Tag: COVID-19

  • Imadiklus Dorong Kemendikbud Jadikan Mahasiswa Relawan Pengajar

    Imadiklus Dorong Kemendikbud Jadikan Mahasiswa Relawan Pengajar

    MAKASSAR, BANPOS – Pengurus pusat (PP) Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (Imadiklus) se-Indonesia mendorong pemerintah agar menjadikan mahasiswa sebagai relawan pengajar di tengah pandemi Covid-19.

    Hal ini sebagai upaya agar proses pembelajaran siswa di Indonesia dapat terus berjalan, termasuk bagi siswa yang memiliki keterbatasan fasilitas untuk belajar di rumah.

    Ketua PP Imadiklus, Ismail Mahmud, mengatakan bahwa kebijakan pembelajaran secara daring saat ini masih memiliki kendala, khususnya bagi para siswa yang daerahnya belum memiliki akses interner yang memadai.

    “Sehingga membuat peserta didik dan tenaga pendidik susah untuk menerapkan suasana pembelajaran (pada kondisi) tersebut,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima BANPOS, Rabu (15/4).

    Dengan kondisi tersebut, ia mengajak kepada seluruh mahasiswa agar dapat membantu para guru dengan mengambil bagian untuk menjadi relawan pengajar di daerahnya masing-masing.

    “Saya mengajak kepada seluruh mahasiswa yang sudah pulang ke daerahnya, agar menjadi relawan guru. Menjadi mitra belajar bagi anak-anak Indonesia untuk mewujudkan suasana belajar yang mandiri, minimal ke orang orang terdekatnya,” ucapnya.

    Ismail mengaku telah menyurati Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berkaitan dengan wacana yang ia sampaikan.

    “Kami juga sudah menyurat secara resmi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, agar mahasiswa dijadikan Relawan Pengajar,” jelasnya.

    Ia juga mengapresiasi langkah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, yang telah memberikan kebebasan kepada kepala sekolah dalam menggunakan dana BOS untuk membelikan pulsa bagi guru dan siswa.

    “Kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi langkah yang cepat dari mas menteri untuk membuat kebijakan agar suasana belajar tetap berjalan. Penggunaan dana BOS untuk digunakan siswa dan guru membeli pulsa merupakan hal luar biasa,” ungkapnya.

    Selain itu, langkah Nadiem dalam membuat program belajar di rumah melalui program TVRI, juga sangat diapresiasi oleh Ismail.

    “Program yang diluncurkan Kemendikbud belajar di rumah melalui siaran TVRI, setidaknya bisa mengakomodir pelajar yang ada di pelosok negeri untuk tetap mendapatkan pendidikan,” tandasnya. (DZH)

  • Reaktif  Rapid Test Covid-19, Dua WNA Sudah Seminggu di Pandeglang

    Reaktif Rapid Test Covid-19, Dua WNA Sudah Seminggu di Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Sebelum menjalani rapid test, lima anggota Jamaah Tabligh asal Bangladesh memiliki riwayat perjalanan selama kurang lebih satu minggu di Kabupaten Pandeglang.

    Dua orang diantara rombongan tersebut, menunjukkan reaktif saat dilakukan Rapid Test Covid-19 di Kecamatan Majasari, Pandeglang, Selasa (14/4).

    Jubir Tim Gugus Tugas COVID-19 Pandeglang Achmad Sulaeman menjelaskan, mereka datang ke Banten diantar oleh warga asal Jakarta. Tujuan pertama, mereka itu datang ke Kecamatan Menes.

    “Di sana hampir tujuh sampai delapan hari, baru kemarin ke Majasari dan kita langsung koordinasi dan lakukan Rapid Test ternyata reaktif,” kata Sulaeman, kepada Banpos, Rabu (15/4/).

    Ia menyatakan, di Menes, mereka melakukan perjalanan ke Masjid-Masjid dan sempat bertemu dengan santri. Pengakuannya, pertemuan tidak dengan banyak orang dan tidak menonjol. Namun, memang ada kontak dengan beberapa warga lokal.

    “Tapi ada kontak dengan beberapa santri lain, keramaian nggak, paling perkumpulan kecil, “tutur Sulaeman.

    Rencananya, hari ini Tim Kesehatan Gugus Tugas Kabupaten Pandeglang akan melakukan Rapid Test kedua serta telah berkoordinasi dengan Imigrasi untuk penanganan WNA tersebut.

    “Hari ini, kami dari Tim Gugus Tugas Akan melakukan Rapid Test kedua. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak Imigrasi, dan aka dilakukan penanganan selanjutnya,” tuturnya.(MG-02/PBN)

  • PW Rijalul Ansor Banten Gelar Dzikir Daring

    PW Rijalul Ansor Banten Gelar Dzikir Daring

    SERANG, BANPOS – Pengurus Wilayah (PW) Rijalul Ansor Provinsi Banten melaksankan dzikir dan doa bersama yang diikuti oleh seluruh kader Rijalul Ansor se Banten dengan peserta 100 orang melalui daring (online) secara konferensi video.

    Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Hamdan Suhemi mengatakan bahwa Dzikir dan doa bersama ini merupakan refleksi batiniyah dalam upayanya memohon kepada Allah swt, agar musibah yang dialami bangsa Indonesia dan umat manusia seluruhnya, semoga cepat diselesaikan.

    “Eksistensi spritualitas kita tetap jaga setelah secara ikhtiar mengadakan penyemprotan di seluruh tempat. Ansor hadir dengan keikhlasan demi keselamatan manusia,” tutur Hamdan, Selasa (14/4).

    Menurutnya, Rijalul Ansor Banten peka akan kondisi negeri, maka berinisiasi melaksanakan dzikir dan doa bersama untuk kesalamatan umat manusia.

    Ia menyatakan. Ansor Banten turut memberikan dukungan dan apresiasi kepada tim medis yang tak kenal lelah dalam melawan Covid- 19. Bakti dan pengabdian Tim medis didoakan menjadi ladang amal saleh dalam mengurus umat.

    Ansor juga mengucakapkan terimakasih atas keseriusan pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 selama ini.

    “Ansor Banten memberikan apresiasi kepada tim medis sebagai garda terdepan melawan Covid-19. Semoga pelayanan tim medis yang ikhlas menjadi ladang amal ibadah,” ucap Hamdan.(BAR/PBN)

  • Kuota JPS Kota Serang Ditambah, Pelajar dan Mahasiswa Perantau Jadi Komponen Penerima

    Kuota JPS Kota Serang Ditambah, Pelajar dan Mahasiswa Perantau Jadi Komponen Penerima

    SERANG, BANPOS – Pemkot Serang menambah kuota penerima program Jaring Pengaman Sosial (JPS) sebanyak 10 ribu kepala keluarga (KK). Sehingga saat ini jumlah yang akan menerima JPS yakni sebanyak 35 ribu KK.

    Selain itu, Pemkot Serang memperpanjang masa pendataan penerima JPS sampai dua minggu kedepan. Hal ini dilakukan agar validitas data penerima JPS dapat benar-benar tepat sasaran.

    Juru bicara (Jubir) Gugus Tugas Penanganan Covid-19, W. Hari Pamungkas, mengatakan bahwa berdasarkan hasil koordinasi penanganan dampak sosial ekonomi, diputuskan kuota penerima JPS akan ditambah menjadi 35 ribu KK.

    “Sebelumnya estimasi 25 ribu warga saja yang akan menerima, namun berdasarkan hasil koordinasi maka kuota penerima JPS akan diperpanjang,” ujarnya kepada awak media, Selasa (14/4).

    Penambahan kuota tersebut dilakukan karena ada masyarakat yang merasa terdampak namun tidak terakomodir dalam program tersebut.

    “Tapi kalau jumlah pastinya berapa itu masih belum fiks. Masih digodok. Tapi yang pasti kami telah menyediakan anggaran untuk kuota sebanyak 35 ribu KK,” jelasnya.

    Selain itu, berdasarkan surat keputusan bersama antara Kemendagri dan Kemetrian Keuangan, pemerintah daerah memberikan batas waktu tambahan untuk mendata jumlah penerima JPS.

    “Kalau dari Dinsos sendiri meminta waktu maksimal dua minggu kedepan. Ini untuk melakukan validasi by name by addres, sehingga tidak ada orang yang mendapatkan bantuan ganda dan beririsan dengan bantuan provinsi dan pusat,” terangnya.

    Bahkan, Hari menuturkan bahwa pelajar dan mahasiswa perantau yang masih bertahan di Kota Serang, juga akan mendapatkan bantuan dari Pemkot Serang.

    “Pelajar dan mahasiswa perantau tadi juga dibahas dalam rapat. Mereka juga akan mendapatkan bantuan dan dimasukkan dalam program JPS tersebut. Datanya sudah ada pada Dinsos,” ucapnya.

    Untuk diketahui, pendataan warga penerima JPS dilakukan oleh RT dan RW setempat. Nantinya, data yang dikumpulkan oleh setiap RT akan diserahkan ke kelurahan. Setelah itu, Dinsos Kota Serang akan melakukan validasi terhadap data yang diserahkan. (DZH)

  • Terkendala, Baru 6.000 Warga Kota Serang Terdata JPS

    Terkendala, Baru 6.000 Warga Kota Serang Terdata JPS

    SERANG,BANPOS- Dinsos Kota Serang masih melakukan pendataan masyarakat terdampak Covid-19 yang akan menerima jaring pengaman sosial (JPS). Hingga saat ini, data yang baru masuk sekitar 6.000 warga dari beberapa kelurahan. Penyebabnya karena, dari pihak kelurahan masih belum selesai melakukan pendataan.

    Namun ternyata, beberapa masyarakat mengaku tidak tahu mengenai program tersebut. Selain itu diakui bahwa beberapa tempat juga masih belum dilakukan pendataan, untuk calon penerima bantuan.

    Seperti yang disampaikan oleh salah satu warga Komplek Ciceri, Muhammad FJ. Ia mengatakan, dirinya belum mengetahui adanya bantuan JPS di Kota Serang.

    “Kebetulan saya belum tahu soal itu (JPS). Dan setau saya di sini (Komplek Ciceri) belum ada pendataan. Karena kan saya juga selalu di rumah saja, sudah tidak bekerja,” ujarnya, Senin (13/4).

    Menanggapi hal tersebut, Plt. Sekretaris Dinsos Kota Serang, Mamah Rohmah, mengatakan bahwa pihaknya telah melayangkan surat kepada seluruh kecamatan, agar mereka melakukan pendataan masyarakat yang terdampak Covid-19.

    “Pada tanggal 6 April kemarin, kami telah melayangkan surat kepada setiap kecamatan agar segera melakukan pendataan hingga tingkat RT. Jadi masyarakat yang didata adalah mereka yang karena Covid-19 ini tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya,” terangnya.

    Ia mengatakan, Dinsos Kota Serang pada mulanya telah menargetkan agar pendataan masyarakat penerima JPS ini dapat rampung pada Senin (14/4). Namun ternyata, proses pendataan di tingkat bawah masih belum juga selesai.

    “Pada surat itu harusnya hari ini semua data sudah masuk. Tetapi realisasinya belum masuk semua, masih proses. Ada yang sudah ada tapi belum diinput. Jadi memang proses di bawah yang agak lambat,” ucapnya.

    Bahkan, ia mengaku bahwa pihaknya sampai harus menjemput data tersebut ke setiap kelurahan. Hal ini agar proses pendataan dapat segera selesai dan pembagian bantuan dapat dimulai sebelum memasuki bulan Ramadan.

    “Kita tadi juga jemput bola. Setelah salat Zuhur, masing-masing tim berangkat menuju kelurahan untuk mengambil data tersebut,” jelasnya.

    Untuk data sementara, ia mengatakan bahwa saat ini baru 6.000 masyarakat yang terdaftar untuk menerima JPS. Sedangkan untuk kuota, Dinsos telah menganggarkan sebanyak 25.000 KK yang akan menerima.

    “Dari 67 kelurahan, itu baru beberapa yah yang sudah memberikan data. Sementara saat ini diperkirakan masyarakat yang sudah terdata itu sebanyak 6.000 KK kurang lebihnya,” katanya.

    Karena keterlambatan pengumpulan data dari bawah, ia mengaku ada kemungkinan pengumpulan data aka diperpanjang beberapa hari ke depan.

    “Nanti kita lihat yah. Karena kan data ini masih bergerak (penambahan). Sebenarnya saat ini juga masih ada rekan-rekan yang menjemput data dari kelurahan, masih dalam perjalanan ke sini. Secepatnya insyaAllah selesai,” tandasnya. (DZH/AZM)

  • Peternak Menjerit, Jual Ayam Seharga Rp6 Ribu

    Peternak Menjerit, Jual Ayam Seharga Rp6 Ribu

    WALANTAKA,BANPOS – Peternak ayam di Kota Serang mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, pangsa pasar penjualan ayam banyak yang tutup dampak Covid-19, sehingga harga ayam menjadi anjlok bahkan hingga mencapai Rp6.000 per kilogram.

    Salah satu peternak ayam, Rudi Chandra, mengatakan bahwa saat ini aktivitas jual beli ayam potong sedang sangat buruk. Hotel, restoran dan catering yang merupakan pasar utama mereka, banyak yang tutup.

    “Saat ini sedang sepi pembeli. Soalnya hotel, restoran dan katering khususnya yang ada di Jakarta itu semua tutup. Tidak ada kegiatan sama sekali,” ujarnya saat ditemui di Walantaka, Senin (13/4).

    Padahal, lanjutnya, para peternak ayam potong memiliki waktu panen ternak yang pasti. Sehingga stok ayam potong menjadi menumpuk, sedangkan permintaan mengalami penurunan.

    “Tidak ada kegiatan, jadi pasar tidak ada sedangkan stok kita menumpuk,” tuturnya.
    Akibatnya, harga daging yang direkomendasikan oleh Pemerintah yaitu Rp18.000 hingga Rp22.000 ini, tidak tercapai. Sebab, para peternak tidak mempunyai pasar untuk menjual ayamnya.

    “Jadi peternak-peternak tidak punya pasar untuk saat ini,” katanya.

    Diketahui, harga per kilogram ayam paling rendah per hari ini Rp10.000/kilogram. Bahkan, kata Rudi, hari-hari sebelumnya harga ayam mencapai Rp6000 per kilogramnya. “Pasar-pasar lokal masih kita kirim, hanya omsetnya turun 50 persen,” ujarnya.

    Mewakili para peternak di Kota Serang, ia meminta kepada pemerintah kota Serang, agar membuat kebijakan untuk penyerapan produksi dari lokal. Menurutnya, para peternak ayam sengaja beternak karena akan bertemu dengan momen munggahan puasa.  “Mudah-mudahan harganya membaik,” harapnya.

    Tak hanya itu, berdasarkan penuturannya, para peternak mengalami kerugian yang tidak sedikit. Per ekor ayam saat ini semakin besar, sedangkan harga pakan semakin baik. Karena bahan baku pakan ayam mayoritas impor, sedangkan harga jual di tingkat peternak turun.

    “Kalau menghitung ruginya banyak, kalau untuk peternak mandiri, modalnya saja kalau satu kilogram ayam hidup, bisa sampai Rp18.000. Sekarang kita menjual Rp10.000, 45 persennya,” pungkasnya.

    Kendati demikian, pihaknya terus melakukan pembibitan. Karena kata dia, roda produksi ayam harus tetap berjalan, meskipun yang sudah siap panen sebelumnya belum habis karena omset pasar menurun.

    “Peternak sekarang dilema, dijual tidak laku. Kalau ditahan, harus nambah pakan. Upaya yang sudah dilakukan, kita biasanya memasarkan sendiri ke masyarakat-masyarakat sekitar,” tandasnya. (MUF/AZM)

  • PDP Ciracas Terkonfirmasi Positif Setelah Meninggal Dunia

    PDP Ciracas Terkonfirmasi Positif Setelah Meninggal Dunia

    SERANG, BANPOS – Pasien Dalam Pengawasan (PDP) asal Ciracas, Y (43), yang meninggal pada Kamis (9/4) lalu terkonfirmasi positif. Hal ini diketahui setelah hasil tes Swab mendiang keluar pada Senin (13/4).

    Kepala Dinkes Kota Serang, M. Ikbal, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Pemkot Serang baru mengetahui hasil tes Swab tersebut sekitar pukul 16.00 WIB. Dari hasil tes tersebut, diketahui bahwa Y terkonfirmasi positif.

    “Tadi saya dapat informasi pukul 16.00 WIB. Jadi itu kasus PDP yang meninggal pada Kamis lalu. Karena kan saat meninggal belum keluar tesnya, sekarang sudah keluar PCRnya dan terkonfirmasi positif,” ujarnya melalui sambungan telepon.

    Ia mengatakan, sebagai tindak lanjut meningkatnya status mendiang, maka Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kota Serang akan melakukan penelusuran terkait dengan siapa mendiang berkontak, riwayat berobat dan riwayat perjalanan.

    “Karena memang baru hari ini kami mendapatkan informasi positifnya, maka kami akan menelusuri dari mana saja ia berobat. Apakah di Puskesmas, di rumah sakit mana, berkontak di mana. Ini akan kami cari tahu dan kami akan lakukan tes Swab kepada yang berkontak,” jelasnya.

    Selain itu, ia mengatakan bahwa beberapa petugas medis yang menangani pasien, termasuk pula istrinya, telah mengikuti rapid test. Namun Ikbal mengaku, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi dari hasil rapid test tersebut.

    “Semua sudah dilakukan rapid test, termasuk istrinya. Tapi sampai sekarang kami belum mendapatkan informasi dari hasil tes tersebut. Apakah ada yang reaktif ataupun tidak,” tandasnya.

    Untuk diketahui, saat ini Kota Serang mencatat tiga kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Kasus pertama diketahui pada Rabu (13/4) yang lalu. Selang satu hari kemudian, Kota Serang kembali mendapatkan sekaligus dua kabar yakni kasus kedua positif Covid-19 dan kasus pertama meninggal Covid-19. (DZH)

  • DPRD Soroti Lambannya Penanganan PHK Dampak Korona

    DPRD Soroti Lambannya Penanganan PHK Dampak Korona

    SERANG, BANPOS – Lambatnya penanganan dampak dari pandemi Covid-19 terhadap ketenagakerjaan menjadi sorotan dari DPRD Kota Serang. Sebab di tengah besarnya potensi PHK terhadap tenaga kerja, Disnakertrans Kota Serang justru sulit untuk diajak berkoordinasi.

    Hal ini disampaikan oleh anggota Komisi II pada DPRD Kota Serang, Nur Agis Aulia. Melalui keterangan tertulis yang diterima BANPOS, ia mengatakan berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa inspeksi dadakan, para OPD masih terkesan santai dengan adanya pandemi ini.

    “Saya masih melihat beberapa OPD yang masih adem ayem aja. Padahal OPD tersebut berkaitan langsung dalam penanganan dampak Covid-19,” ujar Agis yang juga merupakan Wakil Ketua Fraksi PKS Kota Serang ini, Sabtu (11/4).

    Ia pun menyoroti salah satu OPD yang dirasa masih santai dalam menangani Covid-19, yakni Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans). Sebab, berkali-kali pihaknya berupaya untuk berkoordinasi terkait dampak ketenagakerjaan, sama sekali tidak merespon.

    “Misal Disnaker, ini pak Kadis gak bisa dihubungi sama sekali. Sudah hampir seminggu dikontak oleh Komisi II, tapi gak ada respon. Dikontak oleh staf juga gak respon. Ini kalau Kadis kayak gini maunya apa?,” ungkapnya.

    Karena tak kunjung mendapatkan respon, ia pun mengaku telah melakukan sidak ke kantor Disnakertrans pada Kamis (9/4) yang lalu. Namun ternyata, Kepala Disnakertrans Kota Serang, Akhmad Benbela, juga tidak ada di kantornya.

    “Padahal banyak aspirasi dari masyarakat Kota Serang yang terkena PHK, menanyakan perlindungan. Lalu mengenai kebijakan THR karena menjelang idul Fitri. Kemudian strategi antisipasi kedepan bila terjadi PHK massal dan banyak warga juga yang ingin daftar kartu pra kerja kebingungan,” jelasnya.

    Untuk diketahui berdasarkan data Disnakertrans, terdapat 40.000 lebih pekerja di Kota serang yang tersebar di 1.600 lebih perusahaan baik besar, sedang maupun kecil. Mayoritas perusahaan tersebut bergerak di bidang perdagangan dan jasa.

    Oleh karena itu, Agis pun meminta agar Walikota dan Wakil Walikota Serang dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja para OPD tersebut. Sebab menurutnya, dampak Covid-19 ini tidak dapat dianggap sebagai persoalan yang main-main.

    “Saya mengingatkan kepada seluruh kepala OPD, khususnya jajaran Gugus Tugas, untuk tidak main-main dalam penanganan Covid-19 ini. Kepada pak Walikota dan Wakil Walikota untuk menindak tegas kepala OPD yang lembek, tidak sigap dan kurang aktif dalam menjalankan tugasnya. Saya akan awasi jalannya penanganan Covid-19 ini,” tegasnya.

    Sementara itu, BANPOS berupaya melakukan konfirmasi kepada Kepala Disnakertrans Kota Serang, Akhmad Benbela. Namun, baik telepon seluler maupun pesan WhatsApp yang dikirim tidak direspon. (DZH)

  • Soal Kasus Positif Korona Kota Serang, Ini Kata Keluarga dan Tempat Kerja

    Soal Kasus Positif Korona Kota Serang, Ini Kata Keluarga dan Tempat Kerja

    SERANG, BANPOS – Pemilik toko bangunan Harapan Bersama yang disebut merupakan tempat pasien positif Covid-19 bekerja angkat bicara. Yohanes, pemilik toko bangunan tersebut membantah bahwa karyawanannya yang berinisial D terpapar Covid-19 dari toko miliknya.

    Sementara itu, keluarga pasien mengaku kurang mendapatkan informasi yang maksimal dari pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan informasi yang didapat oleh mereka tidak jelas dan tidak cepat.

    “D itu benar karyawan saya. Dia itu terakhir masuk Sabtu 15 Maret 2020 lalu. Tanggal 17 Maret istrinya kirim kabar melalui WhatsApp bahwa nggak masuk karena sakit panas,” ujar Yohanes, Jumat (10/4).

    Yohanes menuturkan bahwa D merupakan sopir yang bertugas mengantar bahan bangunan bersama seorang karyawan lain yang bertindak sebagai kenek.

    “Dia bukan pelayan tapi sopir. Dia jarang masuk dalam toko, paling keneknya kalau ada kiriman apa, keneknya dia ambil surat pengambilan,” katanya.

    Yohanes menerangkan bahwa pihak keluarga pada tanggal 27 Maret mengabarkan kepada dirinya jika mereka membawa D ke RS Budi Asih.

    “Sebelumnya disarankan ke Biomed. Namun karena ada BPJS supaya ada keringanan biaya dibawa ke Budi Asih. Jadi bukan dibawa ke Budi Asih dalam kondisi lemas dan dalam posisi perawatan,” kata dia.

    Setelah tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Budi Asih, pasien pun langsung mendapat penanganan. Namun sayangnya, keluarga pasien tidak mendapat penjelasan memadai mengenai kondisi pasien. Sebab pada saat itu diagnosis yang disampaikan bahwa D mengalami tipus.

    “Tanggal 28 Maret saya memberi sesuatu (bantuan biaya) ke istrinya. Dia datang ke toko saya. Kata istrinya bilang kalau suaminya tipus, itu penjelasan dari pihak rumah sakit,” jelas Yohanes.

    Pada malam harinya, pasien dipindahkan ke kamar perawatan ditemani sang istri. Namun pada tengah malam, pihak rumah sakit meminta pasien dirujuk ke RSU Banten malam itu juga.

    Sang istri diminta menandatangani berkas persetujuan dan diminta segera menyelesaikan biaya pengobatan.

    “Karena istrinya tidak bawa uang akhirnya menelpon sang kakak (R) untuk menyelesaikan biaya pengobatan,” kata Yohanes.

    Yohanes menyatakan sangat keberatan bahwa D terkena virus Covid-19 dari toko bangunan miliknya.

    “Saya pemilik toko keberatan bahwa karyawan saya kena sakit dari toko saya. Dia terinfeksi di luar toko. Karena istri dan anaknya sampai hari ini sehat-sehat saja. Bahkan kenek yang biasa dengan D juga sehat. Karyawan lain sehat juga,” jelasnya.

    Mematuhi saran dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Serang, Yohanes bersama keluarga mengaku telah menjalani pemeriksaan baik rapid test maupun Swab.

    “Rapid test sudah. Swab juga dari Puskesmas datang ke tempat saya,” ucapnya.

    Sementara kakak dari pasien, R, menyatakan keluarganya bingung dengan pola penanganan pihak rumah sakit. Informasi yang menurutnya menjadi hak keluarga pasien, ternyata tidak dipenuhi.

    Sebagai kakak dari pasien, ia mengaku belum mendapatkan kabar bahwa adiknya menjadi PDP Covid-19. Hingga saat pasien dirujuk ke RSUD Banten, pihak keluarga tidak mendapatkan penjelasan memadai mengenai penyakit yang diderita pasien.

    “Saya datang ke rumah sakit, adik saya sudah di dalam ambulans. Saya tidak bisa berbuat banyak selain membantu pemindahan barang-barang yang ada di kamar isolasi Budi Asih. Dokter hanya bilang kalau paru-paru adik saya kotor. Suhu tubuhnya 38 derajat celcius. Adik saya dalam 3 bulan terakhir tidak bepergian ke manapun,” kata R.

    Pada 29 Maret dini hari itu, D resmi menjadi pasien RSUD Banten. Bingung dengan penyakit yang diderita sang adik, R kemudian meminta penjelasan (konsultasi) dengan pihak rumah sakit namun dengan alasan bukan waktu konsultasi ia tidak mendapat jawaban pasti.

    Selang tiga hari, yakni 31 Maret, pasien menjalani rapid test dan hasilnya negatif. Kendati demikian, pihak rumah sakit belum memperbolehkan sang adik untuk pulang.

    “Adik saya dinyatakan negatif (Covid-19). Pihak rumah sakit tidak memberi tahu bahwa ada tes lagi (Swab),” ujarnya.

    Hingga pada Rabu, 8 April yang lalu, pihak Puskesmas melakukan pendataan keluarga pasien dan belakangan ini keluarga diberitahu bahwa sang adik positif Covid-19.

    “Setelah di media tersebar ke mana-mana. Padahal nomor keluarga sudah ada di rumah sakit, ini sudah zaman teknologi yang memudahkan komunikasi, tapi sangat disayangkan pihak rumah sakit tidak memberikan informasi yang dibutuhkan keluarga pasien,” tandasnya kecewa. (DZH)

  • Reaktif Saat Rapid Test, PDP Asal Ciruas Ternyata Buruh Konveksi di Jakarta

    Reaktif Saat Rapid Test, PDP Asal Ciruas Ternyata Buruh Konveksi di Jakarta

    CIRUAS, BANPOS – Salah seorang warga Kecamatan Ciruas Desa Pamong, SP (22), terkonfirmasi reaktif berdasarkan hasil Rapid tes (RT) beberapa waktu yang lalu.

    Informasi yang didapatkan oleh BANPOS, SP berstatus Pasien dalam pengawasan (PDP) dan telah dirujuk ke Rumah sakit dr Drajat Prawiranegara (RSDP) Kabupaten Serang.

    SP pun telah melakukan rapid tes, dengan hasil reaktif. Sehingga statusnya sempat disebut menjadi positif pada Rabu (8/4) yang lalu, namun diklarifikasi menjadi hasil rapid test reaktif.

    Kemudian disebutkan bahwa esok harinya yakni Kamis (9/4), dilakukan Rapid tes kepada warga yang pernah melakukan kontak secara langsung dengan SP, target 17 orang di desa Pamong Kecamatan Ciruas.

    Humas RSDP Kabupaten Serang, drg Khoirul Anam membenarkan hal tersebut. Menurutnya, saat ini SP sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Banten.

    “Sebelumnya sudah dirawat di RSDP, masuk tanggal 4 April. Kemudian dirujuk pada tanggal 6,” ujarnya, saat dikonfirmasi oleh BANPOS, Jumat (10/4) malam.

    Anam mengatakan bahwa SP sebelumnya SP merupakan buruh di sebuah konveksi yang beralamatkan di Jakarta Barat. Saat dirawat di RSDP, kata Anam, pasien memiliki beberapa keluhan.

    “Keluhannya sesak napas, batuk, pilek dan demam,” tuturnya.

    Sementara itu, juru bicara satuan Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 Kabupaten Serang, drg Agus Sukmayadi, mengatakan hal yang sama. Ia pun berupaya mengonfirmasi ke pihak Puskesmas Kecamatan Ciruas melalui Kepala Puskesmas.

    “Info dari kepala Puskesmas Ciruas bahwa sebagian (informasi yang didapat BANPOS) benar. Hasil rapid test reaktif, bukan terkonfirmasi positif Covid-19,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Agus mengklarifikasi terkait informasi sebelumnya yang menyebutkan bahwa SP dinyatakan positif Covid-19. Menurutnya, positif yang dimaksud adalah hasil reaktif untuk rapid tes.

    “Positif yang dimaksud, hasil reaktif untuk rapid tesnya, bukan terkonfirmasi positif Covid-19 hasil pemeriksaan Swab PCR (Polymerase Chain Reaction atau tes swab),” jelasnya.

    Meski demikian, saat ditanyai perihal apakah pasien sudah dilakukan tes Swab atau belum, Agus mengatakan untuk hal tersebut perlu konfirmasi ke pihak RSU Banten.

    “Perlu konfirmasi ke RSU Banten,” tandasnya. (MUF)