Tag: distan banten

  • Kasus Dugaan Korupsi Jagung ‘Menguap’, Agus M Tauchid : Itu dilimpahkan ke KPKNL 

    Kasus Dugaan Korupsi Jagung ‘Menguap’, Agus M Tauchid : Itu dilimpahkan ke KPKNL 

    SERANG, BANPOS – Meski dugaan perkaranya telah terjadi beberapa tahun lalu. Namun kasus dugaan penyimpangan kegiatan penerapan program produktivitas, produksi dan mutu hasil tanaman pada dinas pertanian (Distan) Provinsi Banten senilai Rp68,7 miliar pada 2018 masih dipertanyakan banyak pihak.

    Pasalnya, dugaan kasus tersebut juga sempat diproses oleh Diretkrimsus Polda Banten namun hingga 2024 ini. Progres Kasusnya tak pernah diungkap oleh para penyidik.

    Pegiat Saung Hijau Indonesia (Sahid) M. Ridho Ali Murtadho berharap adanya keterbukaan sampai mana kasus tersebut bergulir. Selain itu, dia menuturkan, kasus yang sempat ramai diperbincangkan pada beberapa tahun silam itu harus adanya kejelasan. Hal itu agar bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada pemerintah.

    “Harus lebih terbuka sampai mana kasus itu sekarang (dugaan korupsi kasus jagung Distan Banten, red). Ini kan perlu dipublis juga, agar masyarakat tahu dan percaya jika tindakan dugaan itu telah terselesaikan,” ujarnya, Senin (18/3).

    Selain itu, berembus kabar bahwa dari kasus tersebut untuk pengembalian kelebihan bayar, Distan masih ada sekitar Rp2 miliar yang belum beres namun dengan catatan.

    Lanjut, Rido mengungkapkan bahwa sejauh yang dirinya ketahui, kasus tersebut juga belum terdengar kalau adanya penyelesaian. “Informasi terkini tantang perkara itu pun saat ini masih jadi pertanyaaan,” ucapnya.

    Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Petanian (Distan) Provinsi Banten, Agus M Tauchid mengatakan, bahwa untuk kasus penyimpangan Kegiatan penerapan Program Produktivitas, produksi, dan mutu hasil tanaman pangan yang sempat menyeret instansinya, dia mengatakan bahwa perkara itu telah terselesaikan.

    Dirinya juga menegaskan, bahwa untuk perkara itu saat ini saat ini diserahkan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sesuai dengan hasil sidang di Majelis Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR).

    “Oh itu sudah diserahkan ke KPKNL. Itu sudah bagian dari si pihak penyedia. Kan itu jadi tanggung jawabnya penyedia. Sudah diserahkan ke KPKNL sesuai dengan hasil sidang Majelis Jakarta,” ujarnya saat diwawancarai BANPOS usai rapat pengendalian inflasi di Pendopo Gubernur Banten.

    Saat BANPOS tanyakan terkait ganti rugi yang berembus kabar bahwa masih adanya sejumlah uang yang belum terbayarkan. Agus mengelak dan menyampaikan bahwa pihaknya sudah tidak ada tanggungan lagi untuk perkara itu.

    “Ya nggak dong, yang merugikannya kan bukan kita (Distan Banten, red). Tapi pihak penyedia dari sidang majelis itu,” katanya.

    “Jadi itu hasil sidang majelis TPTGR di Jakarta, di Kemenpan. Itu dilimpahkan ke KPKNL. Biar KPKNL yang nanti memproses itu. Karena yang merugikan bukan dinas tapi pihak penyedia,” sambungnya.

    Agus juga menegaskan, terkait pemeriksaan yang sempat dilakukan Aparatur Penegak Hukum (APH), dia mengaku bahwa hal itu sudah terselesaikan. “Itu sudah beres, udah beres,” tandasnya.

    Diketahui, sebelumnya Direktorat Reserse Kriminal khusus (Diretkrimsus) Polda Banten masih terus lakukan penyidikan terkait dugaan penyimpangan Kegiatan penerapan Program Produktivitas, produksi, dan mutu hasil tanaman pangan Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten senilai Rp68,7 milliar lebih.

    “Terkait ‘kasus jagung’ kita lakukan penyidikan yah bukan penyelidikan. Masih kita lakukan pendalaman lagi,” kata Abdul Karim yang saat itu masih berpangkat Kombes dan menjabat Diretkrimsus Polda Banten, Senin (31/12/2018) lalu. (MPD)

  • Banten Darurat Kekeringan dan Krisis Air, Namun Minim Fasilitas

    Banten Darurat Kekeringan dan Krisis Air, Namun Minim Fasilitas

    SERANG, BANPOS – Krisis air bersih akibat kemarau panjang efek El Nino menyebabkan, selama satu bulan kedepan, sejak tanggal 19 September kemarin sampai 19 Oktober, Banten telah ditetapkan darurat kekeringan. Namun disisi lain, diketahui bahwa penyaluran air bersih masih terhambat dengan minimnya fasilitas.

    Secara resmi Dinas Pertanian (Distan) Banten telah menegaskan, untuk masa tanam padi akibat El Nino dilakukan percepatan, guna menghindari gagal panen atau Puso.

    Adapun ketiga kabupaten yang telah menetapkan darurat kekeringan sebelumnya yakni, Tangerang, Lebak, Pandeglang. Dan terparah adalah Kabupaten Lebak. Sehingga Pj Gubernur Banten Al Muktabar, secara resmi mengeluarkan surat keputusan, provinsi yang saat ini dipimpinya masuk kategori kejadian luar biasa (KLB).

    Kepala Pelaksana BPBD Banten Nana Suryana, kemarin menegaskan dampak dari kemarau panjang, sebagian masyarakat mengalami kekurangan air bersih. “Efek El Nino terjadi saat ini hampir merata di semua daerah Banten, terparah kondisinya ada di Kabupaten Lebak,” katanya.

    Langkah-langkah penangan dalam mengatasi air bersih untuk masyarakat lanjut Nana, pihaknya secara intensif melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota.

    “Kerjasama dan komunikasi dengan teman-teman di kabupaten/kota kita terus perkuat,” katanya.

    Tak hanya pemenuhan kebutuhan air bersih kepada masyarakat yang memerlukan, BPBD juga melakukan penanganan kebencanaan lainya seperti kebakaran rumput liar atau ilalang, dan sampah menimbulkan polusi udara.

    “Sudah dua bulan belakangan ini kami terus berupaya memonitoring dan melakukan pemadaman api akibat sampah atau ilalang yang terbakar imbas dari kemarau panjang ini. Ini hampir terjadi.Kita jug berkoordinasi dan bekerjasama dengan. BPBD kabupaten/kota,” ujarnya.

    Peranan masyarakat sekitar juga dikatakan Nana sangat dibutuhkan, dalam penanganan kebencanaan kemarau panjang. “Kami berharap kerjasama dengan warga terus ditingkatkan, sampaikan dan informasi kepada kami, seperti ada kebakaran lahan, atau warga membutuhkan air bersih,’ ujarnya.

    Sebelumnya, Kepala Distan Banten Agus M Tauchid, mengungkapkan berbagai upaya antisipasi El Nino pada sektor pertanian telah dilakukan. Melakukan identifikasi, mapping lokasi terdampak kekeringan, lalu melakukan percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan.

    “Sampai peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam dan peningkatan ketersediaan air dengan membangun/memperbaiki sumur pantek, sumur dalam, embung, dam parit, rehabilitasi jaringan tersier dan pompanisasi,” kata Agus.

    Agus melanjutkan, target gerakan nasional antisipasi El Nino di Provinsi Banten sendiri dengan melaksanakan percepatan tanam di bulan September seluas 10.916 hektare dan bulan Oktober 28.076 hektare dengan total 38.992 hektare yang dilaksanakan di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang.

    Namun, akibat dampak El Nino yang berkepanjangan, mengakibatkan semakin meluasnya potensi gagal panen. Seperti yang saat ini terjadi di Kota Serang.

    Kabid Pertanian dan Penyuluhan, Andriyani mengungkapkan bahwasanya gagal panen yang semakin meluas ini karena dampak El Nino. Dampak El Nino tersebut semakin terasa dengan musim yang semakin panas yang mengakibatkan lahan pertanian pun mengering.

    Dirinya menuturkan, bahwa data yang dilaporkan dari petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT), untuk saat ini di Kota Serang, Puso semakin bertambah.

    “Ini sesuai data dari POPT, untuk Puso saat ini mengalami penambahan di 26 hektare yang sebelumnya 18 hektare. Jadi saat ini Puso telah mengalami penambahan sebanyak 8 hektare,” tuturnya, Minggu, (24/9).

    Dirinya menjelaskan, sejauh ini semua lahan yang mengalami gagal panen ini ada di daerah Kasemen. Selain itu, ia juga mengungkapkan, bahwa gagal panen tersebut salah satu diantaranya karena cuaca yang tidak kunjung membaik.

    “Di Bendung lima hektare dan kasunyatan tiga hektare. Ini karena berubah status dari tadinya berat menjadi puso. Ini akibat keadaan cuaca yang belum membaik dan air tidak tersedia,” jelasnya.

    Namun demikian, dirinya mengungkapkan, bahwa puso yang ada di Kota Serang tidak akan mengancam ketersediaan pangan Kota Serang. Hal tersebut menurutnya karena hanya beberapa persen saja dari lahan yang ada di Kota Serang.

    “Insyaallah ini tidak akan mengganggu ketahanan pangan di Kota Serang. Karena yang terkena puso ini sisa dari lahan sawah yang belum tertanam, karena hampir di periode ini sudah pada panen,” ungkapnya.

    “Yang terkena ini rata- yang sudah diatas 30 hari dari masa tanam. Dari luas lahan sawah Kota Serang sejumlah 8.475 hektar, kalau kita hitung hanya tiga persen saja yang saat ini mengalami puso,” tambahnya.

    “Tapi ini tetap merupakan gangguan, musibah bagi para petani. Penanganan kita sejauh ini dari tim penyuluh dibantu petugas POPT melakukan pengawalan yang lebih intensif. Kita juga berikan arahan terutama bagi lahan yang tidak terairi air agar jangan melakukan aktivitas tanam sampai dengan turunnya hujan,” imbuhnya.

    Selain itu, pihaknya juga mengupayakan untuk melakukan beberapa program untuk mengatasi inflasi karena dampak El Nino.

    “Kemudian pada anggaran perubahan ini, Pak Kadis mengusulkan beberapa program disamping pengendalian inflasi juga untuk pengembalian dampak dari El Nino dan juga membuat beberapa pompa air guna mengatasi hal serupa,” ujarnya.

    ‘Kita juga ajukan lakukan perbaikan pada jalur irigasi agar ketika air ada, aliran air itu lanca,” tandasnya.

    BPBD Kabupaten Lebak mengaku terkendala ketersediaan fasilitas armada. Disebutkan, saat ini di BPBD Lebak yang tersedia hanya tiga unit mobil tangki air bersih.

    “Dengan jumlah Kecamatan 28 Kecamatan yang ada di Lebak,dan armada yang kita miliki cuma 3 unit, tentunya kita sangat terkendala. Idealnya, kita memiliki 12 unit tangki, khususnya di musim kemarau seperti sekarang ini “, ujar Kepala BPBD Lebak, Febby Rizky Pratama.

    Menurutnya, sebagai instansi yang membidangi kedaruratan pihaknya tetap berupaya semaksimal mungkin memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan.

    “Sekarang ini dengan 3 unit armada yang kita miliki, daftar tunggunya saja sudah ada 16 Desa.Sebenarnya kalau kekeringan biasa, dengan 4 tangki kita bisa atasi,” katanya.

    Dengan kondisi kekeringan dampak El Nino seperti sekarang ini, pihaknya telah berupaya meminta bantuan kepada instansi-instansi lain seperti Dinas PUPR Lebak dan Pemprov Banten.

    “Karena memang kondisi saat ini, situasinya kekeringannya cukup mengkhawatirkan, sehingga tangki tangki milik instansi itu semuanya dipake,” terang Febby.

    “Dengan segala keterbatasan yang kami miliki, pelayanan tetap kami maksimalkan.” kata Febby.
    Selain masalah krisis air, kebakaran lahan juga turut terjadi di berbagai wilayah yang ada di Kabupaten Lebak. Salah satunya, terjadi Kebakaran Lahan di Desa Wantisari, Kecamatan Leuwidamar pada Jumat (22/9) sore kemarin.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun BANPOS, kebakaran terjadi sekitar pukul 17.00 WIB dan berhasil dipadamkan oleh warga setempat dibantu oleh jajaran Polsek Leuwidamar sekitar pukul 20.00 WIB.

    Kapolsek Leuwidamar, IPTU Acep Komarudin mengatakan, Kebakaran tersebut terjadi di Lahan milik warga atas nama Saudara Lamri (Alm). Lanjut Acep, adapun penyebab terjadinya kebakaran diduga berasal dari bekas puntung rokok yang dibuang oleh seseorang yang melintas melalui jalan setapak di area Kebun tersebut.

    Dikarenakan angin yang kencang, api merambat dan semakin membesar ke area lahan.
    Dihari yang sama terjadi kebakaran serupa di jam yang hampir sama di lahan perkebunan sawit Kecamatan Cileles. Bahkan, sebelumnya pula terjadi kebakaran lahan di Kecamatan Rangkasbitung. Hal tersebut dibenarkan oleh Kabid Damkar Satpolpp Kabupaten Lebak, Iwan Darmawan saat dikonfirmasi BANPOS.
    “Iya benar, saat ini sedang direkap dulu,” singkat Iwan.

    Di hari berikutnya, Sabtu (23/9) terjadi kembali kebakaran lahan terbuka di Kecamatan Warunggunung. Salah satu warga, Alpin, mengatakan bahwa kebakaran terjadi lantaran penyebaran api melalui pembakaran sampah. “Iya diduga oleh sampah yang dibakar. Alhamdulillah cepat dipadamkan oleh damkar biar ga merambat ke pemukiman warga,” tandasnya.(CR-01/MYU/RUS/DZH/PBN)

  • 65 Hektar Sawah Alami Puso, 30.160 KG Cadangan Benih Disiapkan Distan Banten

    65 Hektar Sawah Alami Puso, 30.160 KG Cadangan Benih Disiapkan Distan Banten

    SERANG, BANPOS – Dinas Pertanian Banten menyiapkan cadangan benih daerah (CBD) untuk membantu para petanj yang sawahnya terkena banjir dan berpotensi gagal panen atau puso.

    “Penanganan terus dilakukan dengan fokus di pasca bencana. Satunya pasca bencana yang terdampak puso akan diberikan CBD,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid, Senin (14/3).

    Ia menjelaskan, saat ini cadangan benih daerah (CBD) di Provinsi Banten dipersiapkan sekitar 30.160 kilogram, belum termasuk CBD yang dipersiapkan di masing-masing kabupaten/kota.

    Ia mengatakan, jumlah luasan sawah terkena banjir di Banten data yang diperoleh Distan Banten hingga 10 Maret 2022 keseluruhan seluas 691.13 hektare dan luas sawah puso atau gagal panen 65 hektare.

    Sawah yang terkena banjir tersebut berada di Kabupaten Serang seluas 455 hektare yang tersebar didelapan kecamatan yang terdampak banjir.

    “Semua yang puso sebanyak 65 hekter berada di Kabupaten Serang,” kata Agua.

    Kemudian di Kota Serang sawah terkena banjir sebanyak 216.13 hektare tersebarvdi Kecamatan Curug dab Kecamatan Kasemen.

    “Selanjutnya ada juga di Kabupaten Tangerang sawah terdampak banjir sekitar 20 hektare,” kata Agus.

    (RUS/AZM)

  • Covid-19, 150 Petani Penyadap Desa Organik di Banten Terima  Bantuan Sembako

    Covid-19, 150 Petani Penyadap Desa Organik di Banten Terima Bantuan Sembako

    SERANG, BANPOS – Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemprov Banten memberikan bantuan berupa sembako kepada 150 penyadap gula aren yang tergabung dalam kelompok tani desa organik di Provinsi Banten. Bantuan tersebut diberikan sebagai upaya pemerintah meringankan beban masyarakat atas dampak pandemi Covid-19.

    Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Distan) Banten Agus M Tauchid usai penyerahan bantuan dampak Covid-19 secara simbolis di Kantor Distan, KP3B, Curug, Kota Serang pada Senin, (11/5). Penyerahan bantuan dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku dengan menghadirkan perwakilan angggota kelompok sebanyak 25 orang.

    “Bantuan paket sembako ini diberikan Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI dan dilanjutkan dengan distribusi bantuan ke penerima bantuan,”katanya.

    Untuk penerima paket bantuan, lanjut Agus, terdiri dari 200 orang yang meliputi Kelompok tani 150 orang penyadap gula aren, pendamping desa organik 20 orang dan tenaga harian lepas di Dinas Pertanian Provinsi Banten sebanyak 30 orang. Dengan rincian anggota Kelompok Tani, meliputi: Desa Cihara Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak 50 orang,
    Desa Hariang, Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak 50 orang, dan Desa Sukajadi dan desa cibaliung Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang 50 orang .

    “Paket bantuan dampak Covid-19 berupa bahan sembako dengan nilai per paket Rp600.000,-, meliputi mie instan 1 dus, Beras, Gula Pasir, Teh, Kopi, Susu, Sarden, dan lainnya,” terangnya

    Dijelaskan Agus, dengan adanya wabah Covid-19 sekarang ini, sebagian besar petani dan pekebun desa organik mengalami penurunan permintaan serta produksi terhadap gula semut organik karena adanya hambatan pemasaran. Biasanya gula semut aren mampu diekspor dan memenuhi kebutuhan pabrik serta UMKM olahan makanan yang saat ini banyak tidak beroperasi, sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah kepada para petani atau pekebun khususnya penyadap nira gula aren.

    “Maka melalui Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama-sama bersinergi untuk memberikan perhatian kepada petani/pekebun yang terdampak secara langsung akibat dari Covid-19,” pungkasnya.

    “Besok, 12 Mei 2020 diagendakan kunjungan Tim Direktorat Jenderal Perkebunan ke Kelompok Pengolahan Gula Aren Desa Hariang Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak dan Kelompok Tani Kopi Arabika di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak,” sambungnya.

    Agus berharap, dengan adanya bantuan dari pemerintah dapat sedikit meringankan beban masyarakat Banten khususnya yang berprofesi sebagai petani/pekebun. Karena, para petani dan pekebun merupakan salah satu kelompok masyarakat yang terdampak langsung Covid-19 akibat menurunnya permintaan dan penjualan produk pertanian atau perkebunan.

    Sementara itu, Direktur Jendral Perkebunan pada Kementan yang diwakili oleh sekretaris Direktorat Jendral Perkebunan Antarjo Dikin mengungkapkan, bantuan yang berikan kepada petani organik penyadap gula aren diharapkan mampu memberikan dampak positif.

    “Musibah Covid-19 ini sudah mendunia. Amerika kuat, begitu juga dengan Italia saja tak luput dari wabah ini. Bantuan untuk petani ini jangan dilihat besar banyaknya, tapi manfaatnya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita bersama-sama menunjukan kepedulian. Saling tolong menolong,” ungkapnya.

    Sementara itu, Ketua Kelompok Mitra Mandala Hariang dari Lebak, Anwar mengaku berterima kasih dengan bingkisan berupa sembako yanh diberikan oleh pemerintah.

    “Saya ucapkan rasa terima kasih kepada pemerintah pusat dan Pemprov Banten. Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Karena sejak pandemi wabah korona, pendapatan kami turun draatis,” ungkap Anwar seraya mengatakan ada 50 petani di kelompoknya yang mendapatkan bantuan sembako.

    Senada diungkapkan Ketua Kelompok KUB Mandiri Cihara, Lebak, Ahmad Sujana. Menurutnya, penjualan aren sejak korona muncul lambat laun terus menurun. “Dan sekarang kita menjual arennya sepi sekali. Ada penurunan sampai 70 persen. Mudah-mudahan kedepan korona ini segera selesai, sehingga aktifitas ekonomi semuanya menjadi pulih,” harap Ahmad Sunjana seraya mengatakan berterima kasih kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi Banten.(RUS)