Tag: BPOM

  • Antisipasi Makanan Berbahaya, Pemkot Cilegon dan BPOM Sidak Pasar Tradisional dan Modern

    Antisipasi Makanan Berbahaya, Pemkot Cilegon dan BPOM Sidak Pasar Tradisional dan Modern

    CILEGON, BANPOS – Mengantisipasi makanan yang mengandung bahan berbahaya beredar selama bulan Ramadan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Cilegon bersama BPOM Serang dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon melakukan pengawasan di Pasar Blok F Kota Cilegon.

    Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada Disperindag Kota Cilegon, Ahmad Fitriadi mengatakan, pihaknya melakukan kegiatan tersebut bersama tim gabungan BPOM Serang dan Dinkes Kota Cilegon di Pasar Blok F.

    “Kita mengawasi makanan-makanan yang berada di masyarakat, mungkin terkait merk ataupun bahan-bahan kandungan yang ada di dalamnya termasuk masa kadaluarsanya,” ujarnya saat ditemui di kantornya di Kota Cilegon, Jumat (15/3).

    Selain di Pasar Blok F, pengawasan makanan juga dilakukan di toko-toko retail, pasar-pasar modern seperti supermarket dan lainnya.

    Hari ini, kata dia, baru dilakukan pengawasan dan pengambilan sampel, sementara hasilnya baru bisa disampaikan sore ini atau besok lusa.

    Adapun jenis makanan yang dilakukan pengawasan yakni makanan yang sudah terdaftar BPOM ataupun yang belum terdaftar BPOM.

    “Seperti biskuit, makanan takjil, dan lain-lain, yang tujuannya untuk perlindungan konsumen, jadi jangan sampai ada konsumen yang dirugikan,” tuturnya.

    Ahmad mengimbau kepada masyarakat Cilegon agar sebelum membeli bahan-bahan makanan agar mengecek terlebih dahulu makanan yang akan dibeli.

    “Kami mengimbau agar sebelum membeli, harus teliti, baca dulu expired nya, label halalnya, label dinkes dan lain-lain,” tandasnya. (LUK)

  • BPOM Gelar Sarasehan Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum

    BPOM Gelar Sarasehan Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum

    JAWA TIMUR, BANPOS – Pemerintah terus mendorong diversifikasi (penganekaragaman) pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu sorgum. Sorgum merupakan alternatif bahan pangan dengan kandungan karbohidrat rendah dan bebas gluten (gluten free) yang dapat dikembangkan di Indonesia.

    Tanaman sorgum sangat baik untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan. Sorgum mempunyai serat pangan dan zat besi yang tinggi sehingga dapat membantu pencegahan stunting dan mengurangi tingkat risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan obesitas. Oleh karena itu, Pemerintah menyiapkan Peta Jalan Produksi dan Hilirisasi Sorgum sebagai bentuk diversifikasi pangan.

    Beberapa wilayah strategis disiapkan untuk memproduksi sorgum dalam rangka mewujudkan ketahanan dan penyediaan pangan yang cukup bagi masyarakat Indonesia. Pemanfaatan pangan alternatif melalui budidaya sorgum diselaraskan dengan upaya jaminan keamanan, mutu, dan gizi pangan olahan berbahan dasar sorgum. Untuk itu, diperlukan konvergensi/integrasi program pengembangan sorgum hingga implementasinya dengan kementerian, dinas, serta pihak swasta.

    Diversifikasi pangan berbahan sorgum membutuhkan pengawalan, terutama terhadap jaminan keamanan, mutu, dan gizi dari sisi hulu hingga ke hilir oleh semua pihak. Untuk mewujudkan hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggelar Sarasehan Jaminan Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum dalam rangka World Food Day Tahun 2023, di Mojokerto, Kamis (2/11). Sarasehan ini menghadirkan beberapa narasumber dari BPOM, perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, perwakilan PT Dirgantara Indonesia, akademisi dari Universitas Pasundan Prof Wisnu Cahyadi, akademisi Universitas Teknologi Sepuluh Nopember Mukhamad Muryono, serta perwakilan dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebagai orang tua angkat usaha mikro kecil pangan olahan.

    Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan, upaya pengawalan ini dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Apabila pengawalan di sisi hulu tidak optimal, pengembangan di sisi hilir-pun tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia bahan baku dengan jumlah dan mutu yang sesuai. Sebaliknya, apabila dari sisi hulu dikembangkan, sementara sisi hilir tidak dikembangkan, konsumsi sorgum oleh masyarakat tidak maksimal, yang berakibat harga turun dan kesejahteraan petani sorgum menjadi lebih rendah.

    “BPOM menginisiasi sarasehan untuk memadukan pengembangan dari hulu ke hilir diversifikasi sorgum sehingga sorgum tidak hanya dikonsumsi sebagai pangan segar namun juga dikonsumsi sebagai pangan olahan. Salah satu tujuan sarasehan ini adalah untuk membangun konvergensi program antar kementerian, dinas, serta pihak swasta,” terang Penny.

    Untuk meningkatkan minat konsumsi masyarakat, membutuhkan edukasi terkait kandungan gizi dan aneka ragam produk berbahan dasar sorgum. Sorgum atau Sorghum bicolor L Moench merupakan tanaman dari famili Gramineae.

    Beberapa literatur menyebutkan, sorgum memiliki kandungan serat pangan dan zat besi yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis serealia lainnya, seperti, beras, singkong, dan gandum. Kandungan zat besi sorgum sebanyak 5,4 mg per 100 g, lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi dalam beras pecah kulit (1,8 mg per 100 g) dan gandum (3,5 mg per 100 g). Kandungan protein sorgum 10-11 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan protein beras giling (6-7 persen), dan hanya sedikit di bawah gandum (12 persen).

    Penny mengajak para pelaku usaha pangan olahan untuk memanfaatkan sorgum sebagai bahan baku pangan olahan. BPOM siap untuk melakukan bimbingan teknis dan pendampingan kepada para pelaku usaha terutama UMK yang memproduksi produk olahan sorgum. Pendampingan yang dilakukan melalui bimbingan teknis Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).

    “Peserta diberikan materi terkait keamanan pangan, pelabelan, informasi nilai gizi, dan bahan tambahan pangan olahan. Diharapkan setelah mengikuti bimtek, peserta sebagai enterpreneur pangan dapat menerapkan aspek keamanan pangan di setiap rantai pengolahan hingga distribusi produk pangan,” harap Penny.

    Pada kesempatan yang sama, BPOM menandatangani nota kesepahaman dengan dua Pondok Pesantren yaitu Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Mojokerto dan Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Wilayah Nahdlatul Ulama (RMI PWNU) di Yogyakarta. Kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan Santripreneur di pondok pesantren. Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, kesadaran, maupun mengembangkan kewirausahaan di bidang obat dan makanan.

    Pada kegiatan itu, BPOM juga memberikan apresiasi kepada Pemprov Jawa Timur yang telah memiliki kebijakan dan program penanganan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Komitmen Pemprov Jawa Timur tersebut telah dituangkan melalui Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 6 tahun 2020 tentang Perlindungan Obat Tradisional. Hal ini dikarenakan masih ditemukannya sarana produksi dan sarana distribusi produk obat tradisional mengandung bahan kimia obat yang ditambahkan oknum tidak bertanggung jawab demi keuntungan ekonomi.

    “Pemerintah Daerah menjadi kunci efektivitas pencegahan dan pemberantasan obat tradisional mengandung BKO. Kami mendorong Pemerintah Daerah lainnya untuk mengambil inspirasi serta mereplikasi upaya Pemprov Jawa Timur sesuai konteks kedaerahan masing-masing sebagai upaya proaktif memberantas obat tradisional mengandung BKO,” tutup Penny. (RMID)

    Berita Ini Telah Tayang Di RMID baca-berita/ekonomi-bisnis/195360/dorong-diversifikasi-pangan-bpom-gelar-sarasehan-pangan-olahan-berbahan-dasar-sorgum

  • Hati Hati Klaim BPA Free, Pakar IPB Sebut Ada Senyawa Berbahaya

    Hati Hati Klaim BPA Free, Pakar IPB Sebut Ada Senyawa Berbahaya

    JAKARTA, BANPOS – Pakar ilmu pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Nugraha Edhi Suyatma mengkritisi label BPA Free yang dicantumkan pada galon sekali pakai. Pasalnya, itu akan merugikan konsumen karena masih menyembunyikan informasi senyawa lain yang berbahaya, tapi tidak disebutkan.

    “Kalau produsen galon sekali pakai mengklaim produknya BPA Free, itu artinya sebenarnya bagi konsumen dirugikan, karena ada informasi yang disembunyikan. Ada senyawa lain yang berbahaya tapi tidak diklaim,” kata Prof Nugraha Edhi Suyatma di Webinar World Food Day 2023 yang diselenggarakan Forum Mahasiswa Ilmu Pangan atau Formasip IPB belum lama ini.

    Ia menegaskan bahwa sebetulnya klaim BPA Free terhadap galon sekali pakai itu itu belum menjamin bahwa kemasan tersebut sudah aman. “Kecuali, kalau klaim BPA Free-nya itu dipakai untuk plastik-plastik lain yang benar-benar aman dan bahan plastiknya itu ada bahan BPA-nya,” tandasnya.

    Karenanya, Prof Nugraha mengusulkan agar pemakaian klaim BPA Free galon sekali pakai itu perlu dipertimbangkan atau ditinjau kembali. “Saya kira sudah urgen ya, karena banyak yang sudah menggunakan klaim BPA Free padahal plastiknya dari bahan PET yang mestinya ada jenis migrasi lain yang juga beresiko terhadap kesehatan,” terangnya.

    Apalagi sekarang, lanjut Nugraha, sering muncul iklan-iklan galon sekali pakai yang dengan sangat masif menyebutkan produknya BPA Free di berbagai televisi.

    Padahal, jika mengacu peraturan tentang label pangan olahan, tidak boleh mengklaim bebas dari suatu bahan kalau memang produk tersebut itu secara alami tidak menggunakan bahan atau tidak terdapat senyawa tersebut.

    Prof Nugraha kemudian mencontohkan minyak goreng sawit yang mencantumkan keterangan non kolesterol. “Ini di dalam BPOM saya ambil persis, saya copy paste. Keterangan ‘tanpa kolesterol’ pada produk disilang (dilarang). Artinya, klaim BPA Free ini juga salah sebenarnya pada galon PET (sekali pakai), karena secara alami memang sama sekali tidak perlu BPA untuk membuat plastik PET,” jelasnya.

    Sementara galon berbahan PET, ungkap Prof Nugraha, sebenarnya juga punya resiko lain. Terutama dari senyawa-senyawa Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), Asetaldehid dan Antimon di kemasannya.

    “Jadi, kesannya seperti menutupi dengan mengkampanyekan dianya sehat tapi sebenarnya ada resiko lain bagi konsumen yang mereka harus tahu juga. Harus dikasih tahu bahwa sebenarnya di PET pun ada resiko lain dari senyawa EG, DEG, antimon trioksida dan asetaldehida,” ujarnya.

    Guru Besar IPB ini juga mengkhawatirkan apa yang dilakukan produsen galon sekali pakai ini dengan melabeli BPA Free terhadap kemasannya yang jelas-jelas tidak terbuat dari bahan BPA, juga akan diadopsi untuk plastik lain juga, misalkan PVC, PS dan melamin yang semuanya memiliki senyawa-senyawa yang beresiko terhadap kesehatan.

    Di acara yang sama, Pakar Pangan lainnya dari IPB, Prof Purwiyatno Hariyadi mengatakan regulasi keamanan pangan diskriminatif yang hanya diberlakukan pada satu produk tertentu saja bukan prinsip regulatory yang baik. Menurutnya, hal itu bisa menyebabkan tujuan dari kebijakan yang mau dibuat tidak tercapai.

    “Jadi, penelitiannya harus lengkap agar efektif dan efisien. Karena, kalau hanya parsial, bisa jadi tujuan dari kebijakan itu tidak tercapai,” pungkasnya.(RMID)

    Berita ini telah terbit di https://rm.id/baca-berita/life-style/194859/hati-hati-klaim-bpa-free-pakar-ipb-sebut-ada-senyawa-berbahaya-lain-bersembunyi

  • Perkuat Laboratorium Pengawasan Obat Dan Makanan

    Perkuat Laboratorium Pengawasan Obat Dan Makanan

    JAKARTA, BANPOS – Obat dan Makanan merupakan salah satu unsur utama yang dibutuhkan oleh setiap individu, sehingga pentingnya menjamin obat dan makanan tersebut aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat.

    Upaya penjaminan tersebut tidak mudah, tapi membutuhkan tugas dan fungsi berbagai pihak meliputi pemerintah, swasta, hingga masyarakat itu sendiri.

    Tanpa mengecilkan fungsi lain, laboratorium memegang peranan yang krusial di sistem pengawasan obat dan makanan, karena hasil pengujian oleh laboratorium yang handal dibutuhkan sebagai dasar untuk membuktikan kualitas obat dan makanan yang beredar.

    Menyadari pentingnya fungsi laboratorium tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meresponnya dengan mencanangkan Grand Design Penguatan Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan.

    Berdasarkan profil terkini dan prediksi tantangan ke depan menuju Indonesia Emas 2045, Grand Design Penguatan Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan adalah rumusan strategi untuk membangun sistem Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang unggul, berdaya saing, efektif dan efisien.

    Grand Design tersebut yang telah dimulai sejak 2022, memiliki tiga strategi utama meliputi penguatan jejaring laboratorium terpadu (integrated laboratory networking), pengembangan laboratorium yang ramah lingkungan (green laboratory), dan pengembangan laboratorium digital (digital laboratory).

    Bentuk implementasi peta strategis ini adalah satunya dengan kegiatan Workshop dengan tujuan melakukan evaluasi pelaksanaan dan penyempurnaan strategi dalam Grand Design yang telah disusun.

    Pada tahun 2023 ini, salah satu kegiatan yang digelar adalah Workshop Grand Design Penguatan Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan serta Launching Konsep Baru Regionalisasi Laboratorium. yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 13-14 Juli 2023.

    Dalam pembukaan kegiatan tersebut, Kepala Badan POM RI, Penny K Lukito menyampaikan tentang perlunya penyempurnaan dan percepatan untuk pencapaian Grand Design Penguatan Laboratorium mengingat laboratorium sebagai backbone pada pengawasan obat dan makanan sangat dibutuhkan untuk memberikan data berbasis ilmiah yang akurat sebagai dasar pengambil kebijakan serta antisipasi kasus berisiko.

    Kepala Badan POM juga menanggapi dengan positif salah satu konsep dalam Grand Design yaitu Green Laboratory dengan harapan laboratorium semakin peduli dan menerapkan konsep yang mengedepankan ramah lingkungan. Konsep budaya hijau tersebut diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap pencegahan perubahan iklim akibat emisi karbon, pengurangan polusi air udara, serta peningkatan kualitas hidup manusia sendiri.

    Sesuai tema workshop, salah satu agenda pada workshop adalah kick off konsep baru kebijakan regionalisasi laboratorium BPOM. Konsep baru tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengujian berdasarkan kondisi sarana prasarana yang ada saat ini dengan mengatur pengujian di Unit Pelaksana Teknis BPOM dibagi menjadi tujuh region yang masing-masing memusatkan pengujian unggul pada salah satu laboratorium di Balai Besar POM (BBPOM) yang selanjutnya disebut laboratorium regional.

    Sesuai nama regionnya, ketujuh laboratorium regional yang ditunjuk berada di Medan, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, Samarinda, Makassar, dan Manado.

    Selama kegiatan yang berlangsung dua hari, para pakar maupun peserta yang menghadiri workshop banyak memberikan masukan yang berharga demi peningkatan implementasi Grand Design ke depannya. Sebagai nilai tambah, pendekatan strategi pada roadmap ini disarankan tidak hanya berdasarkan isu di bidang kesehatan namun juga mendukung pembangunan ekosistem Obat dan Makanan termasuk perdagangan dan investasi.

    Rekomendasi lainnya menggarisbawahi tentang pentingnya memprioritaskan aspek collaborative government yang semakin melibatkan kerjasama dengan stakeholder (pemerintah dan non pemerintah) secara nasional maupun internasional demi jaminan pengawasan obat dan makanan yang lebih luas.

    Kembali ke narasi di awal, jaminan pengawasan obat dan makanan yang lebih komprehensif akan sangat erat kaitannya dengan keberhasilan menjamin kesehatan di negeri ini serta melindungi masyarakat. Penguatan Laboratorium Obat dan Makanan adalah jalan menuju tujuan tersebut, walaupun disadari bahwa penerapan langkah strategis dalam Grand Design saat ini masih membutuhkan peningkatan tetapi sudah mulai berjalan di trek yang tepat.

    Selanjutnya tinggal bagaimana bergandengtangan dengan para mitra untuk terus konsisten melangkah dan tidak menyerah untuk mencapai cita-cita mulia tersebut. (RMID)

  • BPOM Dorong Kerja Sama Stakeholder

    BPOM Dorong Kerja Sama Stakeholder

    JAKARTA,BANPOS – Dalam acara Environmental Sustainability Corporate Governance di industri obat dan makanan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan, peran penting para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam bekerja sama untuk lingkungan dan industri obat dan makanan.

    “Produk-produk ini tidak hanya berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga lingkungan. Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangatlah penting untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan,” ujar Penny, Senin (17/7).

    Menurutnya, salah satu aspek penting adalah inovasi teknologi dan perilaku. Industri obat dan makanan harus mendorong pengembangan teknologi inovatif yang ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan baku yang berkelanjutan dan proses produksi yang lebih efisien.

    “Selain itu, perubahan perilaku konsumen juga perlu didorong, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan,” ujar Penny.

    Penny menambahkan, BPOM juga berkomitmen untuk melakukan regionalisasi laboratorium BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Hal ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan dan pengujian produk obat dan makanan secara lebih efektif dan efisien.

    Sementara, BPOM melakukan survei mandiri terhadap implementasi beberapa aspek dalam industri pangan olahan.

    Di antaranya konsep produksi berkelanjutan, industri berwawasan lingkungan, kebijakan penanganan limbah, serta program atau dukungan perusahaan terkait edukasi dan sosialisasi kepedulian lingkungan.

    Hal itu diwujudkan BPOM dengan memberikan penghargaan kepada beberapa perusahaan obat dan makanan yang mampu mengimplementasikan dalam produksi.

    Pemberian penghargaan tersebut menurut Penny sekaligus sebagai perayaan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) 2023.

    Dalam upaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, mereka telah mengimplementasikan kebijakan yang mendukung penggunaan energi terbarukan, produksi dengan limbah dan emisi minimal, penggunaan air yang efisien, serta penggunaan kemasan ramah lingkungan.

    Mereka di antaranya adalah PT. Mayora Indah, Indofood, Santos Jaya Abadi dan Bina Karya Prima. Masing-masing perusahaan menerapkan produksi berkelanjutan dan berwawasan kelestarian lingkungan. (RMID)