Tag: BPBD

  • Ngeri! Ular Sanca Tiga Meter dan 7 Anaknya ‘Ngontrak’ di Bawah Lantai Rumah Warga Tangerang

    Ngeri! Ular Sanca Tiga Meter dan 7 Anaknya ‘Ngontrak’ di Bawah Lantai Rumah Warga Tangerang

    TANGERANG, BANPOS – Ular sanca, ular yang spesialisasi serangannya dengan membelit mangsa hingga tewas, ditemukan di bawah lantai rumah warga Kabupaten Tangerang.

    Seperti ngontrak, ular sanca sepanjang tiga meter itu tinggal di bawah lantai tersebut bersama keluarga besarnya, yakni 7 ekor anak yang masih cilik-cilik.

    Salah seorang warga Kampung Cilampe Indah, Kelurahan Selembaran Jaya, Kecamatan Kosambi, sebut saja Ade, tengah merenovasi rumahnya.

    Saat sedang membongkar keramik pelataran rumahnya, ia melihat benda yang melingkar. Ternyata, itu merupakan ular sanca.

    Ia pun memanggil BPBD Kabupaten Tangerang, untuk membantu mengevakuasi ular tersebut.

    “Proses evakuasi cukup sulit, karena posisi ular berada di bawah keramik lantai,” kata Kepala BPBD Kabupaten Tangerang, Ujat Sudrajat, Kamis (23/11).

    Ujat menyebutkan, laporan kejadian itu bermula disampaikan oleh pemilik rumah yang kedapatan adanya ular.

    Kemudian, satu tim evakuasi dari BPBD Kabupaten Tangerang pun dikerahkan menuju lokasi.

    Setelah itu, petugas melakukan proses evakuasi terhadap ular yang berada dalam keramik rumah tersebut.

    Namun, setelah dicek terdapat tujuh ekor ular anakan dengan jenis yang sama.

    Maka dari itu, pihaknya harus membongkar rangkaian keramik lantai untuk menjangkau ular-ular itu.

    “Ular bertelur di depan teras rumah warga, ketika si pemilik rumah mau renovasi teras rumah ternyata ada ular sanca sedang membungkal di bawah keramik,” terangnya.

    Ia mengungkapkan, petugas pada akhirnya berhasil mengevakuasi ular sanca setelah memakan waktu selama 30 menit.

    “Dalam evakuasi ular tersebut didapatkan satu ekor induk ular sanca dan tujuh ekor anakan. Kami akan kirim tangkapan ular ini ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” tandasnya. (DZH/ANT)

  • Logistik BPBD Aman Hadapi Potensi Bencana Saat Pancaroba

    Logistik BPBD Aman Hadapi Potensi Bencana Saat Pancaroba

    LEBAK, BANPOS – Jelang pergantian musim atau sering disebut dengan Pancaroba, Kabupaten Lebak selalu menjadi langganan dalam terjadinya bencana alam pada masa yang biasa terjadi di akhir tahun
    tersebut.

    Menanggapi hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak menjamin stok
    beras cukup hingga akhir tahun, untuk menghadapi peralihan musim kemarau ke musim hujan yang
    berpotensi menimbulkan bencana alam.

    "Kita memiliki logistik berupa beras sebanyak lima ton juga persediaan lainnya, seperti makanan
    kemasan, mie instan, susu, makanan siap saji, air mineral hingga peralatan tikar dan dapur," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak, Agust Riza Faisal, Rabu (1/11).

    Agust menjelaskan, persediaan logistik tentu mencukupi sampai akhir tahun 2023 menyusul tibanya
    masa pancaroba yang rawan menimbulkan bencana alam. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi
    Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa pada November – Desember 2023 memasuki masa peralihan
    kemarau ke musim penghujan.

    Menurutnya, berdasarkan pengalaman tahun-tahun lalu, pada masa peralihan itu rawan terjadi bencana
    alam, di antaranya banjir, longsor, angin kencang, petir, gelombang tinggi dan pergerakan tanah.

    "Selama ini, wilayah Kabupaten Lebak masuk kategori daerah rawan bencana alam, karena topografinya pegunungan, perbukitan, daerah aliran sungai dan pesisir pantai," jelasnya.

    Oleh karena itu, lanjutnya, BPBD Lebak menyiapkan logistik untuk menghadapi masa pancaroba
    tersebut untuk memenuhi ketersediaan pangan. Logistik yang ada tersebut nantinya didistribusikan ke
    lokasi masyarakat yang terdampak bencana alam.

    Ia menerangkan, pendistribusian logistik itu dipastikan dapat mengurangi risiko kebencanaan agar tidak
    menimbulkan kerawanan pangan.

    Diketahui, saat ini logistik yang ada di gudang BPBD setempat merupakan bantuan dari pemerintah
    daerah, provinsi dan pusat.

    Ia mengajak masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam jika hujan lebat disertai angin
    kencang dan petir maka segera menyelamatkan diri ke lokasi yang aman. Yang mana, saat ini potensi
    cuaca buruk terjadi pada sore hingga malam hari.

    "Kami minta warga tetap waspada jika cuaca buruk terjadi untuk mengurangi risiko kebencanaan,"tandasnya. (MYU/DZH)

  • Waspada Gelombang Tinggi di Laut Selatan

    Waspada Gelombang Tinggi di Laut Selatan

    LEBAK, BANPOS – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mengimbau
    kepada warga di sepanjang pesisir pantai selatan, agar waspada terhadap gelombang tinggi yang
    berpotensi terjadi. Potensi gelombang tinggi terjadi di perairan Banten Selatan tersebut berdasarkan
    perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama, menyebut potensi
    gelombang tinggi sekitar 2.5 meter hingga 4 meter diprediksi bakal terjadi di perairan Banten Selatan
    sampai dengan perairan Pulau Sumba. Untuk itu, pihaknya mengharapkan agar warga tetap waspada
    jika prediksi gelombang tinggi benar-benar terjadi.

    "Kami mengimbau agar warga di pesisir perairan Banten Selatan untuk tetap waspada, lakukan
    penyelamatan dan evakuasi mandiri jika prediksi itu terjadi," kata Febby, Rabu (20/9).

    Menurut Febby, pihaknya meminta agar warga yang berada di pesisir pantai untuk dapat
    memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan, terutama kepada nelayan dan pelayaran agar
    bersikap hati hati, karena kecepatan angin bisa mencapai lebih dari biasa.

    Ia menerangkan, kehati-hatian sangat diperlukan mengingat potensi atau peluang terjadinya
    gelombang tinggi bisa menyebabkan keselamatan terancam.

    "Agar untuk meminimalisir hal hal yang tidak diinginkan, BPBD telah menginstruksikan agar relawan
    tangguh BPBD untuk bersiap siaga. Dan kepada nelayan yang melaut, tetap hati-hati dan waspada.

    Karena kecepatan angin bisa mencapai 15 knot dengan tinggi gelombang di atas 1.25 meter," ucap
    Febby.

    Imbaunya pula, agar warga yang suka mancing dan main ke pantai agar mengurungkannya. "Warga
    yang biasa melakukan aktivitas di pesisir harap menghentikan dulu kebiasaanya, seperti memancing
    dan berwisata di pinggir laut," tambah Febby.

    Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lebak, Iwan Hermawansyah, mengaku sudah
    memberikan arahan kepada seluruh relawan kebencanaan di daerah Baksel untuk bersiap siap
    membantu warga jika hal-hal buruk terjadi.

    "Kita sudah instruksikan anggota untuk bersiap-siap dilapangan untuk membantu warga," katanya.

    Diketahui, informasi dari BMKG menyebut gelombang tinggi disertai angin kencang di perairan
    terjadi sejak Selasa (19/9) Pukul 17.00 WIB sampai dengan hari Rabu (20/9) pukul 17.00 WIB. Namun
    kondisi berpotensi berlanjut sampai beberapa hari berikutnya. (WDO/DZH)

  • HMI Buka Layanan Pengaduan Kekeringan Kabupaten Lebak

    HMI Buka Layanan Pengaduan Kekeringan Kabupaten Lebak

    TANGERANG, BANPOS – Pada puncak fenomena El Nino, berbagai wilayah di Kabupaten Lebak mengalami kekeringan ekstrem yang akhirnya membuat Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Badan
    Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), menetapkan status Darurat Kekeringan di Lebak beberapa
    waktu lalu hingga akhir September mendatang.

    Menanggapi hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lebak membuka posko Layanan
    Pengaduan Masyarakat bagi mereka yang terkendala kekeringan dan kekurangan air bersih.

    Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum HMI Cabang Lebak, Ratu Nisya Yulianti. Ia mengatakan,
    kondisi saat ini membutuhkan banyak pihak untuk mengulurkan tangan untuk saling menguatkan dalam
    menghadapi kemarau berkepanjangan tersebut.

    ”Ini bentuk pengabdian kami kepada masyarakat, silakan bisa mengadu kepada kami melalui nomor 081977441841 atau datang ke Sekretariat HMI Lebak. Kami akan terima sepenuh hati,”kata Ratu kepada BANPOS, Minggu (3/9).

    Ratu menjelaskan, pihaknya terlah menerima banyak keluhan dari puluhan masyarakat. Dengan
    demikian, ia mengaku telah berkolaborasi bersama berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan
    darurat air bersih tersebut.

    Seperti yang dilakukannya pada Sabtu (2/9) kemarin. Bersama BPBD Lebak, HMI Cabang Lebak
    menyalurkan air bersih ke dua Desa yang berada di Kecamatan Leuwidamar yakni Desa Cibungur dan
    Desa Margawangi.

    ”Kami harap seluruh pihak bisa ikut berkontribusi dalam kondisi saat ini. Sebab, kita semua memiliki tanggung jawab yang sama diatas nama kemanusiaan,” tandasnya.

    Sementara itu, salah satu masyarakat, Lili, mengaku bersyukur atas hadirnya bantuan yang dibawa oleh HMI Lebak. Menurutnya, warga setempat telah merasakan kekeringan yang cukup lama dan dengan
    adanya bantuan air bersih tersebut memberikan kebahagiaan bagi mereka.

    ”Alhamdulillah bisa buat persediaan air. Kami kesulitan, nunggu hujan juga seperti ga mungkin. Terimakasih buat semuanya,” singkatnya. (MYU/DZH)

  • Benyamin Kandangin Mobdin, Arief Tunggu Dasar Hukum

    Benyamin Kandangin Mobdin, Arief Tunggu Dasar Hukum

    SERPONG, BANPOS – Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) menggencarkan uji emisi guna mencegah peningkatan polusi udara. Tak terkecuali bagi mobil dinas yang ada di lingkungan Pemkot Tangsel.

    Bahkan, mobil dinas yang tidak lolos uji emisi, bakal dikandangin dan tidak boleh digunakan.
    Di sisi lain, upaya penanganan polusi udara salah satunya adalah wacana penerapan ganjil genap yang

    diperluas hingga wilayah Tangerang Raya. Pemkot Tangerang menunggu dasar hukum penerapan
    kebijakan tersebut.

    Walikota Tangsel, Benyamin Davnie, menegaskan bahwa kendaraan dinas yang tidak lolos uji emisi,
    dilarang untuk digunakan. Hal itu disampaikan saat melihat pelaksanaan uji emisi di Jl Pahlawan Seribu,

    BSD Serpong."Untuk kendaraan dinas Pemkot kita uji emisinya. Jika parah, ambil kuncinya, kandangin. Seperti itu, kita

    sanksinya tegas aja. Jadi tidak digunakan lagi," kata Benyamin dalam keterangan tertulis yang diterima

    BANPOS, Rabu (30/8).Langkah tersebut dilakukan menurut Benyamin, karena penyumbang polusi di Tangerang Selatan salah

    satunya berasal dari gas buang kendaraan. Terlebih, mobil yang tidak lolos uji emisi, lebih polutif

    dibandingkan yang lolos uji emisi.
    "Jadi saya sasar itu dulu. Bus udah diperiksa juga. Nanti kita baru pabrik-pabrik, saya instruksikan DLH

    dan Dishub, periksa sama uji udara dan emisi kendaraannya," jelasnya.
    Dijelaskan olehnya, pengujian gas emisi kendaraan telah menyasar kurang lebih 19 ribu kendaraan di

    Tangerang Selatan, dan untuk penindakan tilangnya itu menjadi kewenangan Polres. Selain itu, Pemkot

    Tangsel juga telah merencanakan untuk melakukan modifikasi cuaca, dengan bekerja sama Badan Riset
    dan Inovasi Nasional (BRIN).

    "Tadi kami sudah rapat, LH untuk berkomunikasi dengan BRIN, agar mereka melakukan bantuan kepada

    kami untuk modifikasi cuaca. Bahkan dalam laporan BPBD, penerbangan angkatan laut yang ada di
    Pondok Cabe itu juga akan memberikan bantuan hujan buatan. Kendalanya lagi tidak ada awan aja di
    Tangerang Selatan, tetapi siap tinggal menunggu kondisinya saja," ujarnya.

    Saat ditanya soal penyiraman yang dilakukan Damkar di beberapa kota, apakah nantinya juga diterapkan

    di Tangsel, Benyamin mengatakan bahwa Pemkot Tangsel saat ini belum memandang perlu, karena
    fungsi dari penyiraman hanya untuk pendinginan jalan saja.

    "Kalau Tangsel, penyiraman belum lah. Karena kan saya melihat efektifitasnya dulu gitu kan. Kalau untuk

    ngademin jalan, iya bener bisa. Tetapi saya lebih kepada bagaimana menahan gas buang dari
    kendaraan," tandasnya.

    Terpisah, Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah, mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih
    menunggu petunjuk teknis terkait rencana pelaksanaan ganjil genap yang diperluas sampai wilayah
    Tangerang Raya.

    "Untuk pelaksanaan ganjil genap, kita Pemerintah Kota Tangerang masih menunggu dasar hukum dari

    Kementerian Perhubungan. Secepatnya setelah semuanya sudah dipersiapkan dengan baik kita akan
    sosialisasikan dan diimplementasikan," ujar Arief di bilangan Modernland, Rabu (30/8).

    Arief mengatakan, Pemkot Tangerang juga sudah menindaklanjuti soal arahan tersebut dengan
    melaksanakan rapat koordinasi dengan melibatkan berbagai pihak terkait, antara lain pihak kepolisian,

    Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek dan Dinas Perhubungan Provinsi. Termasuk juga terkait
    jalan-jalan yang akan diterapkan ganjil genap.

    "Karena arahannya adalah aglomerasi Tangerang Raya, semuanya disinergikan dalam rangka
    mengurangi polusi bersama yaitu membuat ganjil genap di wilayah Tangerang Raya," tutur Arief.

    Ia pun berharap, masyarakat juga bisa berperan aktif dalam persoalan penanganan polusi udara. Dengan

    menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan atau memaksimalkan transportasi massal yang sudah
    ada.

    "Jadi mudah-mudahan apapun hasilnya kita akan sampaikan kepada masyarakat, tapi tentunya
    masyarakat juga harus ikut berperan dalam menanggulangi polusi dengan memastikan kendaraannya

    lulus standar emisi dan juga menggunakan kendaraan umum, melakukan penghijaun dan tidak
    melakukan pembakaran sampah," tandasnya. (DZH)

  • Relawan Gabungan Alfamart dan BPBD Bantu Evakuasi Korban Banjir Kota Serang

    Relawan Gabungan Alfamart dan BPBD Bantu Evakuasi Korban Banjir Kota Serang

    SERANG, BANPOS- Tim Rescue atau relawan gabungan yang terdiri dari Sahabat Relawan Indonesia, Polri, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang, melakukan proses evakuasi korban banjir yang melanda beberapa titik di kawasan Kota Serang, Selasa (1/3/2022).

    Kawasan Perumahan Ki Demang Kota Serang merupakan salah satu titik terparah yang dilanda banjir.

    Ketua Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Arif Kirdiat mengatakan, anggota tim rescue tiba di lokasi banjir di Ki Demang, Kecamatan Serang dan mulai mengevakuasi warga yang masih terjebak di dalam rumah.

    “Setelah proses evakuasi pukul 09.30 WIB, Tim Rescue gabungan selesai mengevakuasi warga yang masih terjebak di dalam rumah menuju lokasi pengungsian dengan menggunakan perahu karet,” ujar Arif.

    Menurut Arif, sebagian wilayah yang masih tergenang banjir beberapa warganya lebih memilih menetap dan tidak mau dievakuasi dengan alasan menjaga harta benda mereka.

    “Masyarakat yang berada di beberapa titik saat ini masih ada yang tidak mau untuk dievakuasi dan memilih bertahan di rumah masing-masing,” ungkapnya.

    Aksi evakuasi oleh Sahabat Relawan Indonesia tersebut didukung atas hasil donasi konsumen Alfamart.

    “LAZISMU, salah satu yayasan pengelola donasi konsumen Alfamart memberikan dukungan bantuan perahu karet dan peralatan atau perlengkapan lain untuk aksi kepedulian ini,” jelas Nur Rachman, Corporate Communication GM Alfamart.

    Menurutnya, uang receh konsumen yang terlihat kecil, bisa bernilai besar apabila digunakan untuk kegiatan kemanusiaan seperti pada bencana ini.

    Sementara itu Kanit Binmas Polsek Serang Iptu Didin menambahkan, TIM Rescue gabungan masih tetap stand by di lokasi pengungsian melaksanakan pemantauan di beberapa daerah yang terdampak banjir.

    “Beberapa warga tadi sudah dievakuasi menuju lokasi pengungsian dan saat ini kita masih memantau debit air dan kondisi keamanan,” pungkasnya. (RED)

  • Ancaman Megathrust Mengkhawatirkan, Dampak Gempa Meluas

    Ancaman Megathrust Mengkhawatirkan, Dampak Gempa Meluas

    BAKSEL, BANPOS – Pascaterjadinya gempa, diketahui masyarakat mengalami kecemasan karena masih adanya potensi gempa megathrust yang lebih besar. Selain itu, dari hasil pendataan yang dilakukan oleh BPBD mencatat adanya perluasan dampak dari kejadian gempa yang terjadi pada Jumat yang lalu tersebut.

    Salah seorang warga Desa Cilangkahan Kecamatan Malingping, Usep Setiana mengaku karena kawasan pemukimannya tak jauh dari pantai, dirinya sejak terjadi gempa Jumat lalu sekeluarga selalu dirundung cemas. Menurutnya, tempatnya tinggal itu sekitar satu Kilometer dari perairan Baksel.

    “Jelas khawatir lah. Informasi ilmiah dari BMKG dan juga pemberitaan dari televisi dan media juga, itu tsunami megatrust bisa lebih 20 meter. Ya, kita yang tinggal di sekitaran dekat pantai yang cuma sekitar 15 meteran, jelas pastinya selalu cemas. Makanya itu beberapa baju dan dokumen sudah saya siapkan rapi di koper, takut benar-benar terjadi, ya tinggal ngungsi” ungkap Usep, Senin (17/01).

    Sementara, Tunggal P Nugraha warga Cisiih Kecamatan Panggarangan juga mengkhawatirkan isu megathrust benar-benar fakta. Oleh karenanya, Tunggal bersama warga lainnya sering berjaga-jaga untuk antisipasi.

    “Kalau tempat saya tinggal kan cuma ratusan meter aja dari pantai. Ketinggian dari tempat kita tinggal paling hanya 10 sampai 15 meter DPL. Ngeri juga. Waktu ada gempa kemarin juga saya langsung pulang ke rumah, ngungsi bersama istri dan anak ke saudara yang di atas, Desa Gunung Gede. Tadi pagi juga ada gempa lagi, kita langsung pergi ke atas. Jadi sekarang mah semua warga juga sudah bersiaga. Tapi tentu berharap semoga tidak sampai terjadi,” jelasnya

    Tunggal pun mengharapkan, jika dipastikan bencana megathrust di perairan selatan Banten ini bisa terjadi, sebaiknya pemerintah rutin mendesain mitigasi dan juga aba-aba yang bisa bermanfaat bagi penduduk.

    “Ya pemerintah harusnya giat menyiapkan mitigasi di setiap titik dan terus dipantau. Ini juga bisa bermanfaat bagi warga yang tinggal di dekat sepanjang pantai. Disamping itu sosialisasi dan informasi terkait ini sudah harus terus disosialisasikan agar kita tetap waspada,” harap Tuggal.

    Senada, Novi Heriyati warga Binuangeun Kecamatan Wanasalam mengaku kalau malam pasti ikut nginep di saudara yang berada di Desa Bejod, Wanasalam kebetulan posisinya agak di daerah atas.

    “Makanya saya lebih baik berjaga-jaga. Saya mah sekeluarga kalau habis magrib langsung ikut nginep ke saudara di Bejod, Karena saya tinggalnya kan sekitar 100 meter dari pantai Binuangeun. Apalagi sekarang hampir tiap hari selalu ada getaran, termasuk tadi pagi. Jarak ke Desa Bejod itu sekitar 6 Kilometer, itu kan tempatnya agak tinggi, aman lah,” katanya.

    Saat ditanya BANPOS tentang Shelter Tsunami yang ada di sekitar depan rumahnya yang bisa dijadikan tempat ngungsi. Novi pun tetap mengaku tidak aman, pasalnya, kata dia, dipastikan shelter itu akan penuh sesak oleh ribuan penduduk Desa Binuangeun dan juga dari Cikeusik Kecamatan Kabupaten Pandeglang.

    “Iya sih, walaupun shelter itu tingginya 40 meter, kita khawatir tak akan bisa nampung penduduk Binuangeun yang jumlahnya lebih 8000 lho. Belum lagi ditambah penduduk yang dari sebrang, huh tidak muat pastinya. Lagian Shelter itu akan kuat tidak bila nampung orang sebanyak itu, ngeri pokoknya, mendingan ke tempat saudara aja,” tuturnya.

    Terpisah, Warga Bayah Jamaludin yang tinggal beberapa puluh meter dari pantai Bayah mengaku hanya pasrah terhadap isu megathrust yang menurutnya bisa mungkin bisa tidak

    “Kalau saya mah pasrah aja kang. Namanya juga perkiraan. Jadi kalau kita setiap hari selalu cemas oleh isu itu, kita tak bisa kerja nyaman dong. Lahan pertanian saya kan di sini. Ya pasrah aja, mudah-mudahan kita dijauhkan oleh Allah dari malapetaka. Kalau memang harus terjadi, pastinya kami juga berusaha menyelamatkan ke daerah atas itu,” paparnya.

    Sementara itu, diketahui bahwa dampak gempa pada Jumat pekan lalu (14/1) bertambah banyak. Sebelumnya pada Minggu hanya 209 desa/kelurahan yang terdampak, namun sehari kemudian, Senin (kemarin, red) menjadi 225 desa/kelurahan.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten hingga hari Senin pukul 09.00 WIB (17/1/), 4 wilayah di Provinsi Banten terdampak gempa. Sebanyak 225 desa/kelurahan di 55 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang terdampak gempa.

    Data terakhir, kerusakan terjadi pada 2.531 rumah, 51 sekolah, 16 Puskesmas, 20 sarana ibadah, 4 kantor pemerintah, serta 3 tempat usaha.

    Dampak terluas di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 163 desa/ kelurahan di 30 kecamatan. Sebanyak 2.244 rumah mengalami kerusakan. Selanjutnya 43 sekolah, 16 Puskesmas, 14 sarana ibadah, 3 kantor pemerintah, dan 3 tempat usaha mengalami kerusakan.

    Di Kabupaten Lebak, wilayah terdampak gempa tersebar di 55 desa/kelurahan pada 19 kecamatan. Sebanyak 274 rumah, 8 sekolah, 6 sarana ibadah, dan 1 kantor pemerintah mengalami kerusakan.
    Di Kabupaten Serang, wilayah terdampak gempa di 5 desa/kelurahan pada 4 kecamatan. Sebanyak 10 rumah mengalami kerusakan.

    Sementara di Kabupaten Tangerang, wilayah terdampak gempa terjadi pada 2 desa/kelurahan di 2 Kecamatan. Sebanyak 3 rumah mengalami kerusakan.

    “Tambahan jumlah kerusakan itu berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh tim BPBD di daerah. Hingga saat ini BPBD Provinsi terus melakukan pendataan sesuai dengan instruksi Gubernur Banten paska kejadian gempa,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Banten, Nana Suryana.

    Masih menurut Nana, Gempa Banten bermagnitudo 6,6 tersebut,juga menyebabkan sekolah dan fasilitas umum serta tempat usaha mengalami kerusakan.

    “Jumlah kerusakan itu berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh tim BPBD di daerah,” katanya.

    Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, mencatat data sementara kerusakan sarana dan prasarana akibat gempa yang terjadi beberapa waktu lalu, per hari Senin (17/1) hingga pukul 11.30 WIB sekitar 2.286 yang tersebar di 167 desa di 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

    Plt Kepala Pelaksana BPBD Pandeglang, Girgijantoro mengatakan, hasil input data yang dilaporkan pihak kecamatan, saat ini data sementara kerusakan rumah yang terjadi akibat gempa, kembali bertambah. Data sebelumnya pada hari Minggu (16/1) pada pukul 23.30 WIB tercatat sebanyak 2.263 rumah yang mengalami kerusakan yang tersebar di 167 desa di 30 kecamatan.

    “Kini kembali di update menjadi 2.286 unit rumah rusak, tersebar di 167 desa, 30 kecamatan,” kata Girgi di Pandeglang, Senin (17/1).

    Dari jumlah data rumah yang mengalami kerusakan tersebut, lanjut Girgi, dibagi menjadi tiga bagian diantaranya rusak ringan, sedang dan rusak berat.

    “Data terbaru yang kami input, terdiri dari rusak ringan sebanyak 1.394 rumah, rusak sedang 498 rumah dan rusak berat 399 rumah. Tersebar di 167 Desa, 30 Kecamatan,” terangnya.

    Girgi memastikan bahwa data sementara yang dihimpun dari para camat tersebut bisa terus bertambah. Namun tetap, nantinya data tersebut akan diverifikasi dan dilakukan validasi ulang hingga benar-benar akurat.

    Girgi menambahkan, untuk fasilitas umum kerusakannya mengalami penambahan seperti sekolah yang sebelumnya hanya 37 unit, saat ini mengalami penambahan sebanyak 43 unit sekolah.

    “Fasilitas umum yang rusak meliputi sekolah 43 unit, semuanya rusak sedang. Puskemas ada 16 unit, terdiri rusak sedang 12 dan rusak ringan 2 unit. Kantor pemerintahan 4 unit, tempat usaha 3 unit dan sarana ibadah 16 unit, terdiri dari rusak ringan 8 unit dan rusak sedang 6 unit,” terangnya.

    Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak Febby Riizki Pratama mengungkapkan, hingga Minggu (16/1) sore berdasarkan laporan pihaknya mencatat sebanyak 274 rumah, 8 sekolah, 6 tempat ibadah dan 1 perkantoran mengalami kerusakan akibat gempa.

    “Berdasarkan laporan kami mecatat terdapat 274 rumah terdampak dengan rincian 16 rusak berat, 32 rusak sedang dan 226 rusak ringan, 8 sekolah, 6 tempat ibadah dan 1 perkantoran mengalami kerusakan ringan, sedang dan berat. Dua orang warga mengalami luka ringan pada bagian kepala,” katanya

    Febby menjelaskan, dampak kerusakan rumah, sekolah, tempat ibadah, dan perkantoran itu terjadi di 55 desa di 19 kecamatan. Tapi sampai saat ini sembari mendistribusikan bantuan kedaruratan bagi masyarakat terdampak, BPBD masih terus melakukan pendataan. Setelah itu akan dilakukan verifikasi oleh tim dari Dinas PUPR dan Perkim.

    “Sementara kerugian materi kita estimas mencapai Rp5 miliar. Kita masih melakukan pendataan sembari mendistribusikan bantuan kedaruratan. Iya akan dilakukan verifikasi oleh tim dari Dinas PUPR dan Perkim,” jelasnya.

    Febby mengaku, pihaknya sudah memulai mendistribusikan bantuan kedaruratan bagi masyarakat terdampak gempa ke 55 desa di 19 kecamatan.

    “Pendistribusian bantuan kedaruratan sudah dimulai, yang tercatat baru 175 paket sembako tersampaikan kepada masyarakat yang terdampak. Semoga bantuan yang disalurkan dapat meringankan beban mereka,” ujarnya.

    Ia menyebut BPBD Kabupaten Lebak tidak menyediakan posko bagi masyarakat terdampak gempa, sebab masyarakat yang terdampak gempa yang rumahnya mengalami kerusakan cukup parah tidak berada di satu titik. Dan msyarakat yang terdampak itu lebih memilih mngungsi ke rumah saudarnya.

    “Ya kalau mengungsi itu ada tapi mereka mengungsi ke rumah saudaranya yang rumahnya tidak mengalami kerusakan,” ungkapnya.

    Febby mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik tapi tetap siaga dan waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan. BPBD Kabupaten Lebak juga terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kecamatan, Desa dan Muspika, dan semua relawan BPBD yang tersebar di setiap kecamatan untuk memastikan kondisi terakhir.

    “Kalau masyarakat berdasarkan informasi sudah beraktifitas seperti biasa, ya yang mengalami kerusakan oleh pemiliknya dibantu petugas membersihkan puing bangunan yang roboh,” katanya.

    Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Lebak akan segera melakukan verifikasi kerusakan rumah, sekolah, tempat ibadah dan perkantoran akibat gempa. Verifikasi dilakukan sebagai upaya pemulihan pasca bencana.

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lebak, Irvan Suyatupika mengatakan, pihaknya akan segera melakukan identifikasi kerusakan bangunan rumah maupun sarana dan prasarana lain akibat gempa yang terjadi, Jumat (14/1).

    “Tim PUPR akan turun mengidentifikasi untuk mengetahui tingkat kerusakan bangunan berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak,” katanya, Senin (17/1).

    Menurut Irvan, berdasarkan update BPBD, tercatat sebanyak 274 rumah rusak dengan rincian 16 rusak berat, 32 rusak sedang dan 226 rusak ringan, 8 sekolah, 6 tempat ibadah dan 1 kantor perkantoran juga mengalami kerusakan. Ia menyebut untuk kerusakan jalan dan jembatan sampai saat ini belum ada laporan.

    “Sementara kerusakan infrastruktur lain seperti jalan dan jembatan belum ada. Nanti kami identifikasi kerusakan bangunannya,” ujarnya (CR-01/dhe/WDO/RUS/PBN)

  • Dampak Gempa Banten Meluas

    Dampak Gempa Banten Meluas

    SERANG, BANPOS – Dampak gempa pada Jumat pekan lalu (14/1) bertambah banyak. Sebelumnya pada Minggu hanya 209 desa/kelurahan yang terdampak, namun sehari kemudian, Senin (kemarin, red) menjadi 225 desa/kelurahan.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten hingga hari Senin pukul 09.00 WIB (17/1/), 4 wilayah di Provinsi Banten terdampak gempa. Sebanyak 225 desa/kelurahan di 55 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang terdampak gempa. Data terakhir, kerusakan terjadi pada 2.531 rumah, 51 sekolah, 16 Puskesmas, 20 sarana ibadah, 4 kantor pemerintah, serta 3 tempat usaha.

    Dampak terluas di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 163 desa/ kelurahan di 30 kecamatan. Sebanyak 2.244 rumah mengalami kerusakan. Selanjutnya 43 sekolah, 16 Puskesmas, 14 sarana ibadah, 3 kantor pemerintah, dan 3 tempat usaha mengalami kerusakan.

    Di Kabupaten Lebak, wilayah terdampak gempa tersebar di 55 desa/kelurahan pada 19 kecamatan. Sebanyak 274 rumah, 8 sekolah, 6 sarana ibadah, dan 1 kantor pemerintah mengalami kerusakan.

    Di Kabupaten Serang, wilayah terdampak gempa di 5 desa/kelurahan pada 4 kecamatan. Sebanyak 10 rumah mengalami kerusakan.

    Sementara di Kabupaten Tangerang, wilayah terdampak gempa terjadi pada 2 desa/kelurahan di 2 Kecamatan. Sebanyak 3 rumah mengalami kerusakan.

    “Tambahan jumlah kerusakan itu berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh tim BPBD di daerah. Hingga saat ini BPBD Provinsi terus melakukan pendataan sesuai dengan instruksi Gubernur Banten paska kejadian gempa,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Banten, Nana Suryana.

    Masih menurut Nana, Gempa Banten bermagnitudo 6,6 tersebut,juga menyebabkan sekolah dan fasilitas umum serta tempat usaha mengalami kerusakan.

    “Jumlah kerusakan itu berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh tim BPBD di daerah,” katanya.(RUS/ENK)

  • Update Dampak Gempa Sumur: Lebih dari Seribu Bangunan Rusak, Ratusan Warga Masih Mengungsi

    Update Dampak Gempa Sumur: Lebih dari Seribu Bangunan Rusak, Ratusan Warga Masih Mengungsi

    SERANG, BANPOS – Pemerintah Provinsi Banten sedang melakukan update pendataan di tiga lokasi terdampak gempa Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan beberapa di Kabupaten Serang. Seiring dengan hal itu, juga dilakukan penanganan kedaruratan.

    Berdasarkan data yang dihimpun sampai pagi ini, Sabtu (15/1/2022) sampai pukul 10.00 WIB, tidak ada korban jiwa dari kejadian gempa kemari. Adapun untuk jumlah bangunan rumah yang rusak di dua daerah tersebut sebanyak 1.231 rumah dengan rincian 226 rusak berat, 290 rusak sedang dan 715 rusak ringan.

    Dengan masing-masing rincian di Kabupaten Pandeglang sebanyak 214 rusak berat, 269 rusak sedang dan 617 rusak ringan, dari jumlah 28 kecamatan dan 123 desa.

    Sedangkan di Kabupaten Lebak 12 rusak berat, 12 rusak sedang dan 98 rusak ringan, dari jumlah 15 kecamatan dan 32 desa. Dan untuk di Kabupaten Serang terdapat 9 rusak sedang, dari jumlah 3 kecamatan dan 4 desa.

    Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) melalui Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan, bagi masyarakat yang terdampak kerusakaan rumahnya, sampai saat ini masih mengungsi ke sanak saudaranya yang rumahnya tidak terdampak.

    “Kita belum membuka tenda pengungsian, karena masyarakat masih memilih untuk menetap di rumah saudaranya,” katanya, Sabtu (15/1/2022).

    Selain kerusakan rumah, dampak gempa bermagnitudo 6,7 skala richter itu juga mengakibatkan sejumlah bangunan sekolah, kantor pelayanan serta tempat ibadah rusak.

    Di wilayah Kabupaten Pandeglang dari jumlah kecamatan dan desa di atas, terdapat 13 sekolah, 14 Puskesmas, 4 sarana ibadah, 3 kantor pemerintahan dan 1 tempat usaha yang mengalami kerusakan.

    Sementara untuk di Kabupaten Lebak ada 5 sekolah yang rusak, 2 fasilitas umum dan 1 kantor desa. Sedangkan untuk di Kabupaten Serang tidak ditemukan kerusakan.

    Nana melanjutkan, sesuai dengan instruksi Gubernur paskagempa kemarin pihaknya diminta melakukan pendataan rumah dan fasilitas lainnya yang rusak, serta yang utama adalah pencarian potensi adanya korban jiwa.

    “Alhamdulillah korban jiwa tidak ada, hanya ada dua warga Lebak yang luka ringan. Sedangkan untuk total pengungsi di Kabupaten Pandeglang sekitar 200 pengungsi,” jelasnya.

    Untuk memastikan kebutuhan makanan bagi masyarakat korban terdampak gempa, Nana mengungkapkan sudah ada bantuan sudah mulai didistribusikan sejak semalam yang didistribusikan ke Kecamatan Munjul dan sekarang akan kembali didistribusikan ke Kecamatan Sumur.

    “Selain dari kami, ada juga bantuan makanan dari Polda dan Dinsos Kabupaten Pandeglang,” ucapnya.

    Jika ada pihak lain yang akan memberikan bantuan makanan dan lainnya, dipusatkan di Forkopimcam masing-masing. Nanti dari situ akan diarahkan untuk proses pendistribusiannya kemana saja.

    Kecuali bantuannya sudah ditarik oleh Kabupaten, itu koordinatornya langsung kepala daerah atau bupati. “Termasuk juga kalau ada relawan yang mau ikut membantu, itu koordinasinya ke Forkopimcam,” tambahnya.

    Untuk pembuatan dapur umum, lanjutnya, BPBD Provinsi Banten memang tidak langsung mendirikan, mengingat situasi di lokasi masih cukup terkendali. Namun tidak menutup kemungkinan juga pihaknya akan mendirikan dapur umum.

    “Karena masyarakat korban gempa kan mengungsinya ke rumah saudaranya,” ucapnya.(RUS/ENK)

  • Titik Banjir Kabupaten Serang Bertambah

    Titik Banjir Kabupaten Serang Bertambah

    CIKANDE, BANPOS – Banjir kini merambah ke Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang. Hal tersebut diduga akibat luapan Sungai Cidurian.

    Berdasarkan data yang diterima oleh BANPOS, terdapat sembilan kampung di empat desa terdampak banjir, dengan total 93 Kepala Keluarga (KK) dan 349 jiwa.

    “Pukul 14:18 WIB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang menerima infromasi dari bapak Ilban, bahwa telah terjadi Banjir di Kecamatan Cikande,” ujar Jhonny E, Ketua harian Crisis Centre pada BPBD Kabupaten Serang.

    BPBD memberangkatkan personil ke lokasi kejadian banjir guna melakukan validasi Data.

    Setelah mendapatkan assement atau pendataan awal, personil BPBD Kabupaten Serang kembali ke Mako dan memberangkatkan personil lainnya guna melakukan pemantauan di lokasi.

    “Serta menurukan perahu di Desa Songgom Jaya,” imbuhnya.

    Ia mengatakan, kondisi terakhir
    masyarakat masih menempati rumah masing-masing. Hingga berita ini dirilis, ketinggian air di Kecamatan Cikande yang terdampak banjir mencapai 30 hingga 60 sentimeter.

    “Saat ini masyarakat masih menempati rumah masing-masing, dan ketinggian banjir variatif mencapai 30 hingga 60 sentimeter,” pungkasnya.

    Diantara wilayah terdampak tersebut, desa Songgom Jaya yaitu Kampung Cilotik RT 005/001, Kampung Parigi RT 001/001,
    Kampung Desa Gede Rt.001/002. Kemudian, Desa Koper yaitu Kampung Koper RT 004/002, Kampung Koper Masjid RT 003/002, Kampung Koper Eretan Rt 001/002. Selanjutnya, di Desa Parigi terdampak satu Kampung yaitu
    Kampung Kolong RT 02/RW05. Desa Cikande terdapat dua kampung terdampak yaitu Kampung Ciberem RT 04/02 dan Kampung Ciberem RT 04 RW 02.

    Diketahui, sumber daya yang terlibat dalam peristiwa tersebut yaitu tim reaksi cepat (TRC) BPBD Kabupaten Serang, Koramil, Kapolres, Polsek, Korem, Pihak Desa, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
    (TKSK) dan
    masyarakat setempat. (MUF)