Tag: Bansos Covid-19

  • Sebanyak 15 Ribu KK Warga Cilegon Terima Bansos PPKM

    Sebanyak 15 Ribu KK Warga Cilegon Terima Bansos PPKM

    CILEGON, BANPOS – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Hikmat, didampingi Sekretaris Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial, Benny
    Sujanto, melakukan pengecekan langsung penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa bantuan pangan non tunai reguler dan bantuan pangan non tunai PPKM kepada keluarga penerima manfaat di Kota Cilegon, Jum'at (11/2).

    Sekjen Kemensos Harry Hikmat membuka penyaluran bansos kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari wilayah Ciwandan dan Citangkil di Kantor Layanan Bank Mandiri Cilegon. Kemudian dilanjutkan dengan pengecekan langsung ke lokasi penyaluran bansos di E- Waroeng di Lingkungan Sambirangon, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon. 

    Hal ini dilakukan, untuk memastikan lokasi penyaluran bantuan sosial, berada dekat dan bisa diakses para keluarga penerima manfaat yang selama ini terkendala penyalurannya.

    Pengecekan dilakukan sejalan dengan arahan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, semua pejabat di lingkungan Kementerian Sosial melakukan percepatan pencairan bantuan sosial di sejumlah daerah. Untuk itu, Sekretaris Jenderal Kemensos Harry Hikmat melakukan kunjungan kerja di Kota Cilegon, untuk menindaklanjuti arahan Mensos.

    Diketahui, ada dua lokasi yang menjadi titik kunjungan Sekjen yakni kantor Bank Mandiri Kota Cilegon di Jl Letjen Suprapto dan E-Warong Cibeber Makmur, di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Cibeber. 

    Di lokasi pertama diundang untuk mencairkan bantuan sebanyak 939 KPM dan di lokasi kedua sebanyak 404 KPM. Tentu saja, kedatangan KPM diatur sedemikian rupa untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan Covid 19.

    "Pencairan bansos yang dilakukan hari ini adalah Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Kartu Sembako Reguler, BPNT/Kartu Sembako PPKM dan Program Keluarga Harapan (PKH). Di Kota Cilegon, cukup banyak KPM yang belum melakukan transaksi," katanya disela penyaluran bansos.

    Menurutnya, dari pengalaman di beberapa daerah, kebanyakan kurangnya akselerasi salur bansos terkait dengan bagaimana menjangkau kelompok rentan, yakni lanjut usia dan penyandang disabilitas. Karena kondisi yang mereka alami, tidak mudah menghadirkan mereka ke kantor bank.

    Untuk mengakselerasi pencairan bantuan, Sekjen menyerukan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan koordinasi. Kepada bank penyalur, Sekjen meminta agar mereka berinisiatif jemput bola. “Bank saya minta untuk bergerak  door to door mendatangi KPM,” katanya.

    Untuk keperluan itu, ia meminta dukungan semua pihak termasuk pemda menggunakan berbagai fasilitas yang memungkinkan salur bansos mendekati lokasi tinggal KPM. "Apakah itu
    kantor camat, kantor desa/lurah, atau fasilitas lain yang memungkinkan," pungkasnya.

    Berdasarkan data dari petugas Kordinator Daerah Bansos Kota Cilegon pada Dinas Sosial Kota Cilegon, pada program bansos PPKM sedikitnya ada 15.000 KK yang menjadi KPM. Namun saat ini baru tersalurkan sekitar 12.000 KPM.

    "Di Cilegon ada sekitar 15.000 tapi baru sekitar 12.000 yang tersalurkan. Kendalanya itu karena kan ada yang terkendala jarak, sakit, lansia, sekarang banyak yang berubah status sosialnya ada yang mampu, ada yang meninggal, dan pindah domisili. Kita sedang perbarui datanya dimutakhirkan dan untuk kendala yang jarak tadi kita kerjasamakan bersama e waroeng di pelosok-pelosok agar mudah dijangkau, bahkan kalau yang sakit itu kita lakukan kunjungan penyalurannya petugas bank dengan TKSK langsung ke rumah-rumah," kata Korda Bansos pada Dinas Sosial Kota Cilegon Irma.

    Sementara, salah seorang penerima manfaat Sahik di Sambiranggon yang merupakan tuna netra tersebut mengaku sangat bersyukur menerima bantuan dari pemerintah. "Alhamdulillah sudah dibantu, karena selama ini saya memang kondisinya tidak bisa melihat dan hidup sebatang kara saja," katanya.

    (LUK/RUL)

  • PPKM Lanjut, Mahasiswa Desak Anggarkan Bansos

    PPKM Lanjut, Mahasiswa Desak Anggarkan Bansos

    SERANG, BANPOS – Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Cabang Serang mengkritisi gagapnya Pemkot Serang dalam menghadapi kebijakan PPKM Darurat. Mereka menilai, kegagapan tersebut lantaran Pemkot Serang terlalu meremehkan pandemi Covid-19, sehingga tidak memasukkan anggaran penanganan Covid-19 ke dalam postur anggaran APBD 2021.

    Kabid Kajian, Aksi dan Advokasi pada HMI MPO Cabang Serang, Taufiq Sholehudin, mengatakan bahwa PPKM Darurat sebenarnya merupakan satu dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, seperti halnya PSBB.

    “Namun terdapat perbedaan mendasar, yaitu hilangnya pos anggaran bantuan untuk masyarakat yang terdampak kebijakan tersebut. Memang dalam praktiknya, PPKM Darurat tetap mempersilahkan beberapa usaha untuk tetap berjalan. Namun realitanya, masyarakat tetap terseok-seok untuk mendapatkan rezeki,” ujarnya, Rabu (21/7).

    Selain itu, tujuan dari PPKM Darurat sendiri menurutnya tidak tercapai. Hal itu dikarenakan beberapa kebijakan dari Pemkot Serang yang justru menjadi bumerang, seperti pengenaan sanksi tipiring hingga penertiban pedagang dengan cara yang kurang humanis.

    “Alih-alih dapat menurunkan penularan Covid-19, PPKM Darurat justru membuat masyarakat semakin muak dengan berbagai kebijakan penanganan Covid-19. Ini malah membuat masyarakat semakin membangkang atas apa yang disampaikan pemerintah,” ungkapnya.

    Menurut Taufiq, seyogyanya Pemkot Serang mampu menangkap pesan yang disampaikan oleh masyarakat, seperti kebutuhan hidup selama dilakukan pembatasan. Sebab, masih tingginya mobilitas masyarakat lantaran mereka mencari pemenuhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

    “Maka pengadaan kembali bantuan sosial kepada masyarakat merupakan hal yang paling realistis, yang bisa membuat masyarakat patuh untuk tetap berdiam di rumah. Alasan tidak dianggarkannya bansos pada APBD dirasa alasan klasik, karena perubahan postur APBD baik melalui mekanisme refocusing maupun lainnya sangat bisa dilakukan,” terangnya.

    Ia menegaskan, Pemkot Serang jangan takut untuk menghilangkan berbagai kegiatan yang tidak prioritas dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebab pada kondisi saat ini, target RPJMD sudah tidak relevan untuk dikejar.

    “Hapus kegiatan non-prioritas. Hilangkan kegiatan yang hanya menghambur-hamburkan uang rakyat. Lupakan terlebih dahulu target RPJMD, karena percuma target RPJMD tercapai kalau masyarakat ‘binasa’, tidak bisa menjadi bahan politis untuk kembali maju dalam kontestasi politik,” tegasnya.

    Sementara itu, anggota bidang Kajian, Aksi dan Advokasi, Ahmad Fauzan, menuturkan bahwa pihaknya menemukan beberapa kegiatan tidak prioritas dalam postur APBD 2021. Kegiatan tersebut mulai dari perjalanan dinas ke luar daerah, hingga pengadaan ikan hias.

    “Terdapat 20 kegiatan perjalanan dinas ke luar kota dengan nilai total sebesar Rp1.015.418.000. Lalu ada anggaran untuk sewa rumah dinas pimpinan daerah sebesar Rp572 juta dan juga pengadaan sewa akuarium ikan hias beserta isi dan pangannya dengan total Rp206 juta,” ujarnya.

    Ia mengatakan, dalam penelusurannya pun tidak ditemukan anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19. Hanya terdapat dua kegiatan pengadaan untuk pendukung percepatan vaksinasi dengan anggaran di bawah Rp20 juta.

    “Menurut kami ini sangat tidak merakyat dan tidak mengedepankan sense of humanity. Karena disaat masyarakat dilarang bepergian, pejabat Kota Serang malah disiapkan anggaran miliaran rupiah untuk plesiran berkedok perjalanan dinas,” tegasnya.

    Menurutnya, jika memang Pemkot Serang beranggapan pandemi akan usai pada 2021, seharusnya yang menjadi fokus anggaran Pemkot Serang adalah pemulihan ekonomi masyarakat.

    “Seharusnya jika memang dirasa pandemi akan berakhir pada 2021 ini, Pemkot Serang fokus pada pemulihan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Bukan malah hambur-hambur uang rakyat,” tandasnya.(DZH/ENK)

  • Di Masa PPKM Darurat Keluarga Positif Covid-19 Dapat Bantuan Beras

    Di Masa PPKM Darurat Keluarga Positif Covid-19 Dapat Bantuan Beras

    CILEGON, BANPOS – Di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, keluarga yang salah satu anggotanya dinyatakan positif Covid-19 akan dapat bantuan beras.

    Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cilegon Achmad Jubaedi mengatakan, bantuan berupa beras sebanyak 5 kilogram itu akan diberikan kepada keluarga yang dinyatakan positif Covid-19.

    “Baru sekitar 50 Kepala Keluarga yg kita bantu sesuai permintaan RW 4 Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber untuk warga yang positif covid, melalui posko PPKM Darurat RW,” kata Achmad Jubaedi saat dikonfirmasi, Senin (5/7).

    Lebih lanjut, Jubaedi menyampaikan bantuan tersebut berasal dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). “Kita akan mohonkan ke Bulog, di mana harus menyertakan By Name By Address (BNBA) nya masyarakat yang suspect (positif),” tuturnya.

    Agar bantuan tersebut tepat sasaran, Jubaedi mengaku pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Satgas Covid-19 di tingkat kelurahan untuk menyesuaikan data.

    Untuk itu Jubaedi menyarankan, bagi keluarga yang positif Covid-19 agar bisa mendapatkan bantuan tersebut bisa mengajukan melalui Satgas Covid-19 di kelurahan setempat.

    “Untuk persyaratan yang harus dilengkapi kelurahan nanti diinformasikan ketika beras CBP sudah ada. Tapi yang pasti untuk keluarga yang positif Covid-19,” ujarnya.

    Hal senada dikatakan Kepala Seksi (Kasi) Perlindungan Sosial Korban Bencana (PSKB) Dinsos Cilegon, Tb Hkualizaman. Ia menegaskan, bantuan itu hanya akan diberikan kepada keluarga yang telah dinyatakan positif Covid-19.
    “Saat ini hanya untuk keluarga yang positif Covid-19 saja, kalau semua kan udah ada yang dapat bantuan PKH dan lain-lain,” tandasnya. (LUK/RUL)

  • Pengadaan Sembako Covid Diharap Utamakan Pengusaha Lokal

    Pengadaan Sembako Covid Diharap Utamakan Pengusaha Lokal

    LEBAK, BANPOS – Anggota DPRD Lebak dari Fraksi PPP Musa Weliansyah, mengajak para Kepala Desa (Kades) agar bantuan sembako BanGub Banten menggunakan komoditi yang berasal dari wilayah desa masing-masing.

    “Saya mengajak para Kades di seluruh wilayah Kabupaten Lebak agar pengadaan barang sembako program BanGub ini, mencari langsung di warung tetangga sekitar atau agen-agen sembako seperti mie instan, minyak goreng, gula, sarden dan lainnya di agen-agen sembako di desa masing-masing. Hal ini sebagai upaya pemberdayaan perekonomian para pengusaha beras lokal dan agen-agen sembako di desa masing-masing,” ucap Musa kepada BANPOS, Kamis malam (25/6).

    Pihaknya menekankan, program sembako BanGub ini harus dipastikan barang komoditinya harus dengan harga pasar yang sesuai ketentuan Disperindag Lebak.

    “Ini tidak boleh ada yang berkerjasama dengan pihak supplier dadakan atau suplier calo. Dikhawatirkan barang komoditinya tidak sesuai dengan harga pasar yang ditetapkan oleh Disperindag Lebak. Jangan sampai ketika harga beras lokal atau medium akhirnya dijual dengan harga premium. Jangan sampai juga harga beras lokal dijual lebih dari Rp10 ribu, karena nanti imbasnya pada pemerintah desa atau kades selaku pengguna anggaran akan bermasalah jika menerima komoditi tak sesuai harga pasar yang ditetapkan oleh Disperindag,” paparnya.

    Karena itu, pihaknya juga mengajak semua kalangan agar bersama-sama mengawal program BanGub tersebut, apalagi di wilayah Lebak. Karena Bansos ini, sebagai upaya meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19, juga masyarakat rentan miskin dan rentan sakit.

    “Jadi jangan sampai ada oknum Ormas, Pers, LSM dan lainnya malah ikut menjadi supplier program tersebut. Seharusnya semua kalangan harus profesional dan proposional agar program BanGub ini terealisasi dengan benar. Kita utamakan agar pengadaan barang komoditi sembakonya mencari dari para pengusaha beras lokal dan agen-agen sembako di desa setempat,” tuturnya.

    Selain itu, mantan pegiat sosial di Baksel ini mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Banten Enong Suheti dan Kepala Inspektorat Banten, E Kusmayadi untuk sama-sama mengawasi program BanGub Banten yang bersumber anggaran dari APBD Provinsi Banten tersebut.

    Selain sudah berkoordinasi dengan DPMD Banten dan Inspektorat, pihaknya pun mengaku sudah berkoordinasi dengan para pengurus Apdesi Lebak agar dalam program BanGub ini para kepala desa jadi lokomotif untuk memperdayakan para pengusaha beras lokal dan agen-agen sembako di setiap desa.(WDO/PBN)