CILEGON, BANPOS – Korban banjir di beberapa wilayah di Kota Cilegon belum menerima bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, hingga Selasa (5/5). Diketahui banjir yang terjadi di beberapa wilayah Kota Cilegon pada Senin (4/5), mengakibatkan 1.848 Kepala Keluarga (KK) terdampak.
Pantauan BANPOS di lapangan, Selasa (5/5), beberapa daerah masih terlihat digenangi air. Seperti halnya di Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, dan Lingkungan Ciora Kawista, Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol. Di Perumahan Metro Cilegon yang berada di Kelurahan Gedong Dalem dan Masigit juga masih terdapat genangan air.
Warga Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, Fendi Setiawan mengatakan, banjir yang terjadi sejak Senin (4/5) pagi, hingga kemarin sore belum surut. Meski intensitasnya sudah menurun.
“Air masih menggenang selutut, kemarin mah sekepala orang dewasa,” kata Fendi ditemui di Kotasari.
Fendi mengatakan, banjir tersebut baru terjadi dua kali di lingkungan tersebut. Pertama, pada awal 2020 lalu dan terjadi lagi awal pekan ini. “Ini banjir terparah, pagar rumah bagian depan ambruk, dapur juga ambruk,” katanya.
Akibat banjir tersebut, semua alat elektronik, pakaian, serta furniture di dalam rumah tidak ada yang bisa diselamatkan. Hingga kemarin sore, bantuan tak kunjung datang. “Belum ada bantuan apapun dari pemerintah. Kita bingung alat masak di dapur juga rusak semua, makan ya beli sama dari tetangga,” katanya.
Fendi menyebut, banjir tersebut diduga akibat proyek Jalan Lingkar Utara (JLU) yang sedang digarap oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) sejak tahun lalu. Proyek tersebut, dinilai membuat lahan hijau di sekitar Kelurahan Grogol berkurang. “Di atas ada proyek JLU. Kemungkinan akibat itu,” tuturnya.
Meski menjadi korban banjir, Fendi bersyukur, anggota keluarganya selamat. Sebab, banjir yang terjadi sangat cepat. “Hitungan detik saja, sekitar jam 10.00 pagi (Senin 4/5), air langsung saja menyambar rumah kami yang dekat dengan terowongan tol,” ungkapnya.
Sama dengan Arif yang rumahnya juga berdekatan dengan Fendi, semua barang berada di rumah tidak ada yang bisa diselamatkan. Semua alat elektronik terendam air dan semua sudut rumah juga terendam air. “Belum ada bantuan sama sekali,” ujarnya.
Ketua RW 05, Kelurahan Kotasari, Ghorib menuturkan, banjir baru pertama kali terjadi di lingkungan Perumahan Puri Cilegon Hijau. Sebelumnya, tidak pernah terjadi banjir. Banjir tersebut merupakan banjir bandang, sebab air yang datang sangat deras dan cepat. “Ini banjir bandang, airnya mengerikan, kalau dulu banjir Cuma genangan,” akunya.
Ghorib menuturkan, banjir tersebut diduga akibat kerusakan alam di pegunungan utara Kota Cilegon. Ia tidak mengetahui, kerusakan alam di pegunungan tersebut diakibatkan oleh apa. “Jalan komplek rusak semua. Paving blok keangkat semua, ini karena airnya sangat deras,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Walikota Cilegon Edi Ariadi memilih untuk tidak memberikan komentar atas peristiwa banjir yang menggenangi delapan kecamatan di Cilegon. Saat ditemui beberapa awak media di Kantor Walikota Cilegon, Edi meninggalkan awak media yang hendak mewawancarainya.
“No comment. Ke Pak Erwin sama Pak Aziz, lagi dihitung (Bantuan –red),” katanya Edi meninggalkan awak media begitu saja.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon Ahmad Mafruh mengatakan, jumlah korban yang terkena banjir yaitu 1.848 KK. Banjir di beberapa wilayah Kota Cilegon terjadi sejak Senin (4/5) pagi sekitar pukul 11.00 WIB dan mulai surut pada Selasa (5/5) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB.
“Kita telah melakukan assessment di titik yang wterdampak bencana banjir dan longsor, melakukan evakuasi korban terdampak, dan mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan korban terdampak bencana banjir dan longsor,” ujarnya, kemarin.
Kata Mafruh, banjir terparah di Kecamatan Grogol. Selain dilanda banjir, di Kecamatan Grogol juga ada longsor di Batu Lawang, Kelurahan Gerem.(LUK/ENK)