Tag: hama wereng

  • Wereng Bikin Gagal Panen, Petani di Lebak Selatan Gigit Jari

    Wereng Bikin Gagal Panen, Petani di Lebak Selatan Gigit Jari

    BAKSEL, BANPOS – Petani di wilayah Lebak Selatan (Baksel) pada tahun 2023 ini banyak menggigit jari. Pasalnya, panen yang diharapkan dapat memberikan keuntungan untuk menyambung hidup sehari-hari, justru dihadapkan pada permasalahan hama wereng yang bikin mereka gagal panen.

    Salah seorang petani di Kecamatan Wanasalam, sebut saja Sengkon, menggerutu. Alih-alih mendapat secercah keuntungan dari hasil tani, justru saat ini ia terseok-seok menanggung utang modal produksi.

    “Setelah panen gigit jari kita msh kang. Gampang untung mah, utang bekas modal aja nggak kebayar,” tuturnya, Selasa (4/7).

    Menurut dia, sebelumnya pada bulan lalu pun ratusan hektare sawah di wilayah Kecamatan Wanasalam dan sebagian Malingping, dilaporkan diserang hama wereng hingga memicu gagal panen.

    “Terjadi gagal panen tahun ini di beberapa wilayah Kecamatan Wanasalam, seperti di Desa Cikeusik, Cipeucang, Bejod, Cisarap, Parung sari, Sukatani. Ratusan hektare padi diserang hama wereng, petani mengeluh karena gagal panen,” terangnya.

    Menurutnya, salah satu faktor kejadian tersebut karena banyak petani yang belum paham cara menanggulangi jenis hama. Ia mengklaim ketidakpahaman para petani, disebabkan oleh minimnya penyuluhan dari pihak terkait.

    “Salah satu penyebab ialah kurangnya penyuluhan dari pihak terkait hingga masyarakat belum paham cara penanggulangan jenis hama. Hingga penggunaan pestisida tidak tepat sasaran,” katanya.

    Diketahui, akibat serangan hama wereng, pendapatan rata-rata saat ini berkisar 2 ton per hektare, bahkan banyak yang gagal total, “Akibatnya, petani padi berpotensi beli beras,” ungkapnya.

    Sementara di area persawahan Malingping, sebagian lahan memang mengalami gagal panen juga. “Iya banyak padi yang pas dipanen hapa, tak berisi, ini jelas merugikan kami sebagai petani,” ungkap Rijal, petani penggarap lahan di persawahan Malingping.

    Terpisah, Koordinator Penyuluh (Korluh) Kecamatan Wanasalam, Atep, mengaku sudah mengecek pesawahan di area Wanasalam bersama pihak terkait. Hasil akumulasi gagal panen menurutnya hanya mencapai 50 hektare.

    “Saya cek ke lokasi, POPT cek ke lokasi, PPL cek ke lokasi. Tidak sampai ratusan hektare, akumulasi hanya 40-50 hektare. Memang di tiap blok sawah ada yang kena wereng batang cokelat (WBC),” tuturnya.

    Dalam hal ini, Korluh menyarankan, sejak dua bulan pasca tanam, para petani sebaiknya mendaftar Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) guna mengantisipasi kerugian gagal panen.

    “Sebenarnya antisipasi awal yaitu bisa mendaftar kan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) dengan daftar Rp36 ribu per ha atau Rp3 ribu per kotak. Ketika ada gagal panen, 70 persen ada penggantian dari Jasindo Rp6 juta per ha atau Rp500 ribu per kotak,” paparnya.

    Saat disinggung terkait keluhan petani yang menyampaikan salah satu faktor gagal penen yaitu kurangnya penyuluhan dari pihak terkait, Atep menganggap para petani sudah paham.

    “Petani Wanasalam udah pintar semua, belajarnya dari petani Cikeusik Kecamatan, terus tahu dari mulut ke mulut. Tapi ada petani yang tidak mampu membelinya (pestisida-Red), jadi permasalahannya sudah ketahuan,” jelasnya.

    Pada bagian saat ditanya terkait peran Mantri Tani Desa (MTD), Atep menyebut penyuluh ranahnya hanya dengan PPL. Sedangkan MTD kaitannya dengan desa masing-masing. “Korluh mah hanya membawa PPL, untuk MTD mah ada di desa. Kalau MTD-nya rajin, mau ke lapangan dan BPP, kalau yang malas mah ya di kantor desa aja,” paparnya. (WDO/DZH)