Tag: Difabel

  • Teman Disabilitas di Tangerang Raya Ikuti Kegiatan Sosialisasi Pajak

    Teman Disabilitas di Tangerang Raya Ikuti Kegiatan Sosialisasi Pajak

    TANGERANG, BANPOS – Sebanyak 30 teman disabilitas yang berdomisili di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan mengikuti kegiatan Pajak Bersama Teman Disabilitas pada Rabu (15/11).

    Kegiatan yang bekerja sama dengan Yayasan Difabel Mandiri ini dilakukan di aula Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tigaraksa.

    Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen Kanwil DJP Banten, Dwika Yuni, mengungkapkan bahwa Pajak Bersama Teman Disabilitas adalah kegiatan kampanye perpajakan bagi Warga Negara Indonesia Penyandang Disabilitas.

    Ia menjelaskan, kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 2021 dan menjadi agenda rutin Direktorat Jenderal Pajak.

    Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan, dan dibuka oleh Dwika. Saat menyapa teman-teman disabilitas, Dwika menyampaikan bahwa pelayanan di Direktorat Jenderal Pajak tidak ada diskriminasi.

    “Hal ini sama halnya dengan penyuluhan kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk ke teman-teman disabilitas. Semoga dengan mengikuti kegiatan ini, teman-teman disabilitas dapat memahami pentingnya pajak dalam membangun negara,” ujar Dwika.

    Kanwil DJP Banten juga menghadirkan dua orang juru Bahasa isyarat Luluk Kusuma Wardani dan Abdul Azis. Luluk dan Azis membantu tim penyuluh Kanwil DJP Banten, untuk menerjemahkan materi sosialisasi Pemadanan NIK menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), hal-hal mendasar tentang pentingnya pajak, materi tentang hak dan kewajiban perpajakan dengan pemateri fungsional penyuluh pajak ahli pertama Muslih Anwari.

    “Terimakasih teman-teman disabilitas yang sangat antusias dengan materi yang disampaikan dan berperan aktif dalam sesi tanya jawab. Semoga bermanfaat dan teman disabilitas dapat menyebarluaskan peran pajak ke teman-teman disabilitas yang lain,” ujar Muslih.

    Usai sesi tanya jawab dan kuis, kegiatan ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah. (MUF/DZH)

  • Janji Baik Kenalkan Relawan Difabel Inspiratif

    Janji Baik Kenalkan Relawan Difabel Inspiratif

    SERPONG, BANPOS – Sekolah Janji Baik baru-baru ini kembali menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat luas dengan membuktikan bahwa menjadi difabel bukanlah sebuah keterbatasan. Dalam laman Instagramnya, @janjibaik.id memperkenalkan seorang perempuan cantik bernama Fretty Lumbangaol atau yang lebih sering disapa Kak Butet.

    Relawan Janji Baik, Ayuni Shirotul, menyampaikan bahwa Kak Butet ini merupakan salah seorang relawan Janji Baik yang menjadi sorotan, karena semangat dan antusiasmenya sebagai seorang difabel yang telah berhasil menginspirasi banyak orang. Perempuan kelahiran 1994 ini lahir di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara.

    “Kak Butet juga sempat menceritakan beragam pengalamannya sebagai penyintas tuli. Sejak lahir, ia merasakan begitu banyak perbedaan yang diterima sebagai seorang difabel, terlebih ibunya juga merupakan seorang penyintas tuli dan hanya bersekolah hingga tingkat SD,” ujarnya.

    Ayuni menceritakan, saat Kak Butet memasuki usia sekolah pun merasa kesulitan untuk masuk ke sekolah umum dan hanya diarahkan untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Ditambah lagi, kondisi ia yang berada di pelosok daerah membuatnya kesulitan dalam mengakses berbagai informasi pendidikan.

    “Namun keinginannya yang kuat kemudian didukung oleh sanak saudara akhirnya berhasil membuat ia masuk ke sekolah umum. Lingkungan yang berbeda membuat Kak Butet berusaha lebih keras untuk terus belajar, bahkan dari tidak dapat berbicara hingga terlatih dan akhirnya terbiasa berbicara di depan umum,” katanya.

    Dukungan bersekolah dengan lingkungan yang berbeda, Kak Butet merasa dapat lebih beradaptasi dan hal tersebut terus berlangsung hingga ia lulus menjadi Sarjana. Sayangnya, perjuangan Kak Butet tak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah ia juga kembali merasakan sulitnya mencari pekerjaan yang dapat menerima ia sebagai penyintas tuli.

    “Kak Butet tetap berusaha keras dengan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai komunitas seperti Basket Tuli Indonesia, Thisable Community hingga pelatihan vokasi disabilitas. Saat ini, usahanya pun membuahkan hasil. Ia berhasil bekerja sebagai Staff HRGA di Assegaf Hamzah and Partners,” tuturnya.

    Hal itulah yang kemudian membuat Kak Butet bertekad untuk membantu para difabel lainnya, satu misi yang ia ingin wujudkan adalah untuk membuat mereka tetap percaya diri atas apa yang telah Tuhan berikan kepada setiap manusia. Ia juga ingin setiap anak tidak perlu merasakan sulitnya akses dalam memperoleh pendidikan seperti apa yang pernah ia alami.

    Secara lebih serius, melalui Janji Baik ia ingin memperjuangkan hak-hak disabilitas sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 yang berbunyi ‘Mempunyai kesamaan kesempatan sebagai penyelenggara pendidikan di segala jenis, jalur, jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus, serta memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karir tanpa diskriminasi’.

    “Janji Baik sendiri merupakan sebuah sekolah gratis berbasis teknologi yang inklusif membantu setiap anak untuk mendapatkan haknya dalam memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Tak terkecuali juga bagi para difabel,” tandasnya.

    Janji Baik juga menjadi tempat berkesempatan baik bagi setiap relawan yang secara tulus berkontribusi untuk negeri dalam membantu anak-anak yang memiliki keterbatasan ekonomi. Berpusat di Tangerang Selatan, Janji Baik kini sudah mulai mengepakkan sayapnya untuk menjaring anak-anak putus sekolah di berbagai pelosok daerah. Kehadiran Kak Butet di dalam Janji Baik juga menjadi motivasi dan inspirasi bagi setiap anak untuk dapat belajar lebih baik lagi. (MUF)

  • Pemkot Dipertanyakan Komitmennya, Dinsos Kota Serang Pangkas Anggaran Alat Bantu Disabilitas

    Kantor Walikota Serang belum ramah disabilitas sehingga belum memudahkan penyandang kebutuhan khusus.

    SERANG , BANPOS – Berbeda dari komitmen Wali dan Wakil Walikota Serang yang menyatakan pembangunan harus setara, termasuk untuk kaum disabilitas. Dinas Sosial (Dinsos) justru memotong anggaran untuk alat bantu bagi disabilitas untuk tahun 2020.

    Dinsos Kota Serang berkilah APBD saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas. Bahkan, anggaran untuk disabilitas di tahun depan, akan dipangkas hingga setengah dari tahun ini.

    Hal ini disampaikan oleh Kasi Disabilitas pada Dinsos Kota Serang, Eka Faksi. Ia mengatakan sampai dengan 2019, baru sekitar 30 persen dari sebanyak 1.334 penyandang disabilitas, yang menerima alat bantu.

    “Sampai saat ini belum semua penyandang disabilitas mendapatkan bantuan itu, masih banyak yang harus kami bantu,” ujarnya kepada awak media saat ditemui di kantornya, Senin (11/11).

    Selain itu, ia mengaku pemberian alat bantu ini tidak dilakukan secara merata. Ini dikarenakan terbatasnya APBD dalam mengakomodir kebutuhan disabilitas.

    “Karena APBDnya terbatas, jadi kami berikan pada (penyandang disabilitas) yang sudah mengajukan terlebih dahulu di tahun sebelumnya,” tuturnya.

    Tahun ini, kata Eka, pihaknya telah memberikan 45 kursi roda, 2 alat bantu dengar, 15 tongkat ketiak, dan 20 tongkat tunanetra. Namun untuk tahun depan, akan terjadi pengurangan.

    “(Untuk tahun depan) jumlahnya bahkan tidak separuhnya dari tahun ini, jadi jumlahnya berkurang,” terangnya.

    Ia menjelaskan, bantuan tersebut merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Hak-Hak Disabilitas.

    “Minimal penyandang disanilitas ini mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Karena kalau bukan pemerintah siapa lagi yang akan membantu mereka,” jelasnya.

    Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Khusus (Hima PKh) Untirta, Muntazir, mempertanyakan alasan dipangkasnya bantuan untuk penyandang disabilitas di tahun depan.

    “Kenapa bisa dipangkas bahkan kurang dari setengahnya dari tahun ini? Memangnya penyandang disabilitas membuat beban yang begitu besar yah bagi APBD Kota Serang?” katanya kepada BANPOS.

    Menurutnya, hal tersebut sangat tidak sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh Pemkot Serang. Muntazir menuturkan, baik Walikota maupun Wakil Walikota selalu mengaku sangat komitmen terhadap penyandang disabilitas.

    “Baik pak Wali maupun pak Wakil itu selalu bilang, Pemkot Serang sangat berkomitmen terhadap disabilitas. Tapi pemangkasan anggaran untuk disabilitas ini justru mencerminkan kebalikannya,” tegasnya.

    Ia menuturkan, seharusnya Pemkot Serang bukan mengurangi anggaran untuk disabilitas, melainkan diperbanyak. Karena, dengan anggaran saat ini saja, keberadaan penyandang disabilitas masih kurang diperhatikan.

    “Seharusnya Pemkot Serang menambah anggaran, bukan mengurangi. Kalau memang komitmen terhadap penyandang disabilitas, ciptakan kota yang ramah disabilitas. Sejajarkan kami dengan masyarakat pada umumnya, bukan malah dipangkas anggaran,” tandasnya. (DZH/AZM)