Tag: DBD

  • Musim Hujan, Masyarakat Cilegon Diminta Waspadai DBD

    Musim Hujan, Masyarakat Cilegon Diminta Waspadai DBD

    CILEGON, BANPOS – Memasuki musim penghujan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon mengimbau masyarakat agar mengantisipasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

    Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Cilegon Rully Kusumawardhany di Aula Setda, Jumat (12/1).

    “Biasanya hujan ini cenderung kasus DBD jadi mulai bersih-bersih baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Jadi nyamuk aedes aegypti yang di luar rumah itu dia sukanya di tempat gelap dan lembab,” kata Rully.

    Kemudian Rully menjelaskan, pihaknya terus mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi dengan mengajak masyarakat untuk kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga melakukan kebersihan lingkungan.

    “Kalau di luar rumah itu, kalau rumput-rumputnya sudah tinggi, kemudian ranting-ranting pohon sudah rimbun, itu harus segera dipangkasi supaya sinar matahari tetap bisa masuk,” jelasnya.

    Sebab, kata Rully, di kegiatan PSN dan kebersihan lingkungan dinilai sangat efektif untuk memutus mata rantai penularan DBD. Selain itu juga masyarakat dapat membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

    “Jaga stamina tubuh, mesti diperbanyak makan buah dan sayur, istirahatnya cukup, jangan lupa jaga kebersihan,” ujarnya.

    Tidak hanya itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran penyakit influenza yakni dengan menggunakan masker.

    “Jangan lupa yang influenza, batuk dan pilek sebaiknya pakai masker supaya tidak menularkan ke yang lain,” tandasnya. (LUK)

  • Cegah DBD, Puskesmas Rangkasbitung Imbau Masyarakat Gencarkan PSN

    Cegah DBD, Puskesmas Rangkasbitung Imbau Masyarakat Gencarkan PSN

    LEBAK, BANPOS – Pergantian musim disebut sebagai salah satu faktor munculnya penyakit menular yang sering menjangkit masyarakat. Salah satunya penyakit Demam Berdarah atau Demam Dengue (DBD).

    Seperti yang ungkapan oleh Kepala Puskesmas Rangkasbitung, Yangyang Citra Gumelar, saat ditemui BANPOS di Kecamatan Rangkasbitung.

    Ia mengatakan, saat ini di wilayah Puskesmas Rangkasbitung sedang dilakukan berberapa penanganan serta penyuluhan terhadap masyarakat terkait penyakit tersebut.

    “Saat ini kasus yang sedang tinggi dan ditangani oleh Puskesmas Rangkasbitung yakni berada di Kampung Curug Mulya, Rw 08, Desa Narimbang Mulya. Disana ada dua orang terjangkit DBD,” kata Yangyang kepada BANPOS, Kamis (27/7).

    Ia menjelaskan, pihaknya kemudian melakukan penyelidikan epidiomologi dengan cara memerikaa 10 rumah, baik samping depan dan belakang dari rumah masyarakat yang terjangkit DBD.

    “Kegiatan PE ini dilakukan sekurang-kurangnya 100 meter dari rumah terjangkit, kita memeriksa sarang nyamuk yang mana menjadi cikal bakal nyamuk demam berdarah atau Aedes Aegypti,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Yayang menerangkan bahwa dalam upaya pengendalian dan pencegahan DBD, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) jauh lebih efektif dibandingkan dengan fogging.

    Menurutnya, dengan menggalakan PSN melalui Abatenisasi, dapat lebih mencegah terkenanya DBD dikarenakan langsung membunuh jentik-jentik nyamuk.

    “DBD ini dimulai dari jentik nyamuk yang ada pada genangan air yang tidak menyentuh tanah. Perlu diketahui, nyamuk DBD ini tidak hidup di genangan kotor (got, saluran air) tapi hidup di air jernih dan dianggap bersih,” terangnya.

    Masih kata Yangyang, Fogging merupakan langkah terakhir dalam penanganan dan pencegahan DBD karena hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa.

    Oleh karena itu, PSN harus mulai di budayakan kembali oleh masyarakat agar bisa menjaga diri sendiri, keluarga hingga masyarakat sekitar.

    “Gerakan kerja bakti, Jumat bersih dan lain sebagainya harus terus digencarkan agar kita bisa sama-sama menjaga kesehatan,” ujarnya.

    “Tidak lupa juga dengan gerakan 3M yakni menguras, menutup, dan mengubur genangan air guna mencegah timbulnya DBD,” tandasnya. (MYU/DZH)

  • Pekan Pertama Februrari, Kasus DBD di Pandeglang Melonjak

    Pekan Pertama Februrari, Kasus DBD di Pandeglang Melonjak

    PANDEGLANG, BANPOS – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang, pada pekan pertama bulan Februari 2022 mengalami peningkatan dibandingkan kasus DBD yang terjadi pada bulan Januari 2022. DBD merupakan penyakit yang mudah menular dan merupakan penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aides Aegepty.

    Kepala Seksi Non Rawat Inap, Pelayanan Medik dan Penanggungjawab Program Nasional RSUD Berkah Pandeglang, Joko Suryanto mengatakan, kasus DBD yang ditangani RSUD Berkah Pandeglang pada awal tahun 2022, jumlah kasus DBD hingga saat ini sekitar 70 kasus.

    “Sampai bulan Februari ini sudah sekitar 70 pasien. Terdiri dari kelompok anak-anak dan dewasa,” katanya kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

    Dijelaskannya, pada bulan Januari 2022 jumlah kasus yang ditangani RSUD Berkah Pandelang sebanyak 48 kasus yang terdiri dari 15 kasus dibawah usia 18 tahun dan 33 kasus diatas usia 18 tahun.

    “Untuk bulan Februari yang dibawah 18 tahun 11 kasus dan diatas 18 tahun 11 kasus juga. Baru juga diawal pekan sudah ada 22 kasus,” ujarnya.

    Joko menambahkan, sampai dengan hari Jum’at (11/2), jumlah pasien yang menjalani perawatan ada sekitar 9 orang yang terdiri dari 3 orang pasien anak-anak dan 6 orang pasien dewasa.

    “Dari jumlah kasus yang ditangani oleh RSUD Berkah Pandeglang, hingga saat ini tida ada yang sampai dirujuk dan meninggal dunia. Alhamdulilah seluruh pasien pulang sudah dalam keadaan sehat,” ungkapnya.

    (dhe/pbn)

  • DBD Menyerang, Empat Meninggal Dunia di Kabupaten Lebak

    DBD Menyerang, Empat Meninggal Dunia di Kabupaten Lebak

    LEBAK, BANPOS – Tidak hanya kasus terkonfirmasi positif Covid-19, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak mencatat sedikitnya 92 orang masyarakat terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama Januari-Februari 2022.

    Dari jumlah tersebut, empat orang di antaranya itu meninggal dunia akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Itu terjadi diduga akibat cuaca ekstrem dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.

    Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah mengungkapkan, dari 92 orang yang terjangkit, empat orang meninggal dunia akibat DBD. Itu tersebar di 13 kecamatan yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, Kalanganyar, Cibeber, Cimarga, Curugbitung, Warunggunung, Maja, Sajira, Cileles, Cipanas, Cikulur dan Sobang.

    “Januari-Februari 92 kasus, empat orang meningga dunia akibat DBD. Empat orang yang meninggal semuanya berasal dari Kecamatan Rangkasbitung,” katanya, Selasa (8/2).

    Dengan merebaknya kasus DBD di Kabupaten Lebak, Firman meminta masyarakat waspada terkait penularan DBD dan menjaga kebersihan. Sebab, kebersihan lingkungan menjadi hal utama dalam mencegah penularan, sehingga nyamuk akan sulit berkembang jika lingkungan nya bersih.

    “Jangan ada penampungan air, kaleng bekas, ban bekas itu semua harus disingkirkan. Karena itu akan menjadi tempat yang nyaman, untuk perindukan nyamuk,” ungkapnya.

    Untuk mencegah penularan DBD kata Firrman, kebersihan lingkungan harus dijaga dan ditingkatkan kembali. Sebab, ketika lingkungan kita itu bersih dari barang-barang yang berisi air yang bisa menampung jentik dan perindukannya, maka nyamuk-nyamuk tersebut tidak akan bisa berkembang biak.

    “Penyakit DBD ini adalah penyakit akibat lingkungan yang kotor, ketika lingkungan kita bersih, tidak ada penampungan jentik serta tempat perindukan nyamuk maka In Sya Allah semuanya aman,” jelasnya.

    Menurut Firman, dalam penanganan DBD masyarakat sering kali ingin langsung dilakukan fogging. Padahal kata dia lagi, untuk penanganan DBD tersebut tergantung pada kasusnya dan hasil diagnosanya.

    “Untuk penanganannya tergantung kasusnya dan diagnosanya. Yang jelas untuk penanganan DBD, ketika ada kasus bukan dengan fogging tetapi harusnya 3M Plus dan dari 92 orang itu kebanyakan anak-anak yang tertular,” ujarnya.

    Ia menegaskan, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak terus melakukan upaya penanganan DBD, mulai dari level Puskesmas dan rumah sakit. Serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penerapan 3M Plus.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Triatno Supiyono meminta masyarakat untuk tetap tenang dan terapkan lingkungan yang bersih. Karena, bagaimanapun juga salah satu penyebab merebaknya DBD itu dari lingkungan yang tidak bersih alias kotor sehingga penyakit bisa mudah timbul.

    “Kalau lingkungan kita itu bersih maka penyakit bisa diminimalisir termasuk penularan DBD. Terus tingkatkan pola hidup bersih dan sehat. Semoga DBD dan Covid-19 bisa di tekan penyebarannya,” katanya.

    Untuk diketahui, Kecamatan Rangkasbitung 39 kasus, Cibadak 15 kasus, Kalanganyar 9 kasus, Cibeber 5 kasus dan Cimarga 5 kasus. Wilayah lainnya Kecamatan Curugbitung 4 kasus, Maja 3 kasus, Sajira 3 kasus, Warunggunung 2 kasus, Cileles 2 kasus, Cipanas 1 kasus, Cikulur 1 kasus dan Sobang 1 kasus. (CR-01/ENK)

  • Dinas Kesehatan Cilegon Gencarkan Fogging untuk Tangani DBD

    Dinas Kesehatan Cilegon Gencarkan Fogging untuk Tangani DBD

    CILEGON, BANPOS – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon menggencarkan fogging, untuk menangani peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain itu juga diambil langkah Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pembagian Abate (Abatesasi), dan Fogging Fokus serta Promosi Kesehatan akan pentingnya kebersihan lingkungan.

    “Kita rutin melakukan fogging di setiap kelurahan setelah berkoordinasi dengan masyarakat dan pejabat setempat,” kata Kepala Dinkes Kota Cilegon Ratih Purnamasari, Selasa (25/1).

    Lebih lanjut Ratih menyampaikan, upaya terpenting dalam memutus mata rantai penularan DBD adalah memasifkan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. “Dengan menggerakkan masyarakat melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan mempedomani Prinsip 3 M Plus,” jelasnya.

    3M Plus terdiri dari menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.

    Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain-lain. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Sedangkan plus-nya yaitu, menaburkan bubuk larvasida atau abate pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Menggunakan obat nyamuk atau oleskan lotion anti nyamuk pada bagian kulit untuk mencegah gigitan nyamuk.

    Selanjutnya, menggunakan kelambu atau kasa nyamuk di tempat tidur terutama untuk bayi dan balita. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti serai, lavender, kecombrang, dan lain-lain.

    “Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk karena nyamuk menyukai aroma keringat manusia. Gemburkan tanah pada pot untuk mencegah tergenangnya air,” katanya.

    Diketahui Dinkes Kota Cilegon selama 2022 mencatat ada 28 kasus penyakit demam berdarah dangue (DBD) dan tidak ada yang meninggal dunia. Sedangkan selama 2021 mencatat empat kasus meninggal dunia akibat terserang penyakit DBD, total keseluruhan kasus DBD sebanyak 192 yang tersebar di 8 kecamatan.

    Secara umum kasus DBD di Kota Cilegon menurun dalam tiga tahun terakhir dimana pada tahun 2019 tercatat 578 kasus dengan kasus meninggal satu, tahun 2020 turun menjadi 318 kasus dengan dua kasus meninggal.

    Sebelumnya, Anggota DPRD Kota Cilegon Andi Kurniyadi mengapresiasi Dinkes Cilegon yang sudah berupaya mengantisipasi pemberantasan sarang nyamuk dengan fogging maupun mengkampanyekan program 3M. Yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan barang bekas.

    “Jadi saya menyoroti hal itu sebuah keharusan memang yang dilakukan oleh dinkes. Dinkes responnya cepat untuk masyarakat, saya harap dinkes tetap konsisten melakukan tindakan – tindakan untuk kesehatan masyarakat, apalagi DBD bisa membahayakan mayarakat banyak yang ada di lingkungan sekitar yang terkena. Saya harap adanya juga kesadaran dari masyarakat supaya menjaga kebersihan lingkungan, dan selalu menjaga kesehatan di masa pandemi ini karena penting untuk imun tubuh,” tandasnya.

    (LUK)

  • Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    MALINGPING, BANPOS – Di tengah musim wabah Covid-19 yang mengharuskan Lockdown, belasan warga di Kampung Cikeusik Timur (Ciktim) RT 05/02 Desa Malingping Selatan (Malsel) dilaporkan mengalami sakit yang diduga disebabkan dari wabah nyamuk Chikungunya dan ada pula yang sudah terkena wabah Demam Berdarah Degue (DBD).

    Informasi yang didapat dari Pegiat Pemuda setempat, Roif Setiawan kepada BANPOS mengatakan, belasan warga ditemukan mengalami berat di kaki bercampur meriang panas dingin dan pusing-pusing lalu kulit terserang gatal-gatal.

    “Gejala awal yang dilaporkan penderita itu mereka pusing, mual, kaki berat bercampur badan panas dingin setelah itu kulit gatal gimbal,” ujar Roif, Jumat (3/4).

    Menurutnya, setelah beberapa warga diperiksa ke dokter di klinik terdekat, mereka diduga mengalami serangan wabah Chikungunya,

    “Kalau menurut yang sudah dibawa ke klinik, mereka dinyatakan terkena Chikungunya. Tapi sebagian sudah agak mendingan, namun yang lain masih mengalami sakit, jumlah yang terkena ada sekitar 16 orang. Selain itu ada satu orang warga sini yang positif terkena DBD,” terangnya.

    Senada, Warsih (41) salah seorang warga setempat yang sudah sehat kepada BANPOS mengaku dirinya dinyatakan terkena Chikungunya,

    “Kata dokter itu gejala Chikungunya. Yang terasa sih kaki saya kesemutan terus berat dilangkahkan, badan panas dingin, kepala terasa pusing dan setelah itu kulit gimbal dan gatal. Sekarang mah udah mendingan” papar Warsih.

    Sementatara, Juju Juhariyah masih warga yang sama melaporkan bahwa cucunya seminggu yang lalu mengalami DBD dan sempat di bawa ke RS Ajidharmo Rangkasbitung.

    “Ya cucu saya yang bernama Dika yang baru kelas 1 SMA terkena DBD, itu kata dokter di puskesmas harus dirawat Rangkas. Sekarang masih dirawat,” ungkapnya.

    Tokoh masyarakat setempat Maknun, meminta adanya penyemprotan Fogging anti DBD di wilayah Kampung Cikeusik Timur agar tidak menyebar ke warga lain.

    “Sekarang ini sedang melanda korona dan musim hujan. Ada baiknya pemerintah melakukan penyemprotan anti DBD, agar wabah DBD dan Chikungunya tidak menyebar,” kata Maknun.

    Terpisah, Kepala Desa Malsel, Aceng Junaedi saat dikonfirmasi membenarkan hal itu dan pihaknya mengaku sudah mendapat laporan. “Iya, saya sudah mendapat laporan. Tapi saat ini saya sedang di Serang lagi jenguk saudara yang sakit,” ujar Aceng.(WDO/PBN)