Tag: Kejadian Luar Biasa

  • KLB Jadi Masa Liburan

    KLB Jadi Masa Liburan

    KASEMEN, BANPOS – Kendati telah ditetapkan status sebagai kejadian luar biasa (KLB) dan telah ditetapkan masa inkubasi selama 14 hari atau dua minggu, nyatanya pandemi virus Covid-19 masih kurang dianggap serius oleh masyarakat.

    Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tempat wisata seperti Banten Lama, yang masih ramai dikunjungi oleh warga. Bahkan berdasarkan pengakuan salah satu warga, masa inkubasi 14 hari justru digunakan untuk pelesiran ke Malaysia.

    Salah satu pengunjung, Anis, mengaku dirinya datang ke Banten Lama untuk ziarah dan juga refreshing diri bersama keluarga. Meskipun ia tahu bahwa masyarakat diimbau agar tidak mengunjungi tempat ramai untuk mencegah penularan Covid-19.

    “InsyaAllah karena saya niatnya ibadah, semoga dilindungi juga dari virus Korona. Iya tahu kalau disuruh untuk jangan bepergian, namun kesempatannya jarang-jarang,” ujar warga Kecamatan Cipocok Jaya ini, Selasa (17/3).

    Pengunjung lainnya yang berasal dari Kabupaten Lebak, Ririn, mengaku bahwa ia dan keluarga hanya sekadar mengunjungi Banten Lama karena kebetulan sedang datang ke Kota Serang.

    “Kebetulan saya dan keluarga saya tadi habis dari kantor imigrasi. Jadi sekalian saja kami kunjungi Banten Lama, sekalian jalan-jalan,” ucapnya.

    Bahkan, ia mengaku bahwa kedatangannya ke kantor imigrasi untuk membuat paspor guna melakukan pelesiran ke Malaysia. Hal ini untuk mengisi ‘waktu libur’ yang sebenarnya merupakan masa inkubasi.

    “Kami buat paspor untuk jalan-jalan ke Malaysia. Sekarang tinggal nunggu paspornya saja di kantor imigrasi. Enggak takut kok sama Korona,” terangnya sembari tertawa.

    Sementara itu, melihat banyaknya pengunjung di Banten Lama, satuan tugas (Satgas) penanganan virus Korona Provinsi Banten melakukan penyemprotan desinfektan di Banten Lama, terutama masjid dan lokasi ziarah. Selain itu juga Satgas melakukan bersih-bersih di wilayah Banten Lama.

    “Melihat mobilitas pengunjung di Banten Lama ini cukup besar. Oleh karena itu kami berupaya mensterilkan beberapa titik yang diduga menjadi tempat bersentuhan dengan menyemprotkan desinfektan,” ucap anggota Satgas penanganan virus Korona, Yanuar.

    Kepala Dinas Perkim ini mengatakan bahwa pihaknya hingga saat ini tidak berani untuk melarang masyarakat untuk datang ke Banten Lama, khususnya ke tempat ziarah. Sebab, Pemprov Banten mengkhawatirkan timbulnya omongan negatif.

    “Karena kan kalau kita melarang orang untuk ziarah atau datang ke masjid, nanti bahasanya masa orang mau salat dilarang. Makanya kami melakukan tindakan supaya potensi tertularnya semakin minim,” tuturnya.

    Ia mengaku tindakan penyemprotan desinfektan ini akan dilakukan secara rutin dan tidak hanya di Banten Lama saja, melainkan di beberapa sarana publik lainnya.

    “Tempat lainnya juga. Namun ini kan tempat yang paling sering dikunjungi, apalagi Jumat, Sabtu dan Minggu. Makanya ini yang paling kami antisipasi untuk disterilisasi,” tandasnya.

    KLB virus korona juga tak terdampak pada kunjungan wiaata ke Pantai Anyer. Imbauan Gubernur Banten, WH, agar warga berdiam diri di rumah tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk berwisata ke Pantai.

    Berdasarkan pantauan, Selasa (17/3), di Pantai Sambolo I, II, Mambruk dan sejumlah pantai terbuka lainya. Meski bukan hari libur, pantai-pantai tersebut masih saja dikunjungi oleh sejumlah wisatawan baik dari Banten maupun dari luar.

    Salah sorang penjaga pantai Sambolo I, Dayat Kardad (35), mengungkapkan wabah korona secara signifikan tidak mempengaruhi pelancong yang datang ke pantai Sambolo I.

    “Alhamdulillah, meskipun sekarang lagi booming soal korona, pantai Sambolo I masih ada saja wisatawan yang datang baik dari sekitar Anyer maupun dari luar Anyer sendiri,” katanya.

    “Jika dibandingkan dengan kasus tsunami yang terjadi tahun lalu dimana benar-benar sepi pengunjung dan tidak ada wisatawan sama sekali yang datang baik lokal maupun luar, tapi untuk kasus korona saat ini, kita masih kedatangan tamu. Seperti yang mas bisa lihat sendiri (sambil menunjuk pasangan muda mudi yang berasal dari Jakarta dan Tangerang yang sedang asik berenang),” terangnya.

    Senada diutarakan oleh penjual otak-otak, Holil (32). Ia bercerita dirinya, sudah 10 tahun lalu berjualan di sepanjang Pantai Anyer.

    “Semenjak peristiwa tsunami 22 Desember 2018, yang sempat menghebohkan Provinsi Banten, khususnya tempat-tempat wisata di Anyer, dan membuat Anyer menjadi kota mati selama beberapa bulan. Sekarang Anyer sudah kembali ramai seperti dulu, meskipun wabah korona kian menjadi. Akan tetapi, masih ada pengunjung yang datang,” ujarnya.(DZH/RUS/ENK)

  • Dampak Corona, Ekonomi Banten Diprediksi Terpukul

    Dampak Corona, Ekonomi Banten Diprediksi Terpukul

    SERANG, BANPOS – Laju pertumbuhn ekonomi Banten pasca-ditetapkannya status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan masa inkubasi selama dua minggu diperkirakan akan terpukul baik secara mikro maupun makro. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi masyarakat dapat dipastikan lesu selama masa inkubasi ini.

    Pengamat ekonomi, Boyke Pribadi, mengatakan bahwa untuk ekonomi mikro yang dapat dilihat secara kasat mata ialah ketika sekolah mulai diliburkan selama dua minggu, maka para pedagang kecil yang target pasarnya para pelajar akan berhenti kegiatannya.

    “Kalau anak sekolah libur, pedagang kecil gak ada yang beli. Pedagang kecil gak jualan, pasar akan sepi. Nah disitulah ada yang namanya pengereman pertumbuhan ekonomi,” ujarnya kepada BANPOS, Minggu (15/3).

    Untuk ekonomi makro, akan terjadi pengereman pertumbuhan ekonomi tatkala perusahaan dan pabrik yang ada di Banten mulai meliburkan kegiatan produksinya. Dengan diliburkannya perusahaan dan pabrik, maka hasil produksinya pun akan berhenti beredar.

    “Dengan berhentinya perderadan produk, maka perusahaan akan kesulitan mendapatkan keuntungan. Pun sama dengan para karyawan, mereka juga akan berkurang penghasilannya karena libur bekerja,” tuturnya.

    Rentetan hal itu, lanjut Boyke, akan mengakibatkan berkurangnya peredaran uang yang ada di masyarakat. Sehingga dengan demikian, ia mengatakan ekonomi Banten pun akan terpukul akibat kebijakan inkubasi selama dua minggu tersebut.

    Boyke juga menjelaskan, dampak dari kelesuan ekonomi tersebut ialah terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi di Banten. Dengan berkurangnya pertumbuhan ekonomi, maka pengangguran pun akan bertambah. Hal ini berkaca pada kondisi Hongkong pasca-dihantam virus Corona.

    “Hongkong yang ekonominya cukup besar saja terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.74 persen. Bagaimana di Banten? Asumsi saya, jika pertumbuhan ekonomi Banten berkurang 0.5 persen saja, maka akan ada ribuan warga terancam menganggur,” terangnya.

    Terlebih, ia juga mengaku sedikit khawatir karena kondisi ini bertepatan dengan semakin dekatnya bulan Ramadhan, dimana pada bulan tersebut biasanya perputaran ekonomi masyarakat meningkat sangat drastis. Namun melihat dampak virus Corona ini, ia memperkirakan perputaran ekonomi pada bulan Ramadhan tidak seperti tahun sebelumnya.

    “Masyarakat juga tidak bisa jor-joran dalam berbelanja, maka dinamika ekonomi pun diperkirakan akan berkurang. Pasar Lama yang biasanya ramai juga saya kira akan berkrang intensitas belanja dari masyarakatnya,” kata ekonom Untirta ini.

    Mengenai langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah dalam melakukan pemulihan ekonomi, Boyke mengatakan bahwa beberapa intervensi dapat dilakukan. Salah satunya yaitu dengan memberikan insentif kepada penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar diberikan penundaan pembayaran setelah dicabutnya masa inkubasi 14 hari.

    “Selain itu, pemerintah juga harus segera melakukan Goverment Spending. Artinya, pemerintah harus segera menggunakan anggaran pemerintah. Proyek-proyek yang dibiayai APBD harus segera dimulai supaya roda ekonomi berjalan,” ucapnya.

    Dengan demikian, ia memprediksi ekonomi Banten akan kembali bangkit dalam kurun waktu dua bulan kedepan. “Dengan demikian, pada hari raya Idul Fitri nanti kita semua bisa merayakan kemenangan atas kebangkitan ekonomi kita,” tandasnya. (DZH)