Tag: Disabilitas

  • Atlet Disabilitas Pandeglang Merasa ‘Di-prank’ Dindikpora, Kenapa?

    Atlet Disabilitas Pandeglang Merasa ‘Di-prank’ Dindikpora, Kenapa?

    PANDEGLANG, BANPOS – Persoalan atlet disabilitas yang berjuang pada gelaran Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) Provinsi Banten di Kota Tangerang pekan lalu yang merasa diabaikan oleh Pemkab Pandeglang, hingga saat ini masih belum selesai. Bahkan, mereka kini merasa terkena ‘prank’ dari Pemkab, lantaran perwakilannya sempat dijanjikan untuk audiensi namun hingga kini belum kunjung terealisasi.

    Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pendidikan Khusus Untirta, Nur Ahdi Asmara. Ia yang turut berkoordinasi dengan perwakilan kontingen Peparpeda asal Pandeglang tersebut mengatakan, pada akhir pekan lalu sudah ada titik terang berkaitan dengan ketiadaan akomodasi dari Pemkab Pandeglang, selama pelaksanaan Peparpeda.

    “Kami sudah ngobrol dan koordinasi dengan teman-teman kontingen asal Pandeglang, mereka pada saat itu bilang kalau insyaallah mereka bisa dapat haknya ketika pulang. Karena pekan ini dijanjikan bertemu dengan Kadindikpora Pandeglang,” ujarnya kepada BANPOS, Kamis (11/7).

    Namun ternyata, setelah berkoordinasi kembali dengan perwakilan kontingen Peparpeda Pandeglang, ternyata hingga Kamis ini mereka belum juga bertemu dengan pihak Dindikpora Pandeglang. Menurutnya, pihak Dindikpora beralasan kalau Kepala Dinasnya yakni Raden Dewi Setiani, masih sibuk.

    “Kata mereka, Bu Kadisnya lagi sibuk. Bahkan beberapa hari terakhir ketika dihubungi, pihak Dindikpora tidak merespon, akhirnya mereka merasa kena prank. Memang sih kalau dilihat-lihat, bu Kadisnya beberapa kali tayang di berita, cuma bukan bicara nasib para atlet disabilitas, melainkan soal politik. Mungkin sibuknya di sana,” tutur Ahdi.

    Ia menegaskan bahwa persoalan hak atlet disabilitas dan para pendampingnya, harus segera diselesaikan. Pasalnya, jika perjuangan mereka benar-benar tidak dianggap, dikhawatirkan ke depan tidak ada lagi pelajar disabilitas di Pandeglang yang mau menjadi kontingen berbagai gelaran kompetisi.

    “Lagi-lagi perlu diperhatikan jika Kabupaten Pandeglang tidak mau kehilangan atlet-atlet disabilitas yang berbakatnya. Toh ini gelaran dua tahunan, sudah 8 kali digelar. Jangan-jangan Peparpeda yang lalu juga seperti ini juga, kasian loh mereka, berjuang demi daerahnya tapi malah tidak dianggap, bahkan di-prank berkali-kali,” tandasnya.

    Sebelumnya diberitakan, para atlet disabilitas asal Pandeglang yang bertarung di Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) Banten di Tangerang, merasa diabaikan oleh Pemkab Pandeglang. Pasalnya, mereka berangkat tanpa mendapatkan bekal, baik pembinaan, dana maupun perlengkapan yang mumpuni.

    Hal itu disampaikan oleh salah satu sumber BANPOS yang mendampingi para atlet disabilitas asal Pandeglang. Ia mengatakan, para atlet mendapatkan sejumlah perlakuan yang kurang layak, baik dari Disdikpora Pandeglang, KONI Pandeglang maupun National Paralympic Committee (NPC) selaku lembaga yang menaungi masyarakat olahraga disabilitas.

    “Pertama soal seragam atlet. Awalnya mereka (para atlet disabilitas) hanya mendapatkan seragam bekas Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) di Tangerang. Setelah pihak yang mengurusi seragam protes, akhirnya seragam itu diambil kembali oleh Dispora. Tapi ternyata tulisan POPDA cuma ditimpa saja,” ujarnya.

    Selain itu, ia menuturkan bahwa para atlet yang bertarung di Tangerang, tidak mendapatkan uang saku. Pasalnya, pihak Pemkab Pandeglang hanya menyiapkan seragam, yang juga bekas pelaksanaan POPDA, serta angkutan transportasi.

    “Jadi pihak Pemkab mengatakan kalau mereka hanya menyiapkan seragam dan kendaraan untuk pergi dan pulang saja. Uang saku tidak. Padahal atlet-atlet ini juga membawa nama baik Pandeglang. Atlet dari daerah lain pun mendapat uang saku, apa bedanya dengan atlet asal Pandeglang ini,” katanya.(DZH)

  • Lebak Juara 2 PEPARPEDA Banten 2024

    Lebak Juara 2 PEPARPEDA Banten 2024

    LEBAK, BANPOS – Kabupaten Lebak berhasil meraih peringkat ke dua dalam Pekan Paralympic Pelajar Daerah (PEPARPEDA) 2024 se Provinsi Banten.

    Kabupaten Lebak berada dibawah sang tuan rumah, Kota Tangerang. Para atlet dari Lebak berhasil meraih 22 medali dengan rincian 14 emas, 7 perak dan satu perunggu.

    Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lebak, Lingga Segara, membenarkan hal tersebut.

    “Iya benar, atlet Lebak berhasil juara umum ke dua,” kata Lingga kepada BANPOS, Jumat (5/7).

    “Tentu ucapan terimakasih kepada para atlet, official pendamping dan semua yang terlibat atas perjuangannya dan tetap semangat. Semoga tahun-tahun berikutnya lebih baik lagi dan bisa merebut kembali juara umum,” jelasnya.

    Ia menjelaskan, untuk mengapresiasi keberhasilan para atlet dalam menorehkan prestasinya akan diberikan bonus uang pembinaan.

    “Seperti sebelumnya pasti ada. Nanti disesuaikan dengan klasifikasinya ada yang perorangan ada yang regu,” tandasnya.

    Sementara itu, Plt. Kabid Olahraga, Ahmad Faozi, prestasi dari para atlet dalam PEPARPEDA tahun ini berhasil melampaui prestasi sebelumnya.

    “Iya tahun kemarin 12 emas, tahun ini ditarget 12 emas juga tapi alhamdulillah bisa melampaui target,” singkatnya. (MYU/DZH)

  • Baju Dikareti hingga Kurang Minum, Nelangsanya Atlet Disabilitas Pandeglang

    Baju Dikareti hingga Kurang Minum, Nelangsanya Atlet Disabilitas Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Kisah menyedihkan kembali datang dari kontingen atlet Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) asal Kabupaten Pandeglang, yang bertanding di Kota Tangerang.

    Bukan, bukan karena mereka yang ‘hanya’ mendapat empat medali, masing-masing dua perak dan dua perunggu, sehingga menempatkan mereka pada posisi paling buncit perolehan medali. Namun bagaimana mereka luntang-lantung saat memperjuangkan tanah kelahirannya.

    Salah seorang sumber BANPOS yang mengetahui kondisi kontingen asal Pandeglang mengatakan, kontingen dari Kota Badak itu sangat memprihatinkan. Mereka menurutnya, menjadi kontingen yang paling bergantung pada panitia.

    “Karena berdasarkan obrolan saya dengan mereka, mereka memang tidak ada dana lebih untuk sekadar jajan. Makan dan minum saja, benar-benar hanya dapat dari panitia,” ujarnya kepada BANPOS, Jumat (5/7).

    Selain itu, dari sisi persiapan pun mereka disebut tidak matang. Pasalnya, perlengkapan yang dibawa, sangat tidak mumpuni. Seperti kostum dan sepatu olahraga.

    “Kalau tidak salah pada saat lomba lari sprint, harusnya kan menggunakan kaus tanpa lengan. Ternyata mereka tidak ada, jadi mereka mengareti kaus oblong yang mereka bawa, supaya terlihat seperti kaus tanpa lengan,” ucapnya.

    Namun, sumber BANPOS itu menuturkan bahwa kegigihan para atlet asal Pandeglang itu patut diacungi jempol. Meskipun dengan bekal dan persiapan yang sangat tidak layak, namun mereka masih bisa bersaing dengan hebat melawan atlet-atlet daerah lain yang persiapannya serta bekal yang mumpuni.

    “Salut untuk teman-teman semua, terkhusus teman-teman asal Pandeglang yang tetap gigih berjuang,” tandasnya. (DZH)

  • Atlet Disabilitas Pandeglang Diabaikan, Koreda Banten: Kadindikpora Jangan Sibuk Genit Politik

    Atlet Disabilitas Pandeglang Diabaikan, Koreda Banten: Kadindikpora Jangan Sibuk Genit Politik

    PANDEGLANG, BANPOS – Kabar para atlet disabilitas asal Pandeglang yang merasa diabaikan padahal tengah bertarung di Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) Banten di Tangerang, disayangkan oleh pegiat disabilitas.

    Pasalnya, Peparpeda merupakan ajang yang menjadi pembuktian bahwa penyandang disabilitas, juga mampu bersaing sebagaimana masyarakat pada umumnya. Namun, potensi itu disebut malah diabaikan.

    Ketua Komunitas Area Disabilitas (Koreda) Banten, Adzka Azzamulhaq, mengatakan bahwa pihaknya menyayangkan sikap Pemkab Pandeglang, terutama Dindikpora selaku leading sektor pembinaan atlet disabilitas, mengabaikan hak-hak dari penyandang disabilitas.

    “Sungguh ironi ketika teman-teman disabilitas yang memiliki potensi di bidang olahraga, dan mengabdikan diri untuk mengharumkan nama daerahnya, malah diabaikan begitu saja,” ujarnya, Kamis (4/7).

    Menurutnya, para pejabat Dindikpora Pandeglang seharusnya malu, ketika para pelajar disabilitas tetap mau dijadikan kontingen Peparpeda Pandeglang, padahal hanya diberikan bekal yang menurutnya, sangat tidak layak.

    “Bayangkan jika teman-teman disabilitas merasa bahwa mereka tidak dianggap sebagaimana mestinya, lalu mereka menolak untuk menjadi kontingen Pandeglang, maka Pandeglang tidak akan mengirim kontingen sama sekali. Tapi lihat, mereka tetap berangkat meski dengan jaket tambal sulam bekas POPDA dan tanpa bekal sepeser pun,” tegasnya.

    Ia mengaku, sejak mendapat berita mengenai atlet disabilitas Pandeglang yang merasa diabaikan, dirinya langsung mencari info mengenai anggaran untuk atlet disabilitas pada Dindikpora. Ia pun mendesak Dindikpora untuk secara terbuka, memberitahukan kepada publik kebenaran terkait tidak dianggarkannya kegiatan tersebut.

    “Saya bertanya ke sejumlah pihak, dan ternyata informasi yang saya dapat, tidak ada anggaran untuk itu. Bahkan untuk mereka yang mendapat medali, informasinya juga tidak ada. Miris sekali bagaimana teman-teman disabilitas didiskriminasi di Pandeglang. Silakan Dindikpora buka datanya kepada publik, biar publik tahu bagaimana teman-teman disabilitas begitu tidak dianggap oleh pemerintah,” katanya.

    Maka dari itu, ia meminta kepada Bupati Pandeglang untuk mengevaluasi Kepala Dindikpora, atas kinerjanya yang sangat tidak memuaskan dan diskriminatif terhadap pelajar dan atlet penyandang disabilitas.

    “Sekiranya ibu Bupati Pandeglang untuk segera mengevaluasi Kadindikpora. Meskipun katanya dia mau mencalonkan diri sebagai Bupati Pandeglang, tugas utamanya jangan diabaikan dong. Jangan sibuk genit berpolitik, lalu lupa kalau dia itu Kepala Dinas. Bagaimana mau mewujudkan Pandeglang yang inklusif,” tandasnya. (DZH)

  • Atlet Disabilitas Kabupaten Serang ‘Diguyur’ Bonus

    Atlet Disabilitas Kabupaten Serang ‘Diguyur’ Bonus

    SERANG, BANPOS – Belasan atlet disabilitas dan pelatih asal Kabupaten Serang mendapatkan bonus setelah berhasil menorehkan prestasi dalam ajang Asian Paragame, Peparvrov IV, Popda dan Peparpeda.

    Cabang Olahraga (Cabor) yang mendapat bonus tersebut yakni renang, panahan, catur dan tenis meja. Cabor tersebut telah menyumbang dua medali emas, satu perak dan 10 perunggu.

    Ketua Umum National Paralympic Committee (NPC) Kabupaten Serang, Teguh, mengatakan bahwa walaupun besaran bonus yang didapatkan tidak sama dengan atlet pada umumnya, pihaknya mengapresiasi Pemkab Serang.

    “Meskipun mungkin kedepannya mudah-mudahan kita bisa sama rata seperti atlet pada umumnya,” ujarnya, Senin (20/11).

    Teguh menuturkan, dalam ajang perlombaan yang akan datang pihaknya akan terus berupaya berlatih lebih keras, sehingga dapat mengharumkan nama Kabupaten Serang.

    “Harapan ke depannya, insyaallah kami akan terus latih sumber daya manusia kami sesuai cabor, agar terus bisa mengharumkan nama baik Kabupaten Serang,” harapnya.

    Di tempat yang sama, Dewan Pertimbangan NPC Kabupaten Serang, Nur Ahdi Asmara, berharap bahwa NPC Kabupaten Serang bisa masuk di dalam Peraturan Bupati (Perbup).

    Menurutnya, NPC Kabupaten Serang ini merupakan organisasi olahraga berprestasi yang bisa dipertimbangkan dan bisa setara dengan Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI).

    “Karena secara persyaratan-persyaratan cukup memadai, karena ini mengacu daripada Perda Kabupaten Serang serta Perpres nomor 95 tahun 2017,” tandasnya. (DZH)

  • Teman Disabilitas di Tangerang Raya Ikuti Kegiatan Sosialisasi Pajak

    Teman Disabilitas di Tangerang Raya Ikuti Kegiatan Sosialisasi Pajak

    TANGERANG, BANPOS – Sebanyak 30 teman disabilitas yang berdomisili di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan mengikuti kegiatan Pajak Bersama Teman Disabilitas pada Rabu (15/11).

    Kegiatan yang bekerja sama dengan Yayasan Difabel Mandiri ini dilakukan di aula Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tigaraksa.

    Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen Kanwil DJP Banten, Dwika Yuni, mengungkapkan bahwa Pajak Bersama Teman Disabilitas adalah kegiatan kampanye perpajakan bagi Warga Negara Indonesia Penyandang Disabilitas.

    Ia menjelaskan, kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 2021 dan menjadi agenda rutin Direktorat Jenderal Pajak.

    Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan, dan dibuka oleh Dwika. Saat menyapa teman-teman disabilitas, Dwika menyampaikan bahwa pelayanan di Direktorat Jenderal Pajak tidak ada diskriminasi.

    “Hal ini sama halnya dengan penyuluhan kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk ke teman-teman disabilitas. Semoga dengan mengikuti kegiatan ini, teman-teman disabilitas dapat memahami pentingnya pajak dalam membangun negara,” ujar Dwika.

    Kanwil DJP Banten juga menghadirkan dua orang juru Bahasa isyarat Luluk Kusuma Wardani dan Abdul Azis. Luluk dan Azis membantu tim penyuluh Kanwil DJP Banten, untuk menerjemahkan materi sosialisasi Pemadanan NIK menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), hal-hal mendasar tentang pentingnya pajak, materi tentang hak dan kewajiban perpajakan dengan pemateri fungsional penyuluh pajak ahli pertama Muslih Anwari.

    “Terimakasih teman-teman disabilitas yang sangat antusias dengan materi yang disampaikan dan berperan aktif dalam sesi tanya jawab. Semoga bermanfaat dan teman disabilitas dapat menyebarluaskan peran pajak ke teman-teman disabilitas yang lain,” ujar Muslih.

    Usai sesi tanya jawab dan kuis, kegiatan ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah. (MUF/DZH)

  • Ini Cara dan Syarat Ajukan Permohonan Alat Bantu Disabilitas dan Lansia ke Dinsos Kota Tangerang

    Ini Cara dan Syarat Ajukan Permohonan Alat Bantu Disabilitas dan Lansia ke Dinsos Kota Tangerang

    TANGERANG, BANPOS – Pemerintah Kota Tangerang setiap tahunnya menyediakan sebanyak lebih dari 100 alat bantu, bagi penyandang disabilitas dan lansia. Bantuan tersebut dikhususkan bagi masyarakat Kota Tangerang.

    Kepala Dinas Sosial (Dinsos), Kota Tangerang, Mulyani, mengungkapkan bahwa setiap tahunnya Dinsos memiliki program bantuan alat bantu untuk disabilitas dan lansia. Alat bantu yang disalurkan yakni berupa kursi roda, walker, tongkat kaki empat dan alat bantu dengar.

    “Setiap tahunnya, alat bantu yang disalurkan dari Pemkot Tangerang ialah kursi roda sebanyak 100 penerima, walker 15 penerima, tongkat kaki empat 15 orang dan alat bantu dengar 15 orang,” ungkap Mulyani, Rabu (12/7).

    Ia pun menuturkan, dalam program ini secara persyaratannya ialah pemohon harus melengkapi fotocopy KTP dan KK, foto calon penerima bantuan alat bantu, surat pengantar dari kelurahan ditujukan kepada Kepala Dinas Sosial, dan kirim berkas tersebut ke Bagian Pelayanan Kantor Dinsos Kota Tangerang.

    “Pemohon harus tinggal dan ber-KTP Kota Tangerang, belum pernah menerima bantuan alat bantu, termasuk kelompok keluarga renta atau tidak mampu secara ekonomi, dan pastinya memiliki keterbatasan fisik, gangguan gerak atau kedisabilitasan motorik kaki,” jelas Mulyani.

    Sedangkan untuk alur pelaksanaanya, kata Mulyani, masyarakat atau calon penerima melakukan pengajuan berkas persyaratan yang diminta. Tim Dinsos akan melakukan verifikasi berkas administrasi tersebut.

    Selanjutnya Tim Dinsos akan assesmen atau verifikasi validasi ke lokasi calon penerima untuk menentukan layak tidak layaknya.

    “Selanjutnya, daftar calon penerima akan disahkan baru Pemkot Tangerang akan menyalurkan ke daftar penerima yang telah disahkan tersebut. Semua prosesnya gratis, sekarang kuotanya masih ada, jadi ayo jangan lewatkan dan manfaatkan program ini,” imbau Mulyani. (DZH)

  • Janji Baik Kenalkan Relawan Difabel Inspiratif

    Janji Baik Kenalkan Relawan Difabel Inspiratif

    SERPONG, BANPOS – Sekolah Janji Baik baru-baru ini kembali menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat luas dengan membuktikan bahwa menjadi difabel bukanlah sebuah keterbatasan. Dalam laman Instagramnya, @janjibaik.id memperkenalkan seorang perempuan cantik bernama Fretty Lumbangaol atau yang lebih sering disapa Kak Butet.

    Relawan Janji Baik, Ayuni Shirotul, menyampaikan bahwa Kak Butet ini merupakan salah seorang relawan Janji Baik yang menjadi sorotan, karena semangat dan antusiasmenya sebagai seorang difabel yang telah berhasil menginspirasi banyak orang. Perempuan kelahiran 1994 ini lahir di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara.

    “Kak Butet juga sempat menceritakan beragam pengalamannya sebagai penyintas tuli. Sejak lahir, ia merasakan begitu banyak perbedaan yang diterima sebagai seorang difabel, terlebih ibunya juga merupakan seorang penyintas tuli dan hanya bersekolah hingga tingkat SD,” ujarnya.

    Ayuni menceritakan, saat Kak Butet memasuki usia sekolah pun merasa kesulitan untuk masuk ke sekolah umum dan hanya diarahkan untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Ditambah lagi, kondisi ia yang berada di pelosok daerah membuatnya kesulitan dalam mengakses berbagai informasi pendidikan.

    “Namun keinginannya yang kuat kemudian didukung oleh sanak saudara akhirnya berhasil membuat ia masuk ke sekolah umum. Lingkungan yang berbeda membuat Kak Butet berusaha lebih keras untuk terus belajar, bahkan dari tidak dapat berbicara hingga terlatih dan akhirnya terbiasa berbicara di depan umum,” katanya.

    Dukungan bersekolah dengan lingkungan yang berbeda, Kak Butet merasa dapat lebih beradaptasi dan hal tersebut terus berlangsung hingga ia lulus menjadi Sarjana. Sayangnya, perjuangan Kak Butet tak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah ia juga kembali merasakan sulitnya mencari pekerjaan yang dapat menerima ia sebagai penyintas tuli.

    “Kak Butet tetap berusaha keras dengan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai komunitas seperti Basket Tuli Indonesia, Thisable Community hingga pelatihan vokasi disabilitas. Saat ini, usahanya pun membuahkan hasil. Ia berhasil bekerja sebagai Staff HRGA di Assegaf Hamzah and Partners,” tuturnya.

    Hal itulah yang kemudian membuat Kak Butet bertekad untuk membantu para difabel lainnya, satu misi yang ia ingin wujudkan adalah untuk membuat mereka tetap percaya diri atas apa yang telah Tuhan berikan kepada setiap manusia. Ia juga ingin setiap anak tidak perlu merasakan sulitnya akses dalam memperoleh pendidikan seperti apa yang pernah ia alami.

    Secara lebih serius, melalui Janji Baik ia ingin memperjuangkan hak-hak disabilitas sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 yang berbunyi ‘Mempunyai kesamaan kesempatan sebagai penyelenggara pendidikan di segala jenis, jalur, jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus, serta memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karir tanpa diskriminasi’.

    “Janji Baik sendiri merupakan sebuah sekolah gratis berbasis teknologi yang inklusif membantu setiap anak untuk mendapatkan haknya dalam memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Tak terkecuali juga bagi para difabel,” tandasnya.

    Janji Baik juga menjadi tempat berkesempatan baik bagi setiap relawan yang secara tulus berkontribusi untuk negeri dalam membantu anak-anak yang memiliki keterbatasan ekonomi. Berpusat di Tangerang Selatan, Janji Baik kini sudah mulai mengepakkan sayapnya untuk menjaring anak-anak putus sekolah di berbagai pelosok daerah. Kehadiran Kak Butet di dalam Janji Baik juga menjadi motivasi dan inspirasi bagi setiap anak untuk dapat belajar lebih baik lagi. (MUF)

  • Hima PKh Untirta Galang Donasi Kursi Roda untuk Bocah Cerebral Palsy di Kota Serang

    Hima PKh Untirta Galang Donasi Kursi Roda untuk Bocah Cerebral Palsy di Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Seorang bocah laki-laki berumur 6 tahun di Kota Serang mengidap cerebral palsy. Hal tersebut mengakibatkan dirinya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga membutuhkan kursi roda sebagai alat bantu.

    Ketua Hima PKh Untirta, Karim Maulana, mengatakan bahwa cerebral palsy merupakan kelumpuhan pada otak, yang menyebabkan kegagalan koordinasi pada tubuh. Cerebral palsy masuk ke dalam kategori disabilitas fisik.

    “Adik Rama saat ini berumur 6 tahun. Adik Rama memiliki keterbatasan atau hambatan dalam segi fisik dan motoriknya atau cerebral palsy,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (3/5).

    Karim mengatakan, sebagai anak berumur 6 tahun, Rama memiliki hak untuk dapat menikmati masa kecil layaknya anak berumur 6 tahun pada umumnya. Oleh karena itu, penggunaan kursi roda khusus cerebral palsy sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut.

    “Rama saat ini membutuhkan kursi roda khusus untuk bisa menunjang kegiatan sehari-harinya. Tentunya Rama ingin menikmati kegiatan-kegiatan yang bisa ia dapatkan apabila ditunjang oleh kursi roda tersebut,” terangnya.

    Maka dari itu, Hima PKh Untirta telah berupaya untuk membelikan Rama sebuah kursi roda khusus, dengan melakukan donasi terbuka bagi masyarakat yang ingin beramal dan membantu Rama menikmati masa kecilnya.

    “Kami mengajak seluruh masyarakat agar ikut berdonasi untuk adik kita yang bernama Rama. Kami melakukan open donasi untuk membelikan Rama kursi roda khusus cerebral palsy,” ucapnya.

    Sementara itu, Bendahara Pelaksana donasi terbuka untuk Rama, Zakiya, menuturkan bahwa hingga saat ini pihaknya telah mengumpulkan donasi dari masyarakat sebesar Rp3.307.120.

    “Untuk saat ini kami telah mengumpulkan sebanyak Rp3.307.120. Itu dari pengumpulan donasi secara langsung melalui transfer bank, gopay dan lainnya serta pengumpulan donasi melalui situs KitaBisa,” ujarnya.

    Secara keseluruhan, pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp4.6 juta untuk membeli kursi roda khusus cerebral palsy. Oleh karena itu, ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk turut berdonasi, agar Rama bisa mendapat kursi rodanya.

    “Donasi bisa secara langsung ke rekening BRI 006201102784502 atas nama Karim Maulana, Shopee Pay 08815462535 atau Gopay 083879427874 atas nama Zakiyah Putri Humairoh. Untuk konfirmasi bisa WhatsApp ke 0822-4674-1262,” tandasnya. (DZH/AZM)

  • Ikhsan Adil, Pianis Tuna Netra Lulus Cum Laude di London

    Ikhsan Adil, Pianis Tuna Netra Lulus Cum Laude di London

    SETU, BANPOS – Hebat. Kata itu tepat diberikan kepada Ikhsan Adil Akhmad, seorang pianis tuna netra asal Tangerang Selatan (Tangsel). Pemuda 28 tahun ini lulus predikat cum laude piano pop Rock School London, Inggris.

    Ikhsan menjadi pianis dengan lulusan terbaik RSL Entry Level Award in Popolar Music Performance, Entry Level 3, Debut -Piano di London untuk pertama kalinya. Ikhsan mengikuti ujian secara online dan lulus ujian music.

    Keberhasilan Ikhsan Adil tak terlepas dari seorang guru yang luar biasa sabarnya, dialah Ashri dari Private Music Course yang beralamat di Perumahan Batan Indah Blok O, No 3, Taman Tekno, Setu, Kota Tangsel.

    Ashri sang guru piano menjelaskan, Ikhsan Adil merupakan murid di tempat kursusnya sejak tiga tahun lalu.

    “Adil anak tuna netra yang memiliki bakat yang luar biasa, terbukti Dia merupakan satu satunya siswa tuna netra dari Indonesia yang berhasil lulus ujian piano pop Rock School London. Dengan predikat cum launde,” ungkap Ashri yang memiliki nama lengkap Ashri Intifadah.

    Dengan diraihnya predikat cum launde, Ashri Privat Musik Course ini mendapat apresiasi oleh penguji Rock School London karena berhasil mengajari anak tuna netra seperti anak normal sehingga berhasil lulus cum Laude dalam ujian online di London.

    “Karena covid-19, Ikhsan harus ujian secara online, tidak bisa datang kesana, namun meski secara online, tidak membuat Ikhsan putus asa, namun dia semangat dan Alhasil mendapatkan predikat cum launde untuk piano,”jelasnya.

    Ashri menjelaskan, keterbatasan seseorang tidak membuat orang tersebut lemah, ketika keterbatasan seseorang ini di asah, maka alhasil mereka bisa sukses, seperti halnya Ikhsan, meski tuna netra namun bisa berhasil lulus terbaik.

    “Keterbatasan tidak membuat Ikhsan lemah, dia berhasil seperti anak normal bermain piano,”katanya.

    Di tempat kursusnya Ashri tidak hanya menerima anak-anak kebutuhan khusus saja, namun juga anak-anak normal. Ashri merupakan lulusan piano ABRSM dan Trinitas College London ini berhasil mendidik muridnya lulus ujian ABRSM grade 1, 2 dan 3.(BNN/PBN)