinik terdekat, mereka diduga mengalami serangan wabah Chikungunya,

    “Kalau menurut yang sudah dibawa ke klinik, mereka dinyatakan terkena Chikungunya. Tapi sebagian sudah agak mendingan, namun yang lain masih mengalami sakit, jumlah yang terkena ada sekitar 16 orang. Selain itu ada satu orang warga sini yang positif terkena DBD,” terangnya.

    Senada, Warsih (41) salah seorang warga setempat yang sudah sehat kepada BANPOS mengaku dirinya dinyatakan terkena Chikungunya,

    “Kata dokter itu gejala Chikungunya. Yang terasa sih kaki saya kesemutan terus berat dilangkahkan, badan panas dingin, kepala terasa pusing dan setelah itu kulit gimbal dan gatal. Sekarang mah udah mendingan” papar Warsih.

    Sementatara, Juju Juhariyah masih warga yang sama melaporkan bahwa cucunya seminggu yang lalu mengalami DBD dan sempat di bawa ke RS Ajidharmo Rangkasbitung.

    “Ya cucu saya yang bernama Dika yang baru kelas 1 SMA terkena DBD, itu kata dokter di puskesmas harus dirawat Rangkas. Sekarang masih dirawat,” ungkapnya.

    Tokoh masyarakat setempat Maknun, meminta adanya penyemprotan Fogging anti DBD di wilayah Kampung Cikeusik Timur agar tidak menyebar ke warga lain.

    “Sekarang ini sedang melanda korona dan musim hujan. Ada baiknya pemerintah melakukan penyemprotan anti DBD, agar wabah DBD dan Chikungunya tidak menyebar,” kata Maknun.

    Terpisah, Kepala Desa Malsel, Aceng Junaedi saat dikonfirmasi membenarkan hal itu dan pihaknya mengaku sudah mendapat laporan. “Iya, saya sudah mendapat laporan. Tapi saat ini saya sedang di Serang lagi jenguk saudara yang sakit,” ujar Aceng.(WDO/PBN)