Tag: budaya

  • Ketua DPRD Lebak Bikin Seniman Kecewa

    Ketua DPRD Lebak Bikin Seniman Kecewa

    LEBAK, BANPOS – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak, M Agil Zulfikar, dituding membuat sejumlah seniman kecewa.

    Hal tersebut lantaran Agil diketahui tidak hadir bahkan tidak memberikan konfirmasi kepada panitia bahwa dirinya membatalkan hadir dalam kegiatan Diskusi Reposisi Seni, Anggaran dan Kebijakan yang diselenggarakan oleh Teater Guriang.

    Dikutip dari postingan Instagram @Teater_Guriang, Agil melalui Ajudannya menyatakan diri siap untuk menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut.

    “Sampai di hari kegiatan, tidak ada konfirmasi @agilzulfikar membatalkan datang ke diskusi. Dan sampai kegiatan beres digelar, @agilzulfikar tidak ada itikad baik untuk datang dan memberi konfirmasi terkait ketidak hadirannya,” tulis akun Instagram tersebut dalam postingan tangkapan layar pesan Whatsapp dengan Ajudan Agil.

    Padahal menurutnya, peserta diskusi sudah banyak berdatangan dari berbagai wilayah di Banten. Bahkan, sikap Agil dinilai sebagai sikap acuh terhadap persoalan kebudayaan.

    “Dan sikap-sikap pimpinan seperti ini, yang tidak mau berdialog dengan masyarakat kebudayaan. Menjadi salah satu faktor, bahwa ekosistem tidak dapat terbangun dengan baik,” tandas postingan tersebut.

    Sementara itu, Direktur Guriang Tujuh Indonesia, Dede Abdul Majid, mengatakan bahwa dalam diskusi tersebut, Agil Zulfikar dan Pj Bupati Lebak, Iwan Kurniawan direncanakan sebagai narasumber. Keduanya pun tidak hadir dalam kegiatan itu.

    Namun bedanya, Iwan  sudah memberikan kabar sebelumnya jika dirinya bakal tidak hadir dalam acara tersebut.

    “Kami kecewa, hingga diskusi dimulai, ketua tak ada kabar dan mengkonfirmasi bakal tidak hadir. Sehingga kami merasa sangat dikecewakan atas hal tersebut,” kata Majid saat dihubungi wartawan, Jumat (29/12).

    Lebih lanjut Majid menyampaikan, banyak budayawan dan seniman senior yang hadir, dan menunggu jawaban dari wakil rakyat, salah satunya ketua DPRD Lebak, dalam mendukung kemajuan kebudayaan.

    “Namun kami sudah menunggu lama, banyak peserta dan budaya senior, tetapi Ketua DPRD Lebak malah tidak hadir, dan kami merasa kecewa terkait hal itu,” tandas Majid.

    Hingga berita ini ditulis, BANPOS masih berupaya menghubungi Ketua DPRD Lebak (MYU)

  • Warisan Sejarah Budaya Perlu Inventarisasi Pelestarian Serius

    Warisan Sejarah Budaya Perlu Inventarisasi Pelestarian Serius

    LEBAK, BANPOS – Soal keberadaan aset peninggalan sejarah dan situs kepurbakalaan yang berada di Lebak, perlu ada inventarisasi serius untuk dilestarikan untuk kepentingan masa depan. Selain itu, juga diperlukan untuk kajian penelitian akademik.

    Seperti halnya mengemuka dalam diskusi kajian sejarah budaya lokalistik yang digelar Himpunan
    Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) Unma Banten, Rabu (6/9), bertempat di Vila Kuning, Cihara.

    Ketua pelaksana, Firman Habibi, mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebagai wahana menggali potensi
    sejarah budaya lokal Lebak, khususnya di Lebak Selatan (Baksel) yang kini semakin kurang diperhatikan.

    "Niatan kami dalam momen ini, selain tugas akademik dalam mengangkat kembali potensi sejarah
    budaya yang ada di Lebak dan Baksel ini. Hal ini agar generasi muda kita faham akan jati diri sejarah
    budaya lokalnya yang terjadi di masa lalu, tentunya juga untuk wahana akademik," ujarnya.

    Dalam momen ini, dihadirkan pemateri dari pegiat Bantenologi dan peneliti Garda Muda Banten
    (Garmuba). Keduanya menyebut, peninggalan sejarah budaya sangat urgen untuk diteliti dan
    diinventarisir, karena akan bermanfaat untuk khazanah aset lokal, data sejarah dan bisa dijadikan kajian
    referensi akademis.

    Pegiat Bantenologi, Yadi Ahyadi, mengatakan bahwa aset peninggalan sejarah di wilayah Baksel hingga
    saat ini belum terinventarisasi dengan baik. Hal ini sangat disayangkan karena aset sejarah dan situs
    cagar budaya tersebut, sangat penting buat riset dan wawasan kesejarahan.

    “Ada banyak peninggalan sejarah yang belum di inventarisasi secara utuh. Diharapkan pemerintah
    daerah segera melakukan berbagai upaya preventif, yakni menginventarisasi setiap situs cagar budaya,
    karena ini sangat penting bagi pengetahuan saat ini dan masa depan,” ujarnya.

    Menurut Yadi, pihaknya beberapa waktu lalu sempat melakukan observasi di beberapa kawasan Baksel.
    Tracking survey yang dilakukannya tersebut mulai bekas peninggalan yang ada, hingga wawancara
    warga. Giatnya itu sebagai upaya inventarisasi kajian tentang peninggalan sejarah di kawasan tersebut.

    “Kawasan di sini hingga sekarang memang belum pernah ada yang melakukan kajian penelitian sejarah
    secara utuh, karena itu kami dari Bantenologi mencoba mengkaji wacana awal yang dikaitkan dengan
    situasi peristiwanya," terang Yadi.

    Tambahnya, hasil penelitiannya itu untuk sumbangan referensi kesejarahan Baksel yang hubungannya
    dengan Kebantenan. "Di sini kami sudah banyak mengumpulkan data otentik, mulai dari masa
    prasejarah, sejarah hingga zaman kolonial, tinggal nanti kita formulasikan menjadi acuan akademis di
    ruang masing-masing," jelasnya.

    Pemateri lain dari Garmuba, Frans Son Ghaha, menyebut bahwa hingga saat ini pihaknya mengaku
    masih tengah melakukan observasi semiotika pada area dan lokasi yang diperkirakan jadi bahan
    penelitian, sebagai objek cagar budaya di Baksel dan juga yang diduga batuan artefak.

    Untuk yang prasejarah, kami masih melakukan penelusuran dari situs yang sudah kami inventarisir.
    Seperti pada bebatuan megalitikum yang dicurigai sebagai situs purba, seperti yang di Polotot, dan
    Leuweung Taman di Malingping batu luhur di Cijaku dan di kawasan pedalaman Cigemblong,” ucapnya.

    Selain itu, kata Frans, juga observasi yang dilakukan di Sawarna, Bayah, Cibobos Kecamatan Cihara dan
    Cibeber. "Termasuk bebatuan di Sawarna, Cibobos kita lakukan tracking, juga pada situs purbakala
    Cibedug di Cibeber.

    Metode landasan awalnya kami hubungkan dengan cerita rakyat setempat dan
    dikaitkan dengan karakteristik daerah itu. Dan untuk artefak megalitikumnya kita bantu lakukan uji
    karbon,tuturnya. (WDO/DZH)

  • Peringati Hari Jadi Sumedang ke-445, Djiwa Tangguh Meriahkan Kirab Mahkota & Panji 2023

    Peringati Hari Jadi Sumedang ke-445, Djiwa Tangguh Meriahkan Kirab Mahkota & Panji 2023

    JAKARTA, BANPOS – Kirab Panji dan Mahkota menjadi sebuah tradisi rutin yang digelar setiap tahunnya oleh Keraton Sumedang Larang.

    Tahun ini, tepatnya di bulan Mei, acara Kirab Mahkota dan Panji Keraton Sumedang Larang digelar bersamaan dengan momen perayaan hari ulang tahun Kota Sumedang yang ke-445.

    Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara dengan beragam kekayaan suku dan kebudayaan.

    Warisan leluhur yang menjunjung tinggi kearifan lokal, budaya, dan tradisi selayaknya harus tetap dilestarikan.

    Sebagai salah satu wadah yang senantiasa berkolaborasi di tengah keberagaman budaya lokal sejak tahun 2017, Djiwa Tangguh turut serta dalam kegiatan budaya Semarak Djiwa Tangguh-Kirab Mahkota & Panji 2023.

    Hal ini menjadi salah satu perwujudan misinya membangun kemajuan sosial budaya hingga ekonomi.

    Kegiatan yang digelar di Subang pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2023 ini merupakan sebuah acara interaktif yang menyapa langsung para Pejuang Djiwa Tangguh, panggilan hangat bagi seluruh pejuang kemajuan sosial budaya dan ekonomi di Nusantara.

    Selain sebagai wadah kegiatan untuk pelestarian warisan leluhur yang menjunjung tinggi kearifan lokal, Djiwa Tangguh juga memiliki ambisi untuk mengenalkan ragam budaya khas Indonesia kepada Pejuang Tangguh muda, sehingga keindahan budaya tanah air akan terus lestari kedepannya.

    Semarak Djiwa Tangguh Kirab Mahkota & Panji dikemas dengan berbagai rangkaian acara hiburan, diantaranya Teatrikal Penyambutan Mahkota Padjajaran di Sumedang Larang, Penampilan Angklung Buncis, hingga penampilan Wayang Golek yang dibawakan oleh Dalang Dadan Sunandar Sunarya dari Putra Giri Harja 3 sebagai hiburan kesenian wayang golek khas Jawa Barat.

    Kemeriahan acara yang digelar selama 5 hari ini berlangsung tertib dan disambut antusias oleh masyarakat Sumedang dan sekitarnya.

    Representasi Djiwa Tangguh, Sahat Panjaitan, mengungkapkan bahwa acara Kirab Mahkota merupakan sebuah tradisi temurun yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat Jawa Barat, khususnya warga Kabupaten Sumedang.

    Kirab Mahkota & Panji tahun ini bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumedang, sehingga acara sakral ini sekaligus dibalut sukacita bagi masyarakat layaknya pesta rakyat.

    “Kami haturkan terima kasih kepada warga Kabupaten Sumedang atas kesempatan yang diberikan kepada Djiwa Tangguh, untuk turut memeriahkan hari jadi Kabupaten Sumedang yang ke-445,” ungkapnya.

    Ia mengatakan, tentunya Djiwa Tangguh berharap misi pelestarian budaya lokal terus didukung dan diterima menjadi bagian dalam kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Sumedang dan sekitarnya.

    “Kelestarian warisan budaya lokal, tentunya tidak terlepas dari dukungan masyarakatnya,” katanya.

    Sahat mengaku, Djiwa Tangguh sebagai wadahnya akan terus berupaya mengenalkan ragam budaya khas Indonesia kepada Pejuang Tangguh muda.

    “Sehingga keindahan budaya tanah air akan terus lestari, dan dikenal hingga ke generasi muda baru kedepannya,” tandasnya. (MUF)