Tag: Cihara

  • 10 Anak Cihara Tidak Sekolah

    LEBAK, BANPOS – Ditemukan sebanyak 10 Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kecamatan Cihara, Kabupaten
    Lebak. Temuan itu berdasarkan hasil verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan,
    Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Lebak beberapa waktu yang lalu.

    Dari hasil tersebut, Ketua Tim Verifikasi dan Validasi ATS pada Bapelitbangda Lebak, Yulia Marina Sari,
    menyebut bahwa terdapat sebanyak 10 anak yang berstatus ATS, yang ditemukan di Desa Ciparahu,
    Kecamatan Cihara.

    ”Dari hasil verifikasi dan validasi, kami menemukan ada 10 anak tidak sekolah. Mereka terdiri dari 3
    orang tidak lanjut sekolah SMP/MTs, 6 orang tidak lanjut sekolah sekolah SMA/SMK/MA, satu orang
    putus sekolah SMP/MTs,” ujar Yulia.

    Menurutnya, berdasarkan hasil tracking data dan observasi lapangan, terdapat beberapa alasan
    terjadinya kasus ATS di Kecamatan Cihara tersebut.

    ”Di antaranya karena faktor ekonomi keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, akses jalan yang
    rusak, pilihan untuk mondok ke pesantren salafi. Ada juga yang karena alasan tidak memiliki
    smartphone untuk menunjang metode pembelajaran daring, dan tidak punya sepeda motor untuk
    sarana transportasi ke sekolah,” ungkap Yulia.

    Ditambahkan Yulia, di Desa Ciparahu terdapat dua sekolah MTs yang sampai saat ini tidak memiliki
    fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar (KBM).

    ”Kami juga menemukan dua sekolah MTs yang terpaksa numpang di majlis taklim dan madrasah diniyah
    karena tak memiliki gedung untuk KBM,” terangnya.

    Setelah melakukan verifikasi, validasi dan negosiasi dengan ATS beserta orang tuanya, Yulia mengaku
    bahwa mereka mau kembali ke sekolah, dengan belajar di pusat kegiatan belajar-mengajar masyarakat
    (PKBM).

    ”Akhirnya ke 10 anak itu bersedia kembali untuk bersekolah dengan memilih tempat belajar non formal
    yaitu di PKBM. Mereka memilih di PKBM dengan alasan agar waktu untuk membantu pekerjaan orang
    tua tidak terganggu, dan kegiatan mondok di pesantren salafi bisa terus dilakukan,” jelasnya.

    Selain alasan itu, jika mereka melanjutkan ke sekolah reguler, dikhawatirkan merasa minder, takut di
    bullying oleh siswa lain, karena usianya di atas anak sekolah reguler,” imbuh Yulia.

    Karenanya, untuk meringankan beban ekonomi keluarga, kata Yulia, mereka berharap pemerintah bisa
    memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah seperti seragam, tas, buku tulis, buku bacaan serta
    peralatan olahraga.

    ”Selain itu mereka juga berharap bantuan biaya untuk jajan, smartphone untuk menunjang
    pembelajaran daring, perbaikan akses jalan menuju sekolah dan bantuan kendaraan untuk menunjang
    siswa kembali sekolah,” katanya.

    Sementara, Wakil Ketua PKBM Cundamanik, Iim Saripudin, merasa gembira lantaran 10 anak yang putus
    sekolah itu akhirnya bersedia melanjutkan sekolah di PKBM yang dikelolanya.

    Menurutnya, ia sudah terbiasa melakukan pendampingan dan proses pembelajaran bagi siswa-siswi
    yang hampir putus sekolah di PKBM-nya.

    ”Dengan segenap rasa tanggung jawab, kami akan selalu melakukan kegiatan pembelajaran secara
    konsisten bagi siswa-siswi yang mengenyam pendidikan melalui jalur PKBM yang kami kelola,” tutur Iim.

    Ditambahkan Iim, di PKBM yang dikelolanya itu, sudah ada ratusan siswa yang berhasil lulus. Bahkan,
    lulusannya kini banyak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan kuliah di perguruan tinggi.

    ”Alhamdulillah, lulusan PKBM Cundamanik ada yang sudah bekerja di sektor formal, ada juga yang
    berhasil terpilih menjadi Kepala Desa,” ungkapnya bangga. (WDO/DZH)

  • Cihara Ternyata Punya Penghasil Cemilan Melinjo yang Maknyus

    Cihara Ternyata Punya Penghasil Cemilan Melinjo yang Maknyus

    CIHARA, BANPOS – Warga Kampung Burungcayut, Desa Pondokpanjang, Kecamatan Cihara ternyata memliki ekonomi kreatif rumahan, yakni pembuatan cemilan Emping Melinjo. Dan ternyata, giat usaha rumahan yang berbahan baku biji melinjo tersebut sudah berjalan selema lebih dari 20 tahun.

    “Alhamdulillah meskipun kecil-kecilan ini sudah mulai sejak tahun 2000,” tutur pengrajin, Muslimah, kepada BANPOS di tempat produksi rumahannya, Senin (26/6).

    Untuk menjalankan kegiatan UMKM tersebut, Muslimah melibatkan keluarga dan tetangga sekitar. Emping tersebut kemudian dijual ke warung-warung bahkan sudah melintas ke luar daerah hingga ke Jawa Barat.

    “Produksinya keluarga dan tetangga sekitar aja. Hampir warga kampung ini produksi ini pak. Nanti penjualannya dititip di warung-warung,” jelasnya.

    Sementara Kepala Desa (Kades) Pondokpanjang, Heru Purnomo, mengapresiasi usaha kreatif yang dijalankan warganya. Menurut Kades, hal tersebut sangat bagus untuk mengembangkan ekonomi masyarakat.

    “Usaha kreatif ini sangat bagus sekali, mengingat warga sekitar bisa diberdayakan,” kata Heru.

    Heru menambahkan, pemerintahan desa sudah mengurus legalitas untuk usaha kreatif warganya. Pihaknya juga mengaku sudah membahas hal tersebut untuk ke depannya agar lebih bisa memberikan sumbangsih berupa bahan baku dan alat produksi.

    “Kita sudah urus untuk legalitasnya, seperti pendampingan halal, kemudian akan kita daftarkan di HAKI. Sudah kita bahas juga supaya ada sumbangsih dari dasa tapi dengan bentuk bahan baku dan alat produksi,” tuturnya.

    Diketahui, usaha kreatif masyarakat ini berada di Kampung Burungcayut ini ternyata bukan hanya emping, ada juga produksi sale pisang dan cemilan-cemilan lainnya hasil kerajinan tangan yang cukup unik dan punya nilai jual. (WDO/DZH)

  • 14 Orang Siswa Jadi Korban Jembatan Gantung yang Roboh

    14 Orang Siswa Jadi Korban Jembatan Gantung yang Roboh

    LEBAK, BANPOS – Jembatan Gantung Lebak Nangka, Desa Ciapus, Kecamatan Cijaku, putus. Sebanyak 14 orang siswa SMPN 4 Cijaku terjatuh saat menyeberang.

    Dari 14 orang siswa yang terjatuh dari jembatan penghubung Desa Citepuseun, Kecamatan Cihara pada Sabtu (12/2) lalu itu, 9 orang dilaporkan mengalami luka-luka dan dirawat di rumahnya masing-masing.

    Informasi yang dihimpun, 14 orang siswa SMPN 4 Cijaku yang terjatuh, dari jembatan saat sedang melaksanakan kegiatan hiking pramuka dengan rute melewati jembatan Lebak Nangka. Namun, saat sedang menyeberang jembatan yang dibangun pada tahun 2011 lalu diduga tidak kuat menahan jumlah siswa sehingga putus dan ke 9 orang siswa itu ikut terjatuh.

    Ambruknya jembatan akibat tidak kuat menahan beban seiring usia jembatan yang sudah dibangun sejak 11 tahun lalu. Relawan BPBD Kecamatan Cihara Rudaya membenarkan peristiwa tersebut.

    “Betul dari 14 orang, 9 orang siswa SMPN 4 Cijaku mengalami luka-luka akibat putusnya Jembatan Lebak Nangka. Para korban dirawat di rumahnya masing-masing, dan kabarnya juga sudah membaik,” kata Rudaya saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (14/3).

    Rudaya menjelaskan, Jembatan Lebak Nangka yang dibangun pada tahun 2011 yang berada di aliran sungai Peucang Pari diduga sudah rapuh dan belum pernah dilakukan perbaikan sehingga material sling pada jembatan tidak kuat menahan saat belasan siswa melintasinya.

    “Kejadiannya saat para siswa itu akan melintasi jembatan, diduga tidak kuat akhirnya sling jembatan putus dan para siswa itu ikut terjun bebas ke persawahan bukan ke sungai. Tidak terjun ke sungai, tapi ke sawah. Karena jembatan itu melintasi sawah dan sungai,” jelasnya.

    Jembatan Gantung Lebak Nangka kata Rudaya, merupakan satu-satunya akses warga Citepuseun sehingga sampai saat ini warga belum bisa melintasinya lantaran debit sungai yang masih tinggi.

    “Ya, itu tadi karena akses satu-satu putus ditambah lagi air sungai masih tinggi warga belum bisa nyebrang. Ya paling nunggu air surut,” katanya.

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Lebak, Irvan Suyatupika membenarkan adanya kejadian tersebut dan sudah meninjau lokasi kejadian.

    “Benar, kita sudah meninjau lokasi jembatan putus itu,” katanya.

    (CR-01/PBN)

  • Jalan Poros Desa Lebakpeundeuy-Citepusen Belum Tersentuh Pengaspalan

    Jalan Poros Desa Lebakpeundeuy-Citepusen Belum Tersentuh Pengaspalan

    BAKSEL, BANPOS – Keberadaan jalan sepanjang 3,5 Kilometer yang menghubungkan Desa Lebak Peundeuy dengan Desa Citeupuseun di Kecamatan Cihara kini masih dikeluhkan warga dan mengharapkan pemerintah segera membangunnya, Kamis (3/3).

    Diketahui, ruas tersebut adalah jalan Poros Desa tepatnya di Kampung Lebakpari 2, RT 06/03, Desa Lebak Peundeuy, Kecamatan Cihara.

    “Jalan ini rusak parah selalu membuat aktivitas kami terganggu saat akan pergi keluar untuk usaha, mau berobat, mau bawa ibu yang akan melahirkan, mau bawa orang sakit dan juga anak-anak yang mau pergi ke sekolah, itu harus melewati jalan rusak parah ini. Jangankan untuk dilewati mobil, dilewati motor saja susah, apalagi di musim penghujan ini,” ujar Abidin warga setempat.

    Menurutnya, kerusakan jalan tersebut berlangsung lama dan diharapkan segera diperbaiki.

    “Jalan ini sudah lama rusaknya hingga saat ini belum ada perbaikan. Kami berharap kepada pemerintah terkait untuk segera turun ke lokasi mengecek kondisi jalan dan segera melakukan upaya untuk perbaikan,” harapnya kepada BANPOS.

    Ditambahkan Abidin, akses jalur jalan itu menghubungkan dua desa, sebagai akses ekonomi masyarakat setempat, namun belum pernah terlihat bagus dan mulus. “Intinya kami ingin jalan ini ada aspalnya, karena dari dulu kondisinya cuma pada pengerasan batu yang kini sudah berantakan lagi. Kami juga ingin seperti di desa-desa lain yang jalannya bagus,” ungkapnya.

    Senada, Kepala Desa Lebak Peundeuy, Jahid membenarkan keberadaan jalan tersebut memang belum pernah ada sentuhan pembangunan pengaspalan, dan yang pernah ada hanya sebatas pengerasan saja.

    “Jalan itu belum pernah tersentuh pembangunan aspal, hanya pengerasan saja pada sekitar tahun 2016 lalu. Saya ini baru beberapa bulan menjabat Kepala Desa Lebakpeundey ini, pada Musrenbangdes sudah dibahas juga, dan kami dari Pemdes juga sudah berupaya mengajukan melalui proposal ke pemerintah daerah. Kalau untuk dana desa saat ini kan tidak bisa menganggarkannya karena dialihkan ke BLT,” paparnya.

    (WDO)

  • Kobong Ponpes di Cihara Ludes Terbakar

    Kobong Ponpes di Cihara Ludes Terbakar

    Sebuah Kobong Pondok Pesantren (Ponpes) di Kampung Wanasari RT 01/01, Desa Cihara, Kecamatan Cihara mengalami ludes dilalap si jago merah. Minggu dini hari, (13/2/2022) sekitar Pukul 04.00 Wib dan tidak ada korban dalam peristiwa itu.

    Pantauan, ponpes yang diasuh kiyai Ahmad Zaeni tersebut tampak rata dengan tanah, diduga penyebabnya Aris pendek listrik yang mengeluarkan percikan api, selanjutnya bangunan pondok yang terbuat dari bahan bambu dan kayu terbakar.

    Kepada BANPOS, pimpinan Ponpes mengungkapkan, saat kejadian warga dan santri sempat berupaya memadamkan api dengan alat seadanya, namun tidak berhasil.

    “Sebetulnya para santri dan warga sudah berupaya melakukan pemadaman dengan melakukan penyiraman air tetapi sulit dipadamkan.” kata Ahmad Zaeni.

    Dari insiden ini, semua benda di pondok habis terbakar. Sehingga kerugian mencapai jutaan rupiah. “Seluruh perlengkapan belajar mengajar seperti, buku-buku, kitab, baju para santri dan beras perbekalan santri juga ikut hangus terbakar,” ungkapnya.

    Pemilik Kobong pun berharap ada pihak yang mau membantu membangun kembali tempat dirinya mengajar ngaji tersebut. “Untuk sementara para santri ditampung di rumah dulu, ada juga yang di tetangga. Mudah-mudahan para hamba Allah sudi membantu membangun kembali Kobong pondok kami ini,” harapnya.

    (WDO/PBN)

  • Banjir Jalan Nasional di Cihara Bikin Macet, Diduga Akibat Kecilnya Gorong-gorong

    Banjir Jalan Nasional di Cihara Bikin Macet, Diduga Akibat Kecilnya Gorong-gorong

    LEBAK, BANPOS – Puluhan kendaraan mobil dan motor terjebak kemacetan hingga kiloan meter di ruas jalan raya Cibobos – Bayah, Kecamatan Cihara, Jumat (8/5).

    Kemacetan terjadi akibat luapan air dan deras dari jembatan. Kondisi itu akibat kecilnya gorong – gorong jembatan pada ruas jalan nasional sehingga air yang mengalir dari atas bebukitan dari hujan deras yang terjadi di wilayah tersebut tidak bisa mengalir normal.

    “Gak bisa lewat kita, airnya terlalu deras dan takut pas lewat jalan itu jebol,” kata seorang pengendara motor Sanudin

    Senada diungkapkan pengendara motor lainnya Herman. Ia mengaku takut melintasi luapan air yang deras dari jembatan tersebut.

    “Ia takut pas kita lewat jalan itu ambrol tergerus air. Ya bertahan sementara nunggu airnya surut dulu,” ungkapnya.

    Kepala Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Mulyadi membenarkan, bahwa luapan air yang deras hingga ke jalan tersebut akibat kecilnya gorong – gorong jembatan. Menurutnya, kondisi itu terjadi bukan yang pertama kali.

    “Iya, gorong-gorong jembatannya kecil. Sering, bahkan setiap hujan deras pasti luapan air dari jembatan itu sampai ke jalan. Ya kami minta dinas terkait segera melakukan perbaikan agar kondisi itu terjadi lagi,” katanya (CR-01/PBN)

  • Belum Berizin, Bangunan Tambak Udang di Cihara Mengeksploitasi Area Sempadan Pantai

    Belum Berizin, Bangunan Tambak Udang di Cihara Mengeksploitasi Area Sempadan Pantai

    BAKSEL, BANPOS – Eksploitasi sempadan pantai untuk usaha tambak udang berskala besar di sepanjang pantai kawasan Lebak Selatan (Baksel) kian marak. Salah satunya yang berada di sempadan pantai Blok Pangheotan Desa Pondok Panjang, Kecamatan Cihara. Bakal tambak ini diketahui milik pribadi dan tersinyalir kuat telah menyerobot area sempadan pantai.

    Pantauan di lapangan, bangunan tampak didirikan di lahan yang jaraknya hanya beberapa meter dari pesisir.

    Diketahui, di dalam area bangunan pagar tembok beton ada denah 8 buah kolam yang masing-masing berukuran 500 meter persegi, serta 1 kolam penampungan air yang luasnya sekitar 1.000 meter persegi.

    Informasi yang didapat wartawan dari pihak Desa Pondokpanjang Kecamatan Cihara, bahwa sang pemilik tambak itu ternyata warga Bogor berinisial FK diduga telah melakukan pemagaran dengan konstruksi panel beton. Letak pagar, jaraknya hanya sekitar beberapa meter dari bibir pantai.

    Sekretaris Desa Pondok Panjang Kecamatan Cihara, Hedi kepada wartawan membenarkan bahwa berdasarkan permohonan izin yang diajukan ke pihak desa sebelumnya, tambak udang itu merupakan milik pribadi.

    “Izin lingkungan dari warga sekitar dan pemerintah desa sudah beres. Dan berdasarkan permohonan izin lingkungan, tambak itu milik pribadi, pak FK,” ujar Hedi.

    Kepala Satpol PP Kecamatan Cihara Sawal ketika ditanya wartawan mengatakan, pemerintah desa dan kecamatan hanya memberikan rekomendasi untuk perizinan pendirian dan izin secara resminya di kabupaten.

    “Kalau izin mungkin nanti dari kabupaten. Silahkan cek ke Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPT-SP) Kabupaten Lebak,” jelas Syawal.

    Sementara saat dikonfirmasi wartawan, tiga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lebak, yakni : DPUPR, DPMPTSP dan Satuan Satpol PP mengaku siap menindak pembangunan usaha tambak udang yang dinilainya tidak berijin.

    Kepala DPMPTSP Lebak, Yosep Muhamad Holis, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan pandang bulu dalam melakukan penindakan siapapun pemiliknya. Yosep juga memastikan bahwa pihaknya tidak akan mengeluarkan izin usaha untuk tambak udang tersebut jika terbukti menyerobot sempadan pantai.

    “Insya Allah semua akan ditindak. Kami ga bakal masuk angin,” kata Yosep.

    Senada, Kepala Satpol PP Lebak, Dartim menyatakan siap terjunkan tim ke lokasi. Namun dalam hal ini pihaknya masih menunggu surat permintaan penutupan dari OPD terkait yang membidangi dan harus sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) penegekkan Peraturan daerah (Perda).

    “Kalau tindakan oleh OPD terkait masih juga tidak diindahkan oleh pelanggar perda, baru sesusi SOP itu bisa dilakukan penindakan. Dalam pelaksanaan penindakan bisa berbarengan antara OPD teknis didampingi oleh Pol PP,” ungkapnya, Selasa (28/4).

    Terpisah, Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Lebak, Teguh Eko Saputro menerangkan, kegiatan pembangunan tambak udang milik atas nama FK di Cihara itu menurutnya belum memiliki dokumen apapun terkait pengurusan izin.

    Kata dia, Meski belum tahu persis pembangunan tambak udang tersebut, ia mengaku bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Satpol PP Lebak. “Barusan saya koordinasi dengan Kepala Bidang Penindakan Satpol PP kang. Nanti akan ditindaklanjuti.” katanya.(WDO/PBN)

  • Butuh Perhatian, Sudah 8 Hari ODGJ Kambuhan Dikerangkeng

    Butuh Perhatian, Sudah 8 Hari ODGJ Kambuhan Dikerangkeng

    CIHARA, BANPOS – Wanita malang yang beranak dua, S (33) , warga Kecamatan Cihara, diduga sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Perempuan setengah baya tersebut, sudah 8 hari dilaporkan dikurung dalam kerangkeng oleh pihak keluarganya.

    Kepada wartawan, kakak korban, Arpin, menerangkan bahwa penyakit ODGJ yang diderita adiknya sudah itu sudah satu tahun lamanya. Ia mengklaim, mengurung (kerangkeng-red) S, itu untuk menyelamatkan dirinya.

    “Iya, penyakit ODGJ adik saya ini sudah satu tahun, sempat seperti biasa lagi, sehat. Namun kumat lagi sudah dua minggu. Adik saya lari-lari, kadang ke hutan sambil bawa anaknya yang perempuan berumur satu tahun. Kalau anaknya yang gede itu perempuan berumur 14 tahun, sudah bisa aman. Dengan keadaan adik saya seperti ini, saya merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya ini dikurung. Ini sudah 8 hari, kan aman, kami juga yang nungguinnya bisa tidur,” ungkap Arpin di rumahnya, Rabu (22/4).

    Pihak keluarga berharap ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan S yang sedang mengalami ODGJ juga bantuan kebutuhan ekonominya. “Saya berharap kepada pemerintah terkait agar membantu kami, keadaan adik saya ini butuh pengobatan yang serius. Memang kemarin juga ada yang dari pihak Puskesmas Cihara yang datang dan memberikan obat ke adik saya ini. Namun kami saat ini merasa cemas, karena sudah dua hari ini adik saya tidak mau makan dan tidak mau diajak bicara. Kami orang miskin, berharap ada bantuan dari pemerintah,” katanya.

    Sementara Kepala Desa Pondokpanjang, Sobandi yang didampingi Sekdesnya Hedi, saat menjenguk ke rumah korban mengatakan pihaknya bersama stakeholder desa merasa prihatin melihat kondisi S. Menurutnya ini tanggungjawab bersama semua elemen.

    “Kami merasa prihatin melihat kondisi S, tinggal bersama Ibunya yang sudah janda tua. Ia butuh pengobatan medis sedangkan keadaan ekonomi keluarganya tidak mampu. Kami juga tidak tinggal diam, akan tetapi berusaha semaksimal mungkin mendorong agar S bisa sehat kembali seperti biasa. Ya, tentunya butuh perhatian dari semua pihak,” ungkapnya.

    Terpisah, Madsoleh, aktivis Kecamatan Cihara, meminta semua pihak untuk membantu korban yang tengah menderita. “Kami berharap kepada seluruh dinas terkait yang memang punya peranan sosial masyarakat agar segera menangani musibah yang di derita ibu S. Baik penanganan medisnya juga keadaan ekonomi yang memang butuh bantuan seperti sembako. Itu anaknya perlu juga diperhatikan apalagi yang masih kecil,” papar Madsoleh.(WDO/PBN)

  • Merasa Dibekingi, Penambangan Batu Bara Ilegal Baksel Tetap Beroperasi

    Merasa Dibekingi, Penambangan Batu Bara Ilegal Baksel Tetap Beroperasi

    CIHARA, BANPOS – Diduga ada yang menjadi beking, sehingga masih marak praktik tambang batubara ilegal di kawasan Lebak selatan (Baksel), tepatnya di Blok Pamatang Timur Batu Karut Desa Panyaungan, Kecamatan Cihara.

    Dilaporkan setiap hari puluhan ton defosit batubara terangkat dari lobang ke stok file setempat.

    Pegiat Lingkungan di Baksel, Wijaya D Sutisna kepada BANPOS melaporkan, mereka sepertinya dengan sengaja melakukan penambangan batubara ilegal. “Mereka berani terang-terangan, karena saya duga ini mereka merasa ada yang membekingi,” kata Wijaya, Rabu (25/3).

    Ia menganggap bahwa keberadaan koperasi yang mewadahi para penambang batubara ilegal itu kegiatannya ilegal.

    “Walaupun diwadahi dalam koperasi, kegiatan mereka itu tetap ilegal, karena tidak mengantongi ijin penambangan, tapi paktanya mereka merasa berani karena dibalut wadah koperasi, mereka menganggap bahwa mereka tidak terjerat oleh UU Minerba. Kani minta praktek ilegal ini harus segera ditertibkan,” tegasnya.

    Wijaya mengherankan, karena para pemilik lobang dan pengepul itu sudah seperti kebal hukum, padahal jelas telah melakukan praktik ilegal tapi dilakukan terang-terangan.

    “Ya, saya tau oknum pemilik lobangnya itu seperti Senco, Herman, komar dan pengepul besarnya yaitu Haji Dulhari dan Beben, mereka semua dengan terang terangan melakukan penambangan dan menampung batubara dari hasil penambanga ilegal, dan diduga yang membekinginya ada dari oknum aparat dan juga dari pihak pengurus koperasi,” beber Wijaya.

    Adapun soal keberadaan koperasi, juga dibenarkan oleh seorang pengepul batubara yang namanya minta di rahasiahkan, ia mengaku persoalan masuk atau tidak ke wadah koperasi tersebut memang tidak membetulkan praktik ilegalnya,

    “Menurut saya tidak ada artinya sih, toh keberadaan kita memang masih ilegal kok, menurut saya walaupun dikordinir oleh koperasi dengan kordinasi kepada aparat seperti yang sudah-sudah, ya sama saja, toh keberadaan kita nyata tidak dibenarkan oleh hukum,” ungkapnya.

    Kapolsek Panggarangan/Cihara, Dwiyanto ketika dihubungi wartawan menyatakan, pihaknya bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka) sudah melakukan upaya sosialisasi penertiban.

    “Udah dilakukan sosialisasi untuk penertiban bersama Forkopimka, tapi mereka selalu membangkang. Dan minggu lalu tim dari Polda sudah turun menertibkannya. Jelasnya silahkan hubungi KRPH,” ujarnya dalam jawaban rilis.

    Begitupun, meski sudah dipasang papan informasi tentang sanksi hukum bagi mereka yang melakukan eksploitasi lahan perhutani, oknum penambang tidak pernah mengindahkan dan terkesan menyepelekannya.

    Diketahui, lahan perhutani yang berada di wilayah KRPH Panyaungan Timur yang memiliki luas 1.860,30 Hektar, kini telah mengalami kerusakan di banyak titik.

    Saat dikonfirmasi, KRPH Panyaungan Timur, Endang Sujana kepada wartawan membenarkan bahwa praktik penambang liar ilegal itu melakukan praktik tanpa menghiraukan dampak lingkungan,

    “Mereka liar, tidak memiliki SOP, main gali dan bekasnya tidak pernah direklamasi. Lobang-lobang itu menganga begitu saja, rawan longsor dan berbahaya bagi orang dan juga ternak,” ujar Endang.

    Kata dia, bahwa beberapa hari lalu pihak perhutani pun sudah melakukan patroli dan operasi, juga telah melakukan penutupan kegiatan penambangan. Dan pihaknya mengaku tidak mengetahui praktik ilegal itu marak lagi.

    “Terimakasih pak atas informasinya, dan kami akan menindak lanjutinya,” paparnya.(WDO/PBN)

  • Camat Cihara Tolak Penghargaan Jalan Terusak, Janjikan 2020 Dibangun

    Camat Cihara Tolak Penghargaan Jalan Terusak, Janjikan 2020 Dibangun

    LEBAK, BANPOS – Camat Cihara menolak penghargaan untuk jalan kewenangam Pemkab Lebak, mulai Sukahujan-Citepuseun hingga menghubungkan Kecamatan Cihara-Cigemblong di Lebak selatan (Baksel).

    Menurutnya, penghargaan sebagai jalan terusak se-Lebak tersebut tidaklah tepat dan hanya dinilai dari satu sisi saja.

    Selain itu, ia mengungkapkan bahwa sudah terdapat perencanaan penganggaran yang masuk dalam SIMRAL untuk pembangunan ruas jalan tersebut.

    Demikian yang disampaikan oleh Camat Cihara, Ade Kurnia, dalam menanggapi pemberitaan terkait penghargaan jalan Kabupaten Lebak ruas Sukahujan-Citepuseun yang dinilai terusak se -Lebak.

    “Itu harus ngobrol berhadapan, apalagi kalau dihubungkan dengan penghargaan itu beda sisi,” ujar Ade Kurnia, kepada wartawan, Rabu (11/12).

    Menurut Ade, sebagai bagian dari Pemerintah Lebak dan merupakan kepanjangtanganan Bupati Lebak, ia menyebut, jalan tersebut sudah masuk Simral dan direncanakan dibangun pada tahun 2020 mendatang.

    “Berdasarkan data di Ekbangsos Kecamatan Cihara, jalan tersebut sepanjang 8 kilometer sampai dengan perbatasan Cigemblong kalau tidak ada aral melintang sudah masuk Simral dan direncanakan dibangun ditahun 2020,” jelas Ade.

    Senada, Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan DPUPR Lebak, Irvan Suyatupika, saat dihubungi BANPOS membenarkan jalan penghubung Sukahujan – Citeupusen di Cihara hingga ke Kecamatan Cigemblong akan direalisasikan pembangunannya pada Tahun Anggaran 2020 nanti.

    “Kami akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat soal kondisi jalan itu. Ya, kita lihat anggarannya dulu mencukupi apa tidak, kami juga akan berupaya mengusulkan anggaran Bantuan Keuangan (Bankeu-red) ke Provinsi, pokonya Tshun 2020 akan diusahakan realisasinya,” jelas Irvan.

    Sementara aktivis warga Baksel Roja’i menilai pihak Kecamatan Cihara hanya memberikan harapan akan dibangun, namun nyatanya tidak pernah direalisasikan.

    “Kami sudah bosan dengan alasan-alasan akan dibangun, sudah masuk Simral. Tahun 2019 pasti dibangun di APBD perubahan. Tapi nyatanya tidak ada tahun ini pembangunan. Sekarang bilang lagi akan dibangun di tahun anggaran 2020, ini sudah sering dilontarkan tiap tahun anggaran. Jadi apa kami sebagai warga akan yakin?” tandas aktivis Himakom, Unma Banten kepada BANPOS, Rabu (11/12). (WDO/PBN)