KETUA DPRD Kota Serang, Budi Rustandi meminta agar pengajuan perencanaan pembuatan kolam renang di Stadion Maulana Yusuf (MY) dihapuskan. Lantaran, lokasi tersebut dinilai lebih optimal dimanfaatkan untuk tempat berjualan para pedagang kaki lima (PKL).
Nantinya, para PKL tersebut akan didorong untuk membayar retribusi yang masuk ke pendapatan asli daerah (PAD) Kota Serang. Dengan begitu, para PKL dapat berjualan secara nyaman dan ada pemasukan ke kas daerah melalui retribusi.
Hal itu diungkapkan oleh Budi, usai dirinya melakukan rapat koordinasi Komisi II di ruang aspirasi DPRD Kota Serang, dan dilanjutkan melakukan peninjauan di Stadion MY, Senin (21/2). Saat itu, pihaknya meminta agar Kepala Disparpora Kota Serang, agar melakukan koordinasi terkait dengan keputusan hari itu, bersama dengan Walikota Serang.
“Jadi planning kita, dia (Disparpora) mau bikin kolam renang di sini, nanti kita akan hilangkan jadi tempat kuliner, akan kita bangun ruang terbuka hijau. Biar perencanaannya nanti ketemu dengan saya, untuk saya kepengennya seperti apa, yang penting bagus, cantik seperti di daerah lain seperti Bandung, Yogya dan lain–lain,” ujarnya.
Budi mengaku, meskipun Disparpora telah menunjukkan gambar siteplan pembangunan Stadion MY saat rapat koordinasi, namun ia merasa tidak puas. Sehingga, usai rapat ditutup, ia dan seluruh peserta rapat koordinasi langsung menuju Stadion MY, untuk mencari win win solution bagi para PKL.
“Walau bagaimanapun, mereka adalah warga Kota Serang yang harus difasilitasi,” ucapnya.
Akan tetapi, Budi menegaskan, para PKL juga harus melihat peruntukan Stadion MY merupakan tempat olahraga. Meskipun demikian, ia menyebut bahwa olahraga juga perlu tempat istirahat.
“Sementara ini para pedagang, sebelum dibangun biar saja mereka di sini (Stadion). Tapi kalau sudah dibangun, mereka harus bongkar (secara pribadi), kita gak usah bongkar, takut ibu-ibu butuh untuk di rumah,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, pelaksanaan pembangunan fasilitas PKL Stadion MY akan dilakukan pada tahun 2023 mendatang. Budi menegaskan, tidak ada kolam renang di Stadion MY, sebab perencanaan dari Disparpora terkait dengan pembangunan kolam renang, belum disahkan.
“Nanti kita akan bagusin ini semuanya tahun 2023, akhir tahun nanti akan dibuat perencanaan yang baik dan bagus, tapi tidak ada lagi yang boleh berjualan kecil-kecil (warung tanpa kios) di sana,” tegasnya.
Budi mengatakan, lahan yang akan dijadikan kolam renang itu nantinya beralih fungsi sebagai tempat kuliner. Menurutnya, sudah kepalang tanggung dari awal bahwa Disparpora telah memfungsikan lahan Pemkot sebagai tempat berjualan para PKL.
“Karena sudah tanggung, kita cari solusi, berarti yang kolam renang dihilangkan,” katanya.
Budi mengatakan, setelah fasilitas berjualan kuliner dibangun dan difasilitasi agar mendorong retribusi yang nantinya masuk ke dalam kas negara, sehingga tidak ada pungli. Hal itu agar para PKL khususnya, tidak menjadi bulan-bulanan, dan diimbau agar membayar retribusi secara langsung kepada petugas, tidak melalui preman.
“Apabila lahan tersebut kita dibangun, kita percantik, jadi mereka (pedagang) tertata rapih, pengunjung juga enak, nyaman. PAD nya dapet, tempatnya juga bagus, jadi tidak ada ribut lagi Dispora dan Satpol PP,” tandasnya.
Koordinator Paguyuban Stadion Punya Kreasi, Rian, mengaku siap mengkoordinasikan kepada para PKL yang menempati Stadion MY terkait dengan keputusan rapat hari itu. Sebab, pihaknya merasa cocok berjualan kuliner di Stadion MY, karena menjadi salah satu penunjang untuk masyarakat yang sedang berolahraga.
“Kalau memang nanti pada saat pemerintah mau membangun, kita meringankan pekerjaan pemerintah, tidak akan harus sampai Satpol PP untuk membongkar (lahan) kita, kita bongkar sendiri tempat kita,” katanya. (ADV)