Tag: Kasus Stunting

  • DKBP3A Kabupaten Serang Cari Akar Penyebab Prevalensi Stunting

    DKBP3A Kabupaten Serang Cari Akar Penyebab Prevalensi Stunting

    SERANG, BANPOS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang melalui Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Serang.

    Saat ini, upaya yang tengah dilakukan yakni dengan mencari permasalahan prevalensi atau jumlah keseluruhan kasus stunting pada 10 desa lokus.

    Plt. Kepala DKBP3A Kabupaten Serang, Agus Sukmayadi di sela Diseminasi Audit Kasus Stunting tingkat Kabupaten Serang Tahun 2023. Menerangkan, diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.

    ”(Diseminasi) untuk mencari akar penyebab dari permasalahan prevalensi stunting yang ada di 10 desa lokus yang dilakukan, baik dari sisi kesehatan maupun sosial. Sehingga, audit kita dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di keluarga yang mempunyai pencegahan stunting,” terangnya.

    Dirinya juga menjelaskan, bahwa diseminasi dengan mencari penyebab dari akar permasalahan terhadap keluarga. Kemudian pelayanan keluarga terhadap lokus stunting 2023 sehingga diperoleh tindak lanjut.

    ”Karena masalah stunting ini kan tidak hanya masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang melibatkan keluarga tersebut mempunyai anak yang mengalami stunting,” jelasnya.

    Sementara Kepala Bidang (Kabid) KB pada DKBP3A Kabupaten Serang, Entin Hartini mengatakan, dengan digelarnya diseminasi dengan tujuan awal agar cara penanganan kasus stunting bertambah dan teratasi secara merata. Upaya itu terbukti pada Tahun 2022 kasus stunting dari 10 lokus terdapat 177 anak alami stunting.

    ”Tapi alhamdulillah begitu di Februari 2023 tinggal 89 anak lagi. Insya Allah di Tahun 2023 lokus stunting ada 10 kecamatan lagi itu akan kami laporkan kembali,” katanya.

    Sekadar diketahui 10 desa lokus penanganan stiunting Tahun 2023 yang tersebar di 8 kecamatan yakni Desa Petir dan Desa Mekarbaru Kecamatan Petir, Desa Pancanegara Kecamatan Pabuaran, Desa Rancasumur Kecamatan Kopo, Desa Panunggulan dan Desa Bojong Menteng Kecamatan Tunjung Teja, Desa Parakan Kecamatan Jawilan, Desa Mekarsari Kecamatan Carenang, Desa Argawana Kecamatan Puloampel, serta Desa Binuang Kecamatan Binuang.

    Sedangkan untuk desa lokus, penurunan stunting di Kabupaten Serang tahun 2024 meliputi Desa Banjarsari Kecamatan Anyar, Desa Lempuyang Kecamatan Tanara, Desa Sindangsari Kecamatan Pabuaran, Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa, Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran, Desa Ujung tebu Kecamatan Ciomas, Cikande Permai Kecamatan Cikande, Desa Pejaten dan Desa Pelamunan Kecamatan Kramatwatu, dan Desa Panyabrangan Kecamatan Cikeusal. Ia mengaku dalma upaya kedepan akan galakan program Jumanting serta Dashat.

    ”Untuk selanjutnya di Tahun 2023 dan 2024 InsyaAllah kami akan melaksanakan program Jumanting (Jumat tangani Stunting) dan Dashat (Dapur Sehat),” ujarnya. (MG-02/AZM)

  • Diklaim Turun, Ribuan Anak di Kota Cilegon Tercatat Masih Stunting

    Diklaim Turun, Ribuan Anak di Kota Cilegon Tercatat Masih Stunting

    CILEGON, BANPOS – DP3AP2KB Kota Cilegon mengklaim kasus stunting pada semester 1 tahun 2023 mengalami penurunan signifikan. Namun, tetap masih tercatat ribuan anak yang menderita stunting di Kota Baja ini.

    Plt Kepala DP3AP2KB Kota Cilegon, Agus Zulkarnain, mengatakan pada semester 1 tahun 2023, angka status stunting mengalami penurunan signifikan.

    “Audit kasus stunting merupakan salah satu upaya dalam menurunkan angka stunting yang ada serta mencegah munculnya kembali atau kenaikan kasus stunting,” ujarnya.

    Berdasarkan hasil EPP-GBM bulan Februari 2023, hasilnya tercatat ada penurunan angka stunting dari jumlah 1.252 balita turun sebanyak 1.144 balita atau turun sebanyak 108 anak.

    “Penurunan demi penurunan ini merupakan prestasi kerja kolektif kita bersama, dan kami sangat mengapresiasi kerja kita bersama,” kata Agus.

    Agus menyebut, apabila dilihat dari faktor penyebab stunting baik yang langsung ataupun tidak langsung, stunting tidak bisa diatasi hanya oleh DP3AP2KB saja melainkan harus keterpaduan semua elemen.

    “Untuk mencapai tersebut tentunya tentunya tidaklah mudah perlu kerja keras dukungan dan saling bahu membahu dari semua komponen dan elemen bangsa pemerintah maupun swasta,” tuturnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Dalduk dan KB pada DP3AP2KB Kota Cilegon, Wawan Ihwani mengatakan mengucapkan terima kasih kepada seluruh komponen yang bahu membahu menurunkan stunting di Kota Cilegon.

    Wawan mengungkapkan anak yang masih mengalami stunting akan diperhatikan secara khusus untuk tercapai target Walikota Cilegon Helldy Agustian yang menargetkan turun menjadi 9 persen.

    “Diseminasi audit stunting tingkat Kota Cilegon bertujuan untuk mengidentifikasi risiko, mencari penyebab, menganalisis faktor risiko terjadinya stunting serta rencana tindak lanjut penatalaksanaan kasus agar menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan,” tandasnya.(LUK/PBN)

  • Penanganan Stunting, TP PKK Provinsi Banten Berikan Perhatian Khusus pada Kabupaten Lebak

    Penanganan Stunting, TP PKK Provinsi Banten Berikan Perhatian Khusus pada Kabupaten Lebak

    PENJABAT (Pj) Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Banten Tine Al Muktabar mengungkapkan, pihaknya memberikan perhatian khusus dan apresiasi atas inovasi dalam upaya penanganan stunting di Kabupaten Lebak. Kasus stunting di Kabupaten Lebak mencapai 26,2 persen atau 25.602 anak.

    Hal itu diungkap Tine Al Muktabar pada Festival Anak Banten Sehat Cerdas Ceria Bersama TP PKK Provinsi Banten dan TP PKK Kabupaten Lebak di SDN 2 Pasar Keong, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Rabu (21/6/2023).

    “Menjadi PR kita bersama, bahwa kita harus benar-benar bersinergi. Mari kita buktikan kinerja kita untuk mendukung penanganan stunting di Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten,” ungkapnya.

    “Kita punya target, sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo di bawah 14 persen pada Tahun 2024,” tambah Tine.

    Dikatakan, merujuk data yang sudah masuk di TP PKK Provinsi Banten, di Kecamatan Cibadak terdapat 407 kasus anak stunting. Sementara di Desa Pasar Keong mencapai 55 kasus stunting.

    Masih menurut Tine, jika intervensi atau pendampingan penanganan anak stunting dilaksanakan dengan tepat, dalam rentang tiga (3) bulan bisa ada perbaikan.

    “Jika tidak ada perbaikan, akan dilihat pelaksanaan penanganannya apakah sudah tepat atau belum. Kalau sudah tepat namun tidak ada perbaikan bisa diperiksa lebih lanjut melalui rujukan Posyandu untuk diperiksa di Puskesmas atau RSUD, apakah ada penyakit ikutan sehingga menghambat penanganan,” paparnya.

    “Melalui aplikasi e dasawisma, kita bisa memonitor. Pada bulan Juli data sudah terisi serta termonitor kinerja TP PKK serta penanganan stunting. Ini wujud nyata TP PKK dalam menggerakkan para kader dalam mengawal tumbuh kembang anak untuk menjadi SDM unggul dalam menghadapi Indonesia Emas 2045,” tambah Tine.

    Masih menurut Tine, masalah stunting tidak hanya faktor ekonomi tapi juga masalah edukasi. TP PKK Provinsi Banten bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) yang telah mengeluarkan inovasi untuk edukasi keluarga dengan anak stunting melalui diskusi dan permainan. Melalui inovasi ini diharapkan orang tua semakin peduli untuk berbuat maksimal bagi perkembangan anaknya. Demikian pula dengan inovasi senam ibu hamil untuk meningkatkan kebugaran ibu hamil dan janin sehat.

    Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Lebak Rini Ade Nurhikmat mengungkapkan, luasnya wilayah Kabupaten Lebak menjadi salah satu tantangan dalam penanganan stunting. Melalui e dasawisma, penanganan 25.602 anak stunting di Kabupaten Lebak diharapkan semakin maksimal.

    “Masih banyak kendala yang dihadapi, salah satunya pemahaman tentang menu makan sehat dan bergizi,” ungkapnya.

    Sementara, Rohana (45 tahun) kader PKK Desa Pasar Keong, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak mengaku sudah memahami untuk menginput data e dasawisma dalam pendampingan keluarga dengan anak stunting. Dirinya optimis penanganan stunting di desanya bakal maksimal.

    “Setelah mengikuti pelatihan pendampingan input data, mudah untuk buka aplikasi e dasawisma. Mudah untuk input data anak stunting dan hasil pengukurannya,” ungkapnya.

    Acara diikuti oleh 30 orang ibu hamil, 50 ibu bayi bawah dua tahun, serta kader PKK dari 12 Kecamatan di Kabupaten Lebak. Dalam kesempatan itu turut diserahkan bantuan bibit pohon kelor, bantuan benih ikan lele, serta bantuan pemeriksaan dan edukasi untuk ibu hamil. (ADV)

  • Bupati Klaim Kasus Stunting di Kabupaten Serang Menurun

    Bupati Klaim Kasus Stunting di Kabupaten Serang Menurun

    WARINGINKURUNG, BANPOS- Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah menyatakan kasus stunting di Kabupaten Serang terus mengalami tren penurunan, capaian tersebut merupakan hasil kerja keras banyak pihak.

    Hal itu diungkapkan Bupati Ratu Tatu Chasanah saat membuka rembuk Stunting tingkat Kabupaten Serang di Horison Forbis Hotel, Kecamatan Waringinkurung, Senin (13/6/2022).

    Tatu mengatakan, kasus stunting di Banten berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2019 masih 24,11 persen, sedangkan di Kabupaten Serang  39,43 persen.

    “Kami termasuk wilayah yang menjadi prioritas program dari pusat dalam penurunan stunting, karena 2019 kasusnya diatas provinsi,” katanya seperti yang dilansir dari banten.antaranews.com.

    Menurutnya, penurunan kasus stunting di Kabupaten Serang pada 2021 turun sebanyak 12,23 persen dan tahun 2024 ditargetkan turun sebanyak 14 persen.

    “Ini bukan pekerjaan mudah dan menjadi tugas bersama karena persoalan kesehatan berkaitan dengan pola hidup sehat masyarakat,” imbuhnya.

    Ia menjelaskan, Pemkab Serang terus melakukan upaya untuk menurunkan angka stunting dengan melibatkan antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

    “Kita bagi tugas seperti persoalan air bersih ke Perkim, soal pangan  melalui Pertanian dan ketahanan pangan, sedangkan  untuk peningkatan perekonomian PU dengan pembangunan jalannya, dan tugas ini harus dibagi ke masing-masing OPD,” ucapnya.

    Tatu juga menegaskan, kasus stunting bukan penyakit yang harus  diobati namun dicegah. Pasalnya, jika anak sudah terkena maka tidak bisa disembuhkan.

    “Stunting bukan hanya pada fisik, tapi yang sangat bahaya adalah juga pada kecerdasan anak, jadi harus dijaga demi masa depan,” ucapnya.

    Diketahui, berdasarkan  data SSGI pada tahun 2019 kasus stunting di Kabupaten Serang sebanyak 39,43 persen dan tahun 2021 menurun menjadi  27,3 persen.

    “Jika 2021 bisa turun 12 persen, kita optimis 2024 turun sebanyak 14 persen,” ujarnya.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Agus sukmayadi mengatakan, salah satu upayanya yang dilakukan adalah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang akan fokus di sepuluh desa.

    “Tim ini dibentuk untuk melakukan pendampingan pada ibu hamil dan jika ada anak  yang terkena stunting maka akan dibantu penambahan gizinya,” kata Agus.

    TPPS juga bertugas memberikan informasi kepada remaja agar menjaga kebersihan tentang reproduksi dan kepada pasangan calon pengantin diberikan pemahaman agar menjaga kesehatan saat hamil.

    “Kemudian kami berikan Imunisasi secara lengkap kepada balita,” ujarnya. (LUK/ANT/AZM/NET)