SERANG, BANPOS – Remaja berusia 18 tahun warga Kampung Cilowong Cigengge RT 16 RW 07, Kelurahan Cibendung, Kecamatan Taktakan, Rahmat Andrian, harus kehilangan kaki sebelah kanannya akibat terkena kanker tulang sejak sembilan bulan yang lalu.
Ia yang baru lulus SMK itu tidak bisa menggapai cita-citanya untuk bekerja demi meringankan beban keluarga yang diakui kurang mampu.
Kanker yang diderita oleh Rahmat ini berawal saat Rahmat merasakan kaki sebelah kana dibagian lutut terasa sakit dan muncul adanya benjolan kecil. Ia pun langsung memeriksa di Puskesmas setempat.
“Awalnya baru lulus sekolah pas bulan Mei itu katanya sakit di lutut, dikira sakit biasa, seminggu memasuki bulan puasa ada benjolan kecil. Saat diperiksa ke Puskesmas kayak ada tulang gitu,” ujar Kholidah, ibu dari Rahmat, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (4/1).
Setelah dibawa ke puskesmas, lanjutnya, Rahmat akhirnya dibawa ke RSDP Serang. Berdasarkan pemeriksaan dokter, benjolan yang berada di kaki Rahmat merupakan tumor ganas dan sudah stadium empat. Karena keterbatasan peralatan medis, Rahmat pun dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
“Semenjak bulan Juli awal berobat ke Cipto. Kaki sebelah kanan harus diamputasi pada 8 Oktober 2019 karena tidak ada cara lain. Kalau mempertahankan kakinya, nyawa tidak tertolong sebab bisa menjalar ke seluruh tubuh,” katanya.
Kholidah yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan dan suaminya yang hanya bekerja sebagai Satpam, kini harus banting tulang untuk merawat anak pertamanya yang menderita kanker tulang.
“Awalnya sih gak pakai BPJS karena tidak punya, akhirnya daftar BPJS. Tapi kami tetap harus mencari uang lagi buat biaya transportasi bolak-balik ke Jakarta untuk perawatan berjalan,” ucapnya.
Hingga saat ini, Rahmat masih melakukan rawat jalan. Karena menurut keterangan dokter, kanker yang dialami oleh putranya tersebut sudah menjalar hingga paru-paru.
“Kalau sekarang perawatan jalan karena ada penyebaran, kata dokter udah nyebar ke paru-paru. Sekarang udah jalanin kemo ke tiga, jadi tinggal evaluasi untuk jadwal kemo ke empat,” jelasnya.
Kholidah mengaku sudah meminta bantuan kepada Dinsos Kota Serang untuk meminta kaki palsu, namun hingga saat ini belum juga terealisasi.
“Pernah ngajuin ke Dinsos Kota Serang buat minta kaki palsu, tapi sampai sekarang belum terealisasi karena katanya belum ada. Kalau akhir tahun penutupan,” katanya.
Ia pun berharap kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Serang agar dapat memperhatikan keluarganya yang terkena musibah tersebut.
“Harapan sih ke Pemkot Serang biar bisa ngebantu. Udah gitu aja,” ucapnya.
Hingga saat ini, bantuan yang didapatkan hanya berasal dari iuran pemuda setempat. Hal ini berdasarkan pengakuan Muhammad Prasetyo, salah satu pemuda setempat juga pernah melakukan iuran sebagai bentuk gotong royong, agar meringankan beban keluarga yang dialaminya saat ini.
“Kami juga dari pemuda sempat iuran buat meringankan beban keluarganya. Saya sih berharap agar ada perhatian serius dari Pemkot Serang terhadap warga sini juga,” tandasnya. (DZH)