Tag: Ekspor Industri

  • Briket Batok Kelapa Diekspor ke Arab Saudi

    Briket Batok Kelapa Diekspor ke Arab Saudi

    SERANG, BANPOS – Produk Industri Kecil Menengah (IKM) PT Harapan Agri asal Banten
    dengan  produksi briket arang batok kelapa telah melakukan ekspor hingga ke Arab Saudi.

    Pj Gubernur Banten Al Muktabar melepas ekspor perdana briket arang batok kelapa tujuan Arab Saudi produksi PT Harapan Agri, Rabu (25/10) mengungkapkan, capaian yang dilakukan oleh IKM nantinya akan merambah ke Eropa.

    “Dengan pembinaan yang baik, produk ekspor briket ini akan terus ditingkatkan selain produk-produk lainnya. Apalagi, pasar dari briket ini banyak tersedia dari mulai negera- negara di Eropa dan Timur Tengah,” katanya.

    “Ini tentu akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Banten,” tambah Al Muktabar.

    Pemerintah, lanjut Al Muktabar,  sangat mendukung dan terus mendorong UMKM lainnya untuk memperluas pangsa pasar sampai mancanegara.    

    “Kita mempunyai posisi yang secara kewilayahan memungkinkan. Karena kita terakses jalan tol, pelabuhan, dan faktor penghubung skema dagang lainnya yang sudah tersedia dengan baik. Tinggal dimanfaatkan saja,” ujarnya.

    Dikatakan, limbah batok kelapa ini kalau tidak terolah dengan baik akan menjadi pengganggu lingkungan yakni sampah. Untuk itu, dengan adanya hilirisasi ini banyak hal yang terselesaikan.

    “Mempunyai nilai tambah ekonomi dan di hulunya petani juga nanti bisa menjual tempurung kelapa ini ke penampung. Jadi tidak ada yang terbuang,” ucap Al Muktabar.

    Kepala Disperindag Banten Babar Suharso menambahkan, IKM PT Harapan Agri ini merupakan salah satu dari 30 IKM yang dilakukan pembinaan dari tahun 2021-2022 yang berasal dari Kecamatan Walantaka, Kota Serang.

    “Awalnya mereka hanya menjual di dalam negeri. Kemudian kita berikan pelatihan ekspor. Alhamdulillah sekarang ini ekspor perdana secara mandiri,” kata Babar.

    Selain IKM PT Harapan Agri, dalam waktu dekat juga akan dilakukan ekspor komoditi lainnya seperti coklat, kain tenun Baduy, talas benang yang kesemua itu merupakan binaan
    Pemprov Banten.

    Sampai bulan Oktober 2023 ini, capaian ekspor kita sudah mencapai hampir Rp10 miliar lebih. Itu semuanya berasal dari 30 IKM binaan kita.

    “Ini terus kita dorong, agar IKM dan UMKM di Provinsi Banten bisa naik kelas. Agar tidak
    hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang bisa melakukan ekspor,” katanya.(RUS/AZM)

  • Ekspor Industri Manufaktur Menurun

    Ekspor Industri Manufaktur Menurun

    JAKARTA,BANPOS – Harga komoditas ekspor unggulan yang menurun merupakan penyebab pertumbuhan negatif ekspor industri pengolahan nonmigas pada Juni 2023.

    Ekspor industri pengolahan nonmigas pada Juni 2023 adalah sebesar 15,25 miliar dolar AS, turun 2,24 persen dibandingkan Mei 2023. Namun demikian, secara volume, ekspor pada Juni 2023 meningkat sebesar 13,94 persen (month to month) menjadi 11,51 juta ton.

    Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada Juni 2023 turun 5,08 persen dibanding Mei 2023, menjadi sebesar 20,61 miliar dolar AS. Penurunan ekspor, baik di sektor migas dan nonmigas, disebabkan oleh penurunan harga komoditas ekspor unggulan.

    Ekspor industri manufaktur pada Juni 2023 mencapai 15,25 miliar dolar AS, berkontribusi sebesar 74,01 persen terhadap total ekspor nasional. Ekspor industri pengolahan nonmigas pada Juni 2023 masih didominasi oleh industri makanan sebesar 3,81 miliar dolar AS, industri logam dasar sebesar 3,23 miliar dolar AS, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 1,26 miliar dolar AS, industri kendaraan bermotor, trailer, dan semitrailer 770 juta dolar AS, dan industri komputer, barang elektronik, dan optik 745,8 juta dolar AS.

    “Sedangkan komoditas industri pengolahan nonmigas yang mengalami penurunan ekspor terbesar di Juni 2023 (mtm) antara lain industri logam dasar, industri alat angkutan lainnya, industri kertas dan barang dari kertas, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, industri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri komputer, barang elektronik, dan optik,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (20/7).

    Menurut Febri, penurunan ekspor Indonesia mendapat pengaruh dari kondisi perekonomian dunia, termasuk negara China yang melambat pertumbuhan ekonominya. Kondisi ekonomi di negara-negara tujuan ekspor dapat menyebabkan berkurangnya permintaan akan produk-produk dari Indonesia.

    Sementara itu, nilai impor industri pengolahan nonmigas pada Juni 2023 juga menurun sebesar 17,26 persen (mtm), menjadi 13,66 miliar dolar AS. “Menurut BPS, penurunan terbesar impor terjadi pada kelompok bahan baku/penolong sebagai penopang aktivitas produksi di dalam negeri,” ujarnya.

    Penurunan impor terbesar pada industri manufaktur ditunjukkan oleh subsektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, kemudian industri mesin dan perlengkapan YTDL, industri logam dasar, dan industri komputer, barang elektronik, dan optik. Lebih lanjut, penurunan terbesar impor komoditas industri pengolahan nonmigas terjadi pada bahan bakar mineral, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.

    Febri menjelaskan, menurunnya kinerja ekspor dan impor tentu akan berpengaruh pada kondisi sektor industri manufaktur Indonesia. Namun demikian, Ia masih optimistis dengan kondisi pasar di dalam negeri. “Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik karena didukung oleh permintaan domestik, begitu juga dengan investasi yang kuat,” katanya.

    Mengantisipasi dampak negatif penurunan ekspor dan impor terhadap kinerja sektor industri manufaktur, Kemenperin terus memantau dinamika ekonomi global. “Dinamika ekonomi global tentu berpengaruh terhadap sektor industri pengolahan nonmigas dari Indonesia. Kondisi ini terus kami pantau, terutama yang sangat berdampak bagi sektor industri, untuk dapat mengambil langkah-langkah strategis dalam mendukung sektor industri,” pungkasnya. (RMID)