Tag: cabai

  • Jokowi Temukan Beras Masih Mahal

    Jokowi Temukan Beras Masih Mahal

    CILEGON, BANPOS – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi menemukan bahwa harga beras di Banten masih mengalami kenaikan dan dinilainya menjadi masalah.

    “Yang masih sedikit masalah di beberapa titik-titik itu di beras,” tutur Jokowi dalam kunjungan kerja untuk meninjau pembangunan area industri PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), Cilegon, Selasa (12/9).

    Atas situasi itu, Jokowi menjelaskan, langkah yang akan diambil pemerintah diantaranya adalah melakukan operasi pasar yang diiringi dengan pembagian Bantuan Sosial (Bansos) terhadap 21,3 juta KPM.

    “Operasi pasar secara masif akan dilakukan Bulog (Badan Urusan Logistik) dan Badan Pangan pada Minggu (Pekan-red) ini, berbarengan dengan bagi Bansos pangan 10 kilogram per keluarga untuk 21,3 juta penerima,” jelasnya.

    Langkah teknis operasi pasar, Jokowi menuturkan, akan dilakukan oleh Bulog dan Badan Pangan di setiap ritel-ritel yang ada di kawasan Cipinang, Jakarta.

    “Bulog akan melakukan OP (Operasi Pasar) ke ritel-ritel di Cipinang. Semuanya akan diguyur beras secara massif,” tuturnya.

    Dalam hal ini, Jokowi berharap, langkah yang dilakukan pemerintah dapat menurunkan dan menstabilkan harga beras di pasaran.

    “Kita harapkan dengan begitu, harga beras akan mulai turun,” harapnya.
    Selain itu, ia melihat harga-harga sejumlah komoditas sembako di Kota Cilegon masih sangat baik. Bahkan, untuk harga bawang merah yang biasanya berada diatas Rp30.000 per kilogram dan pernah menembus Rp40.000, kini sudah berada di harga Rp17.000 per kilogram.

    “Harga cabai saya lihat juga sama turun, karena ditanam di Provinsi Banten sendiri,” kata Jokowi.
    Sementara itu, Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso yang ikut mendampingi kunjungan kerja Presiden mengatakan dengan adanya percepatan program Bantuan Pangan tahap II di bulan September hingga November 2023, diharapkan dapat menekan fluktuasi harga beras yang terjadi saat ini.

    “Harapan kita dengan menggelontorkan bantuan beras ini sebanyak 3 bulan atau dengan jumlah total sebanyak 640.590 ton kepada 21,3 juta KPM dapat berdampak efektif seperti yang telah kita lakukan pada tahap I di bulan Maret – Mei lalu”, ujar Budi Waseso.

    Dibagian lain, Walikota Cilegon Helldy Agustian mengapresiasi kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Kota Cilegon. Dimana, terkait kunjungan Presiden Jokowi ke PT Lotte Chemical Indonesia, Helldy berharap agar serapan tenaga kerja lokal bisa lebih dimaksimalkan.

    “Karyawan d(PT Lotte Chemical Indonesia –red) kurang lebih ada 13.000 orang dan 96 persennya adalah orang Indonesia. Namun, dari angka yang kami lihat kemarin baru 36 persen warga Kota Cilegon,” ungkapnya.

    Atas dasar itu, Helldy menekankan agar PT Lotte Chemical Indonesia bisa melaksanakan amanat dari Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah disepakati bersama. “Saya berharap, setelah MoU kemarin dapat dipraktekkan apa-apa yang menjadi kerjasama kita dengan PT Lotte,” harapnya.

    Sementara itu, ketika mendatangi Pasar Kranggot, Jokowi langsung berkeliling menyapa ke sejumlah pedagang dan menyerahkan langsung bantuan modal kerja ke pedagang.

    Salah satu pedagang Pasar Kranggot Lia Eni Riayana mengaku sangat senang mendapatkan bantuan modal kerja yang langsung diberikan oleh Presiden Jokowi sebanyak Rp1,2 juta.

    “Alhamdulillah dengan bantuan ini setidaknya bisa membantu jualan saya dan bisa melanjutkan usaha serta bisa menambahi dagangan,” katanya.

    Lia berharap, adanya kunjungan presiden tersebut, pemerintah lebih peduli lagi terhadap pedagang kecil disini bukan digusur, tapi diberdayakan.

    “Harapannya lebih diperhatikan di Pasar Kranggot diberdayakan,” ujarnya.
    Salah satu warga Kranggot, Fatimah, menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan sembako berupa kebutuhan pokok.
    “Senang ya, Alhamdulillah mendapatkan bantuan ini. Saya sengaja ke pasar mau liat pak Jokowi,” ucapnya.

    Sementara itu, Kepala UPTD Pasar Baru Kranggot Dani Rachmat menyambut baik dengan adanya kunjungan dari Presiden Jokowi beserta jajarannya ke Pasar Kranggot.

    “Kalau bantuan BLT saya mendapatkan informasi itu sekitar 1.300 lebih yang disebar ke masyarakat di Cilegon. Alhamdulillah lancar dan tidak ada hal-hal yang dikhawatirkan,” tandasnya.

    Sementara itu, akibat musim kemarau yang terjadi beberapa bulan terakhir, petani cabai yang ada di Desa Pasir Peuteuy, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang merasa khawatir dengan hasil pertaniannya. Pasalnya, air hujan yang diharapkan turun untuk menyirami tanaman cabainya mengancam hasil panen cabai.

    Salah seorang petani cabai setempat, Ikbal mengatakan, akibat musim kemarau yang panjang ini, akan mengganggu pertumbuhan tanaman cabainya. Sehingga, ia merasa khawatir dengan hasil panen cabainya.

    “Dengan kondisi kemarau yang panjang ini, kami khawatir hasil panen cabai tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Karena pasokan air sangat terbatas,” kata Ikbal.

    Dijelaskannya, dalam satu lahan terdapat sekitar 6.800 batang cabai dengan target produksi sebanyak 8 ons per batang. Namun pada musim kemarau panjang saat ini, untuk mencapai target tersebut merasa kesulitan.

    “Pada tahun-tahun sebelumnya, kami bisa mendapatkan hasil panen cabai hingga mencapai 2 ton 4 kwintal, tetapi untuk tahun ini, kami merasa sulit untuk mencapai targeti tersebut,” terangnya.

    Oleh karena itu, ia berharap musim kemarau panjang ini cepat berakhir dan segera turun hujan untuk menyirami tanaman cabainya. Sehingga para petani cabai mendapatkan hasil yang maksimal sesuai yang diharapkan.

    “Mudah-mudahn musim kemarau ini cepat berakhir, sehingga dapat meminimalkan dapat negatif terhadap pertanian,” ungkapnya.(dhe/LUK/PBN)

  • Cabai Disebut Penyumbang Inflasi di Provinsi Banten

    Cabai Disebut Penyumbang Inflasi di Provinsi Banten

    SERANG, BANPOS – Cabai dianggap menjadi salah satu komoditas penyumbang meningkatnya laju inflasi di Provinsi Banten. Hal itu disebabkan karena, ketersediaan stok cabai di pasaran dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Oleh karenanya, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Banten bersama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) membuat suatu rencana aksi yang salah satunya adalah gerakan menanam dan memanen cabai di Desa Kadubeureum, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.

    Gerakan tersebut juga merupakan program Tim Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dilaksanakan pada Jumat (1/9).

    Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan bahwa gerakan ini merupakan ikhtiar pemerintah dalam upaya mengatasi masalah inflasi pangan di Provinsi Banten.

    “Kita terus mengikhtiarkannya untuk sedapat mungkin terkendali dengan baik,” ucapnya.

    Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten, Agus Tauchid menjelaskan penyebab tingginya harga cabai di pasaran adalah karena jumlah pasokan cabai di pasaran yang masih terbatas.

    Ia menyampaikan pada tahun 2022 jumlah produksi cabai di Provinsi Banten mencapai sebesar 6.738 ton, sementara jumlah kebutuhan cabai masyarakat mencapai 45.822 ton per tahun.

    “Tahun 2022 produksi komoditas cabai di Provinsi Banten sebesar 6.738 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi cabai penduduk Provinsi Banten per tahun 45.822 ton,” jelas Agus.

    Kemudian disampaikan juga bahwa di tahun ini hingga bulan Agustus, produksi cabai di Provinsi Banten baru mencapai 2.310 ton dengan luas panen sebesar 471 hektar.

    Melihat keadaan tersebut Pemprov Banten melalui Distanak akan menggalakan sejumlah program guna meningkatkan jumlah produksi cabai di Banten, salah satunya adalah dengan membentuk kawasan atau kampung cabai dengan memanfaatkan lahan seluas 40 hektar yang berada di Kabupaten Pandeglang dan juga Kabupaten Serang.

    Melalui pembiayaan dari APBN Tahun Anggaran 2023, diharapkan program tersebut dapat berjalan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap cabai.

    Selanjutnya, upaya lain yang akan dilakukan oleh Pemprov Banten adalah dengan mengupayakan panen cabai di empat bulan strategis.

    Empat bulan yang dimaksud adalah Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan juga Tahun Baru. Keempat bulan itu dinilai tingkat konsumsi masyarakat terhadap cabai terbilang cukup signifikan.

    Oleh sebab itu Pemprov Banten melalui Distanak akan mengupayakan dengan berbagai macam cara, agar panen raya cabai dapat bertepatan di bulan yang dimaksud.

    “Empat bulan ini tingkat konsumsi tinggi. Nah, kami upayakan pada empat bulan itulah Banten harus panen raya cabe nya sehingga pada angka defisit tidak terlalu kentara,” tuturnya.

    Di sisi lain, Bupati Kabupaten Serang Ratu Tatu Chasanah yang juga hadir dalam acara tersebut merasa aneh jika stok ketersediaan cabai di Provinsi Banten disebut belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.

    Padahal luas lahan pertanian di Provinsi Banten terbilang masih cukup luas. Bahkan menurutnya dari luas lahan sebesar 146.000 hektar di Kabupaten Serang, sekitar 60 hektarnya di peruntukan untuk pertanian.

    Belum lagi lahan pertanian di wilayah lainnya seperti Kabupaten Lebak dan Pandeglang yang menurutnya, pasti jauh lebih luas daripada itu.

    “Cabai di kita ini kekurangan dipasok dari luar rasanya aneh, karena lahan untuk Lebak, Pandeglang, Kabupaten Serang untuk andalan tiga kabupaten ini saja bisa,” katanya.

    Hanya saja memang, menurut Tatu, pemerintah daerah tidak bisa bergerak sendiri. Perlu adanya kolaborasi antar pihak untuk dapat mengelola lahan tersebut agar masalah ketersediaan pasokan bahan pangan di Provinsi Banten bisa teratasi.

    “Hanya memang ini butuh keroyokan bersama,” tandasnya. (CR-02/AZM)