Tag: krisis air bersih

  • Kekeringan Bikin Warga Serang Jarang Mandi

    Kekeringan Bikin Warga Serang Jarang Mandi

    SERANG, BANPOS – Wilayah yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih di Kota Serang bertambah luas. Saat ini terdapat sebanyak lima kecamatan dari enam kecamatan yang ada di Kota Serang mengalami krisis air bersih.

    Kepala Pelaksana BPBD Kota Serang Diat Hermawan mengatakan, jumlah wilayah yang terdampak ada lima Kecamatan yaitu, Kasemen, Taktakan, Walantaka, Serang dan Cipocok Jaya.

    “Jumlah Kelurahan yang terdampak ada 12 Kelurahan yaitu, Terumbu, Mesjid Priyayi, Bendung, Sawah Luhur, Margaluyu, Cibendung , Teritih, Kilasah, Sukawana, Banjar Agung , Banjar Sari dan Banten,” katanya, Senin (2/10).

    Sementara itu, ada 35 titik lingkungan yang masuk krisis air. 28 titik di Kecamatan Kasemen, satu titik di Kecamatan Serang, Kecamatan Walantaka satu titik, tiga titik di Kecamatan Taktakan dan dua titik di Kecamatan Cipocok jaya.

    “Rekapitulasi kejadian bencana kekeringan dan krisis air bersih di lingkungan, Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen ada 100 keluarga yang terdampak. Di lingkungan Sukawali, Keluruhan Mesjid Priyayi Kecamatan Kasemen 322 keluarga,” ujarnya.

    Sedangkan di lingkungan Babadan Kelurahan Terumbu Kecamatan Kasemen ada 70 keluarga yang terdampak. Linkungan Bendung Kelurahan Bendung 115 keluarga. Lingkungan Lamaran Kelurahan Bendung ada 200 keluarga.

    Di Linkungan Kecacang Kelurahan Sawah Luhur ada 201 keluarga yang terdampak, Komplek Persada 450 keluarga. Di linkungan Terwana Cilik, Kelurahan Mesjid Priyayi Kecamatan Kasemen 106 keluarga.

    Kemudian di lingkungan Sinaba Kelurahan Kilasah Kecamatan Kasemen ada 112 keluarga. Lingkungan Suci Kelurahan Terumbu ada 200 keluarga.

    “Linkungan Kali Salak, Kelurahan Sukawana  ada 350 keluarga yang terdampak, di lingkungan Kalipangpang Kelurahan Kilasah Kecamatan Kasemen ada 488 keluarga yang terdampak, di Ciwaru Kelurahan. Banjar Agung Kecamatan Cipocok Jaya ada 275 keluarga dan di Kebon Lama Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen ada 258 keluarga,"
    ucapnya.

    Salah satu warga Kebasiran Tanggul, Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang,  Marni (47) mengaku saat ini kesulitan air bersih.

    “Mandi juga jarang, paling sikat gigi, cuci muka. Kalau nggak ada, air galon buat cuci muka. Mandi sehari sekali, kadang-kadang dua hari gak mandi. Mau beli nggak punya uang kan, ya dua hari nggak mandi,” ujarnya.

    Untuk memenuhi kebutuhannya, dirinya bahkan harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan untuk mencuci pakaian pun hanya sekedar membilas.

    “Mandi, nyuci. Kalau mau bagus beli, segerobak Rp20 ribu. Nyuci juga paling dibilas sama yang bagus. Kan dapat beli harus hemat,” ucapnya.

    Dirinya mengaku, di musim kemarau ini dirinya bahkan sampai membuat sumur buatan. Meski demikian air yang keluar pun memiliki rasa yang cenderung asin.

    “Padahal asin ini (airnya). Bekas empang dikasih jaer nila, tapi ada hikmahnya juga tumbuh kangkung. Hampir 2 bulan bikin sumur buatan. Paling semeter, paling dalam1,5 meter,” ujarnya.

    “Kalau banjir, nyuci baju, bersihin beras di kali. Kalinya kering, makanya bapak-bapaknya ngambil air. Bantuan baru sekali, buat mandi, masak,nyuci. Seminggu sekali, dicukup-cukupin aja,” tandasnya. (CR-01/AZM) 

  • Tirta Berkah Salurkan 117 Air Bersih

    Tirta Berkah Salurkan 117 Air Bersih

    PANDEGLANG, BANPOS – Krisis air bersih dampak dari kemarau panjang di Kabupaten Pandeglang terus meluas, dalam mengatasi krisis air bersih selama kemarau tersebut, Perumdam Tirta Berkah Pandeglang telah menurunkan sebanyak 117 mobil tangki air kepada masyarakat.

    Direktur Utama (Dirut) Perumdam Tirta Berkah Pandeglang, Euis Yuningsih mengatakan, bencana kekeringan dan krisis air bersih yang dialami sebagian besar masyarakat Pandeglang, menjadi perhatian pemerintah.

    Oleh karena itu, pihaknya turut serta mengatasi krisis air bersih dengan menurunkan ratusan mobil tangki air untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

    “Sekarang ini sebanyak 117 mobil tangki air, dengan kapasitas sebanyak 468 ribu liter air bersih telah didistribusikan kepada masyarakat terdampak kekeringan,” kata Euis kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, dengan adanya kegiatan pendistribusian air bersih yang saat ini terus dilakukan, pihaknya berharap masyarakat terdampak kekeringan tidak terlalu kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

    “Kita akan terus berupaya membantu masyarakat yang mengalami kesulitan air bersih dampak kemarau ini. Karena ini bagian dari kewajiban kita dalam membantu sesama yang tengah kesulitan,” ungkapnya.

    Sementara itu, Kabid Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Pandeglang, Lilis mengatakan, pihaknya mencatat dari 35 kecamatan di Pandeglang sudah ada sekitar 24 kecamatan yang terdampak kekeringan.

    “Dari 24 kecamatan terdapat 72 desa lebih yang terdampak kekeringan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 17.040 KK,” katanya.(dhe/pbn)

  • Kabupaten Tangerang Krisis Air Bersih

    Kabupaten Tangerang Krisis Air Bersih

    TANGERANG, BANPOS – Sebanyak 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, mengalami krisis air bersih. Jumlah tersebut hampir sebagian dari keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, yakni sebanyak 29 kecamatan.

    Menghadapi kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang
    terus berupaya mengoptimalkan pendistribusian air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan
    kecamatan-kecamatan yang mengalami kekeringan.

    “Sudah ada 11 kecamatan di kabupaten mengalami krisis air bersih. Tapi tidak seluruhnya per-
    kecamatan itu alami kesulitan (air), hanya di beberapa desanya saja. Dan kekeringan itu akibat musim kemarau dampak dari fenomena El Nino,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Tangerang, Ujat Sudrajat, Selasa (12/9).

    Menurutnya, dari kecamatan yang mengalami kesulitan air bersih itu di antaranya Kecamatan Panongan, Curug, Tigaraksa, Jambe, Cikupa, Kresek dan Kronjo serta beberapa kecamatan yang ada di wilayah Utara Kabupaten Tangerang.

    “Memang tidak seluruh kecamatan, tapi dalam satu kecamatan ada beberapa desa dan kelurahan yang terdampak. Karena warga mayoritas menggunakan air tanah,” katanya.

    Ia mengungkapkan, BPBD Kabupaten Tangerang hingga kini terus mengoptimalkan pendistribusian air
    bersih untuk masyarakat yang terdampak kekeringan tersebut. Selain itu, pihaknya juga kini telah
    menyiapkan satu rit (satu kali perjalanan) air bersih untuk pendistribusian sebanyak 30 kubik.
    Dalam sehari, kata dia, timnya bisa sampai lima atau enam rit menyalurkan air bersih kepada warga.

    Karena, bukan hanya kawasan pemukiman, akan tetapi ke tempat ibadah (masjid) dan sekolah untuk
    keperluan mandi cuci kakus (MCK). “Kami (BPBD, Red) dalam penyaluran air bersih berkoordinasi dengan Dinas Perkim (Perumahan dan Pemukiman, Red), PDAM serta PMI. Karena armada mobil tangki BPBD terbatas,” ungkapnya.

    Selain krisis air bersih, selama fenomena El Nino ini pula terjadi banyak peristiwa kebakaran. Tercatat, sebanyak 206 peristiwa atau insiden kebakaran melanda wilayah Kabupaten Tangerang selama periode Agustus-Juli 2023.

    Hal ini disebabkan musim kemarau dampak dari fenomena El Nino yang menelan kerugian mencapai
    miliaran rupiah. “Ada 206 insiden kebakaran periode Agustus-Juli 2023 ini. Di mana saat ini tengah terjadi kekeringan akibat musim kemarau dampak dari fenomena El Nino,” kata Ujat Sudrajat.

    Ia menyebut sekitar 60 persenan yang menjadi objek kebakaran itu adalah lahan kosong, lahan kering, perumahan, dan kawasan industri. Penyebabnya mulai dari proses pembakaran sampah, baik limbah rumah tangga, sampah serta percikan api, sementara kerugian mencapai miliaran rupiah. (DZH/ANT)

  • Terdampak Kekeringan Kabupaten Pandeglang Dapat Bantuan

    Terdampak Kekeringan Kabupaten Pandeglang Dapat Bantuan

    PANDEGLANG, BANPOS – Kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang, mengakibatkan krisis air bersih.

    Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga yang mengalami krisis air bersih, gabungan lembaga sosial memberikan bantuan air bersih di Desa Idaman, Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang.

    Gabungan lembaga sosial yang memberikan bantuan air bersih tersebut diantaranya Amanah Takaful, Amanah Humanity Response (AHR), MA Care, Alfiyah Mubarokah, Permata Akuarium yang bekerjasama dengan BPBD Pandeglang.

    Ketua AHR Pandeglang, Fakih Umar Yasin mengatakan, saat ini pihaknya bersama lembaga sosial lainnya telah menerjunkan satu unit tangki air bersih untuk puluhan warga yang terdampak kekeringan di Desa Idaman, Kecamatan Patia.

    “Kita gabung bersama untuk mendistribusikan 5.000 liter air bersih untuk masyarakat Desa Idaman yang terdampak kekeringan. Karena warga saat ini kesulitan untuk mendapatkan air bersih,” kata Fakih kepada wartawan.

    Menurutnya, penanganan dampak kekeringan ini bukan hanya dilakukan di Desa Idaman saja, akan tetapi ke desa-desa yang lain di beberapa kecamatan di Kabupaten Pandeglang.

    “Kita siapkan 10 unit mobil tangki air untuk penanggulangan krisis air bersih ini. Namun pendistribusiannya dilakukan secara bertahap, karena armadanya terbatas,” terangnya.
    Sementara, Kepala Desa Idaman, Ilman mengaku, bantuan air bersih kepada warganya yang terdampak kekeringan terus mengalir. Karena memang, akibat kemarau panjang ini warganya kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

    “Kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu warga kami yang sedang mengalami krisis air bersih. Karena warga kami saat ini kesulitan air bersih,” katanya.

    Dijelaskannya, dampak kemarau panjang ini sumber mata air milik warga sudah banyak yang mengering, bahkan untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci, warganya terpaksa harus menggunakan air sungai atau sumur resapan yang masih mengeluarkan air.

    “Untuk itu, bantuan air bersih sangat berarti bagi warga kami. Sekali lagi kami sampaikan banyak terimakasih kepada AHR dan lembaga lainnya yang sudah peduli terhadap warga kami,” ungkapnya.

    Terpisah, salah seorang warga terdampak krisis air bersih, Onah mengaku, sangat terbantu dengan adanya bantuan air bersih ini. Karena selama kemarau ini, ia dan warga lainnya menggunakan air Sungai Cimoyan dan sumur resapan untuk memenuhi kebutuhan mencuci, mandi hingga minum.

    “Alhamdulillah bantuan air bersih datang lagi, kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang sudah peduli kepada kami yang saat ini kesulitan mendapatkan air bersih,” ujarnya.(dhe/pbn)

  • Desa Pasirjaksa Pandeglang Alami Krisis Air Bersih

    Desa Pasirjaksa Pandeglang Alami Krisis Air Bersih

    PANDEGLANG, BANPOS – Akibat kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir, warga Kampung Sabi Kumitir, Desa Pasirjaksa, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang mengalami krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga mengandalkan air sungai yang kondisinya saat ini mengalami kekeringan.

    Ketua RT.01 Kampung Sabi Kumitir, Mulyadi mengatakan, akibat kemarau panjang yang terjadi saat ini, warga sangat membutuhkan air bersih. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga hanya mengandalkan air sungai yang saat ini kondisinya juga mengalami kekeringan.

    “Sudah lama kekeringannya sekitar 4 bulan, warga sangat membutuhkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, paling kita ke sungai dan kondisi sungai itu sudah mulai kekeringan juga,” kata Mulyadi kepada wartawan, Senin (4/9).

    Sementara, Kepala Desa Pasirjaksa, Ma’ruf Sudarji mengatakan, kondisi kemarau panjang saat ini warganya menggunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

    “Kemarau panjang sekarang ini, hampir 70 persen warga saya sulit mendapatkan air bersih. Warga banyak yang menggunakan sumur gali, akan tetapi sumur itu juga kering,” katanya.

    Menurutnya, mayoritas penduduk Desa Pasirjaksa kesehariannya adalah sebagai petani. Akibat kemarau panjang, saat ini warga tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari karena kondisi sawahnya mengalami kekeringan.

    “Warga yang mayoritas sebagai petani belum bisa menggarap sawahnya, karena kekeringan. Di areal persawahan itu tidak ada sumber air. Meskipun ada embung, itupun tidak bisa mengairi sawah karena kondisinya juga mengalami kekeringan dan tidak ada airnya,” terangnya.

    Oleh karena itu, dengan kondisi kekeringan saat ini. Pihaknya berharap agar Pemkab Pandeglang maupun Pemprov Banten memberikan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga.

    “Saya harap ada bantuan air bersih dari Pemkab Pandeglang, karena masyarakat sangat membutuhkan air bersih,” ungkapnya.(dhe/PBN)

  • Pemkab Distribusikan Air Bersih ke Pedalaman Panggarangan

    Pemkab Distribusikan Air Bersih ke Pedalaman Panggarangan

    LEBAK, BANPOS – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mendistribusikan pasokan air bersih hingga ke pedalaman di Kecamatan Panggarangan, dengan jarak mencapai 130 kilometer dari Rangkasbitung.

    ”Kami tetap komitmen untuk membantu masyarakat yang dilanda krisis air bersih,” kata Kepala BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizki Pratama, di Lebak, Minggu (27/8).

    Diketahui, Pemkab Lebak telah menetapkan status darurat kekeringan sehingga masyarakat yang
    dilanda krisis air bersih, perlu mendapatkan pendistribusian air bersih. Saat ini, pendistribusian air bersih ke pedalaman di Kecamatan Panggarangan dengan jarak tempuh dari Rangkasbitung sekitar 130
    kilometer. Mereka mendapatkan pasokan air bersih sebanyak 18.000 liter dengan menerjunkan tiga unit
    kendaraan.

    ”Kami hingga sekarang telah mendistribusikan air bersih sebanyak 130.200 liter di 28 kecamatan dengan 23 desa,” ujarnya.

    Menurut dia, pihaknya mengkhawatirkan krisis air bersih itu dapat menimbulkan ancaman ketersediaan
    pangan, karena areal persawahan mengalami kekeringan. Selain itu juga kekeringan itu berpotensi
    menularkan berbagai penyakit yang membahayakan bagi kesehatan manusia.

    Berdasarkan prediksi, kekeringan ekstrem puncak terjadi hingga September 2023, sehingga dipastikan
    kemarau meluas ke sejumlah kecamatan lainnya. Saat ini, kata dia, masyarakat yang dilanda krisis air
    bersih mencakup 18 kecamatan.

    Masyarakat yang dilanda kekeringan terpaksa memanfaatkan air aliran sungai, irigasi dan kolam, yang
    kondisinya tidak layak untuk keperluan mandi cuci dan kakus (MCK), karena sudah keruh dan berwarna.

    ”Jika warga menggunakan air yang tidak layak untuk MCK tentu berpotensi menimbulkan penyakit
    menular dan stunting,”ungkapnya.

    Sementara itu, warga Panggarangan menyambut positif dengan pendistribusian air bersih dari BPBD
    setempat, karena bisa memenuhi untuk keperluan MCK selama tiga hari ke depan. Masyarakat di daerah
    itu kini untuk mendapatkan air bersih harus mengambil air dari sungai, dengan jarak tempuh sekitar 1
    kilometer dari pemukiman.

    ”Kami jika ingin air bersih sungai tentu harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk membayar ojek
    motor,” kata Mulyana, seorang warga Panggarangan Kabupaten Lebak. (DZH/ANT)