PALESTINA, BANPOS – Protes terhadap ketidakadilan Frankfurt Book Fair (Frankfurter Buchmesse) 2023 pada Palestina, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) batal hadir dan berpartisipasi.
Hal ini disampaikan, Ketua Umum IKAPI, Arys Hilman Nugraha. “Sebagai organisasi, IKAPI membatalkan keikutsertaan dalam kegiatan Frankfurt Book Fair 2023, urung hadir pada acara pembukaan, serta meniadakan sejumlah acara,” tegas Arys, melalui pernyataan resmi yang diterima redaksi.
Sebelumnya, IKAPI diagendakan hadir, sebagai bagian dari kegiatan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, untuk mempromosikan budaya nasional Indonesia ke khasanah budaya dunia, melalui buku, sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 3 Tahun 2017 Republik Indonesia tentang Sistem Perbukuan.
IKAPI, sebagai bagian bangsa Indonesia, jelas mantan wartawan ini, berada di sisi Palestina, dalam memperjuangkan kedaulatan. IKAPI, menurutnya juga menolak sikap Frankfurt Book Fair, yang mendukung dan memberikan panggung lebih luas kepada Israel, pada pameran tahun ini, namun menafikan hak-hak kemerdekaan rakyat Palestina.
“IKAPI juga mengecam pembatalan pemberian penghargaan kepada Adania Shibli, penulis Palestina, yang menggambarkan kekejaman Israel lewat novelnya berjudul Minor Detail.
Pameran Buku Frankfurt ke-75, berlangsung pada 18-22 Oktober 2023. Keputusan penyelenggara Frankfurt Book Fair untuk hanya memihak dan memberi panggung bagi Israel, cetusnya, telah merusak cita-cita dialog dan upaya membangun saling pengertian.
Memihak Israel, sambil melupakan derita rakyat Palestina, kata Arys, ibarat membaca hanya sebuah buku, namun sudah merasa paham seluruh isi dunia. “Dan, memperluas panggung-panggung Israel di Frankfurt Book Fair, sambil membatalkan penghargaan bagi penulis Palestina, seakan mencerminkan perluasan permukiman ilegal Israel di tanah Palestina,” ujarnya lagi.
Penulis, penerbit, dan setiap penyelenggara pameran buku, ujar Arys, seharusnya meyakini, bahwa buku memberikan ruang bagi suara-suara yang berbeda dan mencegah dominasi satu pikiran dalam menilai setiap peristiwa.
Buku juga berperan menyuarakan perdamaian dan penghapusan penindasan di muka bumi. Demikian juga pameran buku, semestinya merupakan ajang dialog yang adil dan upaya membangun saling pengertian.
“Palestina adalah negeri terjajah, rakyatnya terusir dari tanah air sendiri, dan hari-hari ini bahkan kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia, seperti akses terhadap air, pangan, dan energi,” ujar CEO PT Pustaka Abdi Bangsa (Republika Penerbit) ini.
Pemerintah dan rakyat Indonesia, lanjutnya, selalu berada pada sisi rakyat Palestina, dalam memperjuangkan kemerdekaan dan meyakini, bahwa konflik berkepanjangan takkan berhenti, sebelum Palestina mendapatkan hak untuk menentukan nasib sendiri.
Arys juga mengingatkan, rakyat Palestina adalah pendukung paling awal kedaulatan Republik Indonesia dan berperan penting dalam diplomasi di Timur Tengah bagi pengakuan kemerdekaan Indonesia pasca-Proklamasi.
Sebaliknya, Indonesia juga termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina, setelah dideklarasikannya Negara Palestina di Aljazair pada 15 November 1988. (*) (RMID)
Berita Ini Telah Tayang Di RMID https://rm.id/baca-berita/internasional/193255/pro-israel-lupa-derita-palestina-protes-frankfurt-book-fair-ikapi-tolak-hadir/2