Tag: Lebak Selatan

  • Misterius! Hilang di Perairan Pulau Tinjil, Nelayan Lebak ditemukan di Yogyakarta

    Misterius! Hilang di Perairan Pulau Tinjil, Nelayan Lebak ditemukan di Yogyakarta

    LEBAK, BANPOS – Empat orang nelayan asal Kecamatan Wanasalam yang dilaporkan hilang sejak Minggu (10/3) lalu berhasil ditemukan di perairan laut wilayah Yogyakarta. Dari empat orang tersebut, hanya dua yang selamat, sementara dua lainnya masih dalam pencarian.

    Berdasarkan informasi, pada Jumat (8/3) sekitar pukul 15.30 WIB, kejadian itu terjadi. Kapal KM. Mugi Jaya berangkat dari pelabuhan perikanan Binuangeun dengan empat awak kapal, yaitu Arba, Acil, Anggi, dan Masita, yang semuanya berasal dari Kecamatan Wanasalam, ke perairan Pulau Tinjil.

    Keempatnya dijadwalkan kembali ke dermaga Binuangeun pada Minggu, 10 Maret 2024, karena bekal yang mereka bawa hanya cukup untuk dua hari. Namun, pada minggu tersebut, KM Mugi Jaya seharusnya sudah tiba di Binuangeun pada siang hari, namun hingga malam tidak muncul.

    Keluarga para awak kapal kemudian mendatangi MUP Binuangeun untuk melaporkan kejadian tersebut. Tim SAR Basarnas kemudian mendapat laporan dan segera melakukan pencarian laut serta meminta keterangan saksi.

    Hingga akhirnya, dua ABK ditemukan di perairan laut Yogyakarta dalam kondisi selamat, sementara dua lainnya masih dalam pencarian.

    “Kapal tersebut kehabisan bahan bakar di perairan Kulon Progo, Yogyakarta, dan mereka melepas jangkar. Keempat nelayan tersebut berenang ke tepi pantai, di mana dua di antaranya berhasil diselamatkan oleh nelayan setempat, sedangkan dua lainnya masih belum ditemukan,” kata Kepala Seksi Operasi Basarnas Banten, Heru Amir, kepada wartawan, Kamis (14/3).

    Heru menjelaskan bahwa petugas masih meminta keterangan dari ABK yang selamat karena mereka masih dalam kondisi shock dan hanya dapat memberikan informasi bahwa kapal mereka kehabisan bahan bakar dan dilepas jangkar.

    “Kami masih menyelidiki detail kronologis bagaimana keempat ABK ini bisa sampai ke perairan laut Yogyakarta,” ujar Heru saat ditanya mengenai bagaimana keempat ABK dapat sampai ke perairan laut Yogyakarta. (MYU)

  • Warga Baksel Kekeringan

    Warga Baksel Kekeringan

    BAKSEL, BANPOS – Warga Lebak Selatan (Baksel) mulai merasakan imbas dari kekeringan ekstrem yang tengah terjadi, akibat dari fenomena El Nino. Mereka mulai kesulitan untuk mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan harian. Pemkab Lebak pun terus berupaya untuk menyuplai air bersih kepada
    warga, sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi.

    Beberapa ibu rumah tangga di Pasir Huni Panggarangan, seperti Kokom, Cucun dan Unasih, mengaku
    sudah sebulan ini air susah dan sumur pun kering. "Iya ini sudah sebulan air susah. Kalau mau mandi dan
    nyuci harus nyari ke kali Cisiih. Yang lain mah katanya selalu ada bantuan dari tangki, kita mah gak
    pernah ada," ungkap mereka.

    Warga lainnya, Jula, mengaku saat ini pihaknya kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Meskipun ada
    sumur, itu hanya terdapat satu dan mereka pun harus gerak cepat karena harus berebutan dengan
    tetangga.

    "Di sini sumur ada satu, itupun harus rebutan, karena semua orang seperti saya cuma dari sumur
    andalan dapat air. Mungkin yang lain mah enak, ada yang langganan PDAM, ada yang punya jetpam.

    Mau beli air di penjual jirigen gak mampu. Jadi Saya mah paling harus ke sumur aja. Kalau subuh atau
    sore harus siap rebutan air terus," ungkapnya yang merupakan warga Cikeusik, Malingping.

    Senada, Sutiyarsih warga Kecamatan Wanasalam, juga mengaku dalam seminggu ini kesulitan air. "Ya
    paling saya ikut nebeng di sumur bor tetangga. Itu pun harus nunggu. Kalau untuk memasak ya harus
    beli air jirigen, itu beli di mobil bak yang suka keliling,terangnya.

    Informasi kekeringan dari BPBD Lebak menyebut, ada 16 kecamatan yang merupakan wilayah rawan
    mengalami kekeringan dan juga krisis air bersih. Namun delapan di antaranya sudah mendapat
    intervensi dari pemerintah melalui program Pamsimas dan lainnya.

    Ke-16 kecamatan yang mengalami kekeringan, yaitu Kecamatan Maja, Curugbitung, Kalanganyar,
    Cipanas, Bayah, dan Kecamatan Cibadak. Selanjutnya Kecamatan Cimarga, Leuwidamar, Cirinten,
    Banjarsari, Warunggunung, Bojongmanik, Malingping, Wanasalam, Cihara, dan Kecamatan Cilograng.
    Sementara delapan kecamatan yang rawan kekeringan parah yakni kecamatan Cimarga, Warunggunung,
    Sajira, Maja, Cirinten, Curugbitung, Cirinten, Bojongmanik dan Wanasalam.

    BPBD Lebak mengklaim telah menurunkan puluhan tangki air bersih yang dibagikan secara gratis kepada
    warga di berbagai titik rawan Kabupaten Lebak tersebut.

    Kepala Pelaksana Harian BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama, menyebut bahwa untuk kekeringan tahun ini
    diprediksi akan terus berlangsung berdasarkan prediksi Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika
    (BMKG).

    “Kekeringan yang membuat warga kesulitan air bersih diprediksi masih akan bertambah, seiring dengan
    prediksi BMKG hingga Bulan September ini. Kita pun sudah turunkan bantuan puluhan tangki air bersih
    ke setiap titik rawan tersebut. Dan dihimbau kepada masyarakat yang masih memiliki air bersih untuk
    memanfaatkan sebaik mungkin agar tidak terjadi krisis air bersih,” paparnya.

    Terpisah, Pada Selasa (5/9), Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, ikut mendistribusikan bantuan air bersih
    bagi masyarakat Kampung Cipalawad, Desa Cibuah, Kecamatan Warunggunung. Iti pun menyampaikan
    bahwa Pemkab Lebak telah membuka nomor telepon darurat, yang dapat dihubungi oleh masyarakat
    yang mengalami kekeringan air.

    "Silakan nanti pak Kepala Desa atau masyarakat menyampaikan daerah-daerah mana yang perlu
    penanganan kedaruratan terutama penyediaan air bersih, Insyaallah tim tanggap darurat bencana kita
    akan turun mendistribusikan air bersih ke kampung-kampung bapak dan ibu sekalian," ujar Iti.

    Terpisah, Polres Lebak melaksanakan apel gelar pasukan dalam rangka antisipasi dampak fenomena El
    Nino di daerah hukum Polres Lebak. Apel tersebut dihadiri oleh Kapolres Lebak beserta jajaran, Dandim
    0603 Lebak beserta jajaran, dan unsur Forkopimda lainnya.

    Kapolres Lebak, AKBP Suyono mengatakan, Kabupaten Lebak termasuk kabupaten yang rawan dengan
    risiko bencana, salah satunya adalah fenomena El Nino. Menurutnya, fenomena ini menyebabkan
    perubahan pola cuaca di berbagai wilayah indonesia, salah satunya di wilayah Kabupaten Lebak.

    Kita nanti akan identifikasi dan mapping wilayah terdampak kekeringan, kita juga akan memastikan
    ketersediaan dan kestabilan harga bahan pangan oleh satwil serta melakukan pengecekan dan
    penanggulangan Karhutla, pengecekan saluran irigasi, waduk dan juga sumber mata air, untuk
    memastikan agar kebutuhan air tercukupi,” tandasnya. (WDO/MYU/DZH)

  • Gampangnya Usaha PETI di Baksel

    Gampangnya Usaha PETI di Baksel

    BAKSEL, BANPOS – Untuk melakukan usaha Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Lebak Selatan, diklaim sangat mudah. Pasalnya, berbagai alat dan perlengkapan untuk melakukan pengolahan emas, mudah didapatkan oleh para pelaku usaha PETI.

    Berdasarkan informasi dari sumber BANPOS, peredaran bahan kimia untuk pengolahan emas seperti air raksa (kuik) dan sianida (cn), marak diperjualbelikan di Lebak Selatan, khususnya di Kecamatan Cibeber, Bayah, Cilograng dan Panggarangan.

    ‘’Bahan kimia seperti kuik dan sianida itu adalah bahan yang diperuntukan pengurai batu yang berkadar emas. Diduga bahan-bahan itu marak dijual kepada pegiat PETI yang berada di beberapa kecamatan di Baksel,’’ ungkap sumber BANPOS.

    Menurut mereka, maraknya PETI tersebut tak terlepas dari mudahnya mendapatkan bahan kimia untuk pengolahan batu mengandung emas. Dan bahkan, terangnya, para pegiat PETI itu sudah banyak merambah ke kawasan hutan taman nasional gunung halimun-salak (TNGHS).

    ‘’Kalau bahan kimia itu masih banyak beredar, ya selama itu pula PETI pasti marak. Bahkan kegiatan PETI itu makin marak masuk ke kawasan TNGHS. Coba itu penjualan kuik dan cn ilegal diusut, karena itu salah satu pemicu utama adanya PETI,’’ terangnya.

    Hal tersebut, jelasnya, diduga pula tak lepas dari peran oknum aparat yang turut membekingi termasuk tim kordinasi PETI.

    ‘’Data yang kami dapatkan ini hasil observasi dari beberapa titik lokasi-lokasi PETI yang ada di wilayah Baksel. Diduga banyak keterlibatan oknum dari pihak Aparat Penegak Hukum (APH), Pol PP termasuk dinas terkaitnya juga,’’ katanya.

    Pemerhati lingkungan di Lebak, Sutisna Darma Wijaya, mengatakan bahwa keberadaan limbah bahan kimia dari pengolahan emas itu akan menjadi bahan berbahaya dan beracun (B-3). Dampaknya akan terasa pada lingkungan dan kehidupan, seperti yang dibuang pada aliran sungai yang banyak dimanfaatkan warga.

    ‘’Bahan kimia buangan dari olahan emas itu sangat berbahaya dan mengkhawatirkan. Selain berbahaya bagi kelangsungan ekosistem biota pada sungai dan juga bagi kesehatan manusia,’’ ungkapnya.

    Ditambahkan Sutisna, dampak ini lambat laun akan menyerang manusia juga, terutama yang memanfaatkan air kali termasuk warga yang tinggal tak jauh dari tempat pengolahan itu,

    ‘’Apalagi bagi warga yang kerap menggunakan air sungai yang jadi tempat buangan limbah, ini sangat meresahkan dan harus dihentikan. Kita harus melihat ke depan apa yang akan terjadi pada lingkungan yang sudah tercemar bahan berbahaya tersebut,’’ jelasnya.

    Karenanya, Sarjana Sains ini meminta APH dan instansi terkait, agar segera mengantisipasi sumber masalah tersebut secara serius hingga tuntas.

    ‘’Saya minta ada ketegasan dari APH agar segera menghentikan itu secara serius. Karena praktek tambang ilegal dan penggunaan B3 itu sudah marak dan sangat meresahkan, terutama di hampir semua titik area Cibeber dan Bayah. Kita ingin lingkungan dan masa depan generasi tak rusak kesehatannya oleh ulah segelintir orang,’’ tegas Sutisna. (WDO/DZH)

  • Warga Baksel Laporkan Pejabat PPID BPKAD Banten, Minta Kinerjanya Dievaluasi

    Warga Baksel Laporkan Pejabat PPID BPKAD Banten, Minta Kinerjanya Dievaluasi

    SERANG, BANPOS – Sering tak ada di tempat, pemohon informasi publik mendesak Kominfo Provinsi Banten mengevaluasi kinerja Petugas PPID Pembantu di BPKAD Provinsi Banten, terkait integritas kinerja Petugasnya.

    Hal itu dikeluhkan Deden Haditiya, warga Lebak Selatan (Baksel) yang datang berulang kali ke PPID Pembantu di BPKAD Provinsi Banten.

    Deden mengaku, dirinya telah beberapa kali datang dari Baksel ke BPKAD untuk menghadap dan memberikan surat Permohonan informasi Publik ke PPID Pembantu. Namun petugas yang bersangkutan selalu tidak ditemukan di ruang kerjanya.

    “Saya akan laporkan kinerja PPID di OPD ini dan OPD lainnya yang sering tidak masuk kantor atau tidak ada di tempat untuk memberikan layanan administrasi informasi publik kepada masyarakat. Apalagi saya jauh jauh datang dari Malingping, Banten Selatan ke BPKAD di Serang,” ujarnya.

    Tak hanya mendesak Kominfo, Deden mengatakan bahwa dirinya juga akan melaporkan kinerja para petugas PPID Pembantu itu ke Ombudsman hingga Gubernur Banten. Sebab, tugasnya sebagai pelayanan informasi dibiayai oleh APBD, namun kinerjanya tidak ada.

    “Saya juga akan laporkan kinerja ini ke Ombudsman, dan Gubernur Banten. Karena tugas mereka kan dibiayai APBD, jangan sampai anggaran diserap namun kinerjanya nihil,” tandasnya. (MUF)

  • Inovasi Pupuk Pertanian NutriTop, Ternyata Lebih Unggul dari Pupuk Biasa

    Inovasi Pupuk Pertanian NutriTop, Ternyata Lebih Unggul dari Pupuk Biasa

    LEBAK, BANPOS – Inovasi di dunia pertanian selalu terus maju berkembang. Temuan-temuan agriculture science telah banyak melahirkan formula yang bermanfaat dan mempermudah manusia dalam mengelola lahan maupun tanaman. Baru-baru ini CV Bilqis Bergoyang Karena Angin Laut (B2KAL) yang beralamat di Jogjogan, Kecamatan Bayah, bekerjasama dengan PT Mitra Utama Makmur (MUM) sebagai produsen pupuk NutriTop yang memproduksi berbagai jenis pupuk pertanian.

    Seperti Nutroking Plus, Nutritop Map dan Nutritop Sop. Ketiga jenis pupuk tersebut sudah diakui secara resmi dan bisa menghasilkan hasil tanam 2 kali lebih besar dan penggunaan pupuk lebih hemat, Kamis, (10/12).

    Dalam paparan Direktur Pemasaran PT MUM dihadapan puluhan para pengurus Gapoktan se Lebak selatan (Baksel), seperti perwakilan penyuluh pertanian, perwakilan para petani dan pengusaha tani. Disana diterangkan bahwa NutriTop ini pupuk yang fleksibel, mudah menggunakannya seperti halnya pupuk biasa dan tidak menimbulkan dampak terhadap tanah.

    “Perusahaan kami ini sudah memproduksi belasan jenis pupuk. Dan memiliki ijin edar 01.01.2021.819. Namun yang saat ini akan dikenalkan cuma tiga jenis saja, yaitu Nutroking Plus sebagai pengganti pupuk urea, Nutritop Map adalah untuk merangsang bunga dan Nutritop Sop untuk buah,” ujar Gunawan kepada BANPOS usai makan siang, di kafe Bilqis Kamis (10/11).

    Dijelaskan Gunawan, setiap kurun zaman akan ada perubahan,termasuk pengelolaan tentu ada perubahan yang lebih baik. Seperti teknologi, medis maupun pertanian.

    “Kondusi keasaman tanah sekarang ini sangat tinggi, tanah mengeras, kasar salinitas tinggi, bakteri baik berkurang bakteri jahat bertambah, tanaman mudah stres, target serangga, penyerapan nutrisi turun dan organisme berkurang. Nah pupuk NutriTop ini dibuat dengan teknologi Jerman, bisa lebih menstabilkan kondisi tanah. Tanah menjadi gembur, ramah lingkungan, meningkatkan bakteri baik, meningkatkan mikroorganisme, mengurangi stres tanah, penyerapan nutrisi lebih efektif dan memperbaiki unsur hara tanah,” tutur Gunawan.

    Kata dia, jika menggunakan pupuk biasa akan memakan banyak waktu dan tenaga, namun dengan NutriTop ini bisa dikurangi 50 persen.

    “Jika dengan Urea proteksi tanaman oleh pupuk hanya bertahan 15 sampai 20 hari misalnya. Kalau dengan NutriTop bisa diproteksi hingga 90 hari. Ini kelebihan yang kita punya dan sudah diuji di berbagai tempat di Indonesia. Kalau untuk di Banten kita sudah ada di Pandeglang dengan yang akan dilaksanakan Bayah ini. Dan untuk persoalan pemesanan pupuk dan rencana uji coba demplot (lahan baru lahan percontohan), kita sudah bekerjasama dengan CV B2KAL, silahkan dengan pa Direkturnya pa Zaini Dahlan,” paparnya.

    Sementara Zaini Dahlan sebagai pengelola CV Bilqis atau B2KAL mengatakan bahwa untuk tahapan yang akan dilakukannya saat ini adalah tengah membangun kerjasama dengan para Gapoktan dan juga Pengusaha Tani termasuk dengan para penyuluh.

    “Ini kita sedang membina kerjasama dengan para Gapoktan dan penyuluh untuk membuat titik-titik demplot di tiap kecamatan di Lebak selatan. Namun, ini adalah peluang untuk memperbaharui pola pertanian kita, kalau biasanya kita per hektar panen cuma dapat 6 sampai 7 Ton, insha Allah dengan penggunaan pupuk NutriTop hasil produsi bisa bertambah lebih 20 Persen. Kendati pupuk kita ini non subsidi, tapi secara harga tetap terjangkau, yakni ramah lingkungan, praktis dan ekonomis. Begitupun penggunaan pupuknya, jika per hektare menggunakan Urea butuh sampe 500 Kg, dengan NutriTop cukup 200 Kg saja, jadi selain hemat juga hasilnya berlipat,” jelas Zaini mengakhiri penyampaian. (WDO)

  • Jelang Lebaran, Harga Daging Kerbau Eceran Per Kilogram Tembus Rp180 Ribu

    Jelang Lebaran, Harga Daging Kerbau Eceran Per Kilogram Tembus Rp180 Ribu

    LEBAK, BANPOS – Jelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang bertepatan dengan Tanggal 2 Mei 2022,1 pasaran harga daging kerbau dan sapi segar mengalami lonjakan kenaikan harga yang cukup drastis. Dari harga yang biasa antara Rp110 hingga Rp120 ribu per Kilogram (Kg) kini dikisaran Rp170 hingga Rp180 Ribu per Kg. Harga tersebut hampir merata di setiap titik penjualan daging segar di wilayah Lebak selatan (Baksel). Minggu (1/5/2022) sore.

    Diketahui, drastisnya kenaikan itu terpantau sejak Sabtu hingga Minggu sore (30 April – 01 Mei) di Pasar Picung Kecamatan Banjarsari, Pasar Sukahujan Kecamatan Cihara, Pasar Binuangeun dan Pasar Wanasalam Kecamatan Wanasalam, Pasar Simpang dan Pasar Malingping.

    Warga Malingping, Sopiyah menyebut lebaran ini ia hanya mampu beli daging tidak sampai satu kilogram karena harganya yang melangit.

    “Saya kira kenaikan cuma nyampe di kisaran Rp140 ribu. Eh ternyata sampai Rp170 ribu. Waduh dompet saya tidak cukup membeli. Terpaksa beli tak sampai satu kilo. Tapi Alhamdulillah walau cuma mampu beli dikit yang penting lebaran bisa makan daging,” ungkapnya.

    Senada, Ujek warga Kecamatan Malingping menuturkan jika ada kenaikan harga saat dirinya membeli daging kerbau. Meski demikian, karena adanya kebutuhan untuk lebaran sehingga dirinya tetap membelinya.

    “Tadi sekalian lewat dari Binuangeun, Saya beli daging harganya lumayan mahal, biasanya kan daging kerbau ataupun sapi harganya paling juga kisaran Rp110 hingga Rp120 ribu, namun sekarang melonjak Rp170 ribu. Bahkan ada yang Rp180 per kilo. Tapi yah, demi kebutuhan lebaran tetap aja mahal pun di beli,” tuturnya.

    Diharapkan Ujek, pemerintah diminta turut hadir untuk penertiban harga eceran tertinggi (HET) untuk pasar daging kerbau dan sapi lokal di saat jelang lebaran.

    “Harusnya pemerintah memberikan batas HET pada setiap penjualan daging lokal. Supaya terjangkau oleh masyarakat kecil,” harapnya.

    Sementara, salah seorang pedagang daging kerbau segar di Kampung Duraen Desa Muara Kecamatan Wanasalam, Suntana mengatakan ia menjual daging kerbau disesuaikan dengan kondisi harga kerbau saat ini.

    “Saya menjual daging kerbau dengan harga Rp170.000,- per kilonya, Alhamdulillah dagingnya sudah habis, tinggal ada sisa sedikit yaitu ati, dalaman dan tulang-tulang,” terangnya.

    Berdasarkan informasi yang didapat BANPOS, di wilayah Baksel harga pasaran kerbau lokal yang masih hidup untuk ukuran yang sedang Rp16-17 juta dan ukuran kerbau besar/dumbo antara Rp20 hingga Rp22 Juta.

    “Iya sekarang kerbau hidup harganya pada mahal. Kemarin saya mau beli yang ukuran sedang harganya Rp17 juta dan yang besar 22 Juta. Jadi kalau untuk pedagang pun menyesuaikan harga, minimal punya lebih walau sedikit,” ujar Entis warga Desa Bolang, Malingping.

    Menurut Entis, karena kalkulasi untuk ukuran kerbau sedang itu paling menghasilkan daging murninya sekitar 80-90 Kg. Kalau yang ukuran besar bisa sampai 110 hingga 120 Kg daging murninya.

    “Jadi harga di penjual mah cuma menyesuaikan dengan harga beli kerbau hidup. Yah, pedagang mah hanya mengambil lebih walau dikit. Keuntungan lainnya paling dari kulit, kepala, tulang-tulang, ati dan jeroan. Dan itu buat menanggulangi biaya operasional juga,” paparnya.

    Terpisah, Rudi yang baru 2 lebaran ngadu nasib dagang daging kerbau segar mengaku alami kerugian dari taksiran pendapatan jualannya.

    “Saya beli kerbau hidup Rp20 juta. Ternyata daging murninya hanya dapat 95 Kilo. Saya jual dagingnya perkilo Rp180 ribu. Terus terang dengan biaya operasional kalau saya tahun ini jualan rugi nih,” ungkapnya. (WDO)

  • Ratusan Warga Panggarangan Tuntut Perbaikan Jalan Cikumpay-Ciparay

    LEBAK, BANPOS – Ratusan massa dari empat desa di Kabupaten Lebak ramai-ramai melakukan aksi unjuk rasa. Mereka menuntut perbaikan jalan Cikumpay-Ciparay yang rusak parah. Ratusan masyarakat dari Desa Mekarjaya, Desa Jatake, Desa Pangarangan dan Desa Cisuren melakukan aksi unjuk rasa. Mereka menuntut Pemerintah Kabupaten Lebak melakukan perbaikan jalan Cikumpay-Ciparay.

    Koordinator aksi, Deris mengungkapkan bahwa kondisi jalan yang memiliki panjang 24,9 Kilometer itu kondisinya memprihatinkan. Menurutnya, tahun 2016 jalan tersebut pernah dilakukan pelebaran oleh salah satu perusahaan produksi semen di Kabupaten Lebak.

    “Pemda bekerjasama dengan CSR PT Cemindo Gemilang pada saat itu telah menurunkan alat berat untuk melakukan pelebaran jalan. Namun, hanya dilakukan pelebaran saja tanpa ada perbaikan,” katanya

    Setelah dilakukan pelebaran kata Deris, hingga saat ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah daerah. Bahkan kondisi jalan Cikumpay-Ciparay semakin parah dan sulit untuk dilalui kendaraan.

    “Jika Pemkab Lebak sudah tidak mampu membiayai pembangunan infrastruktur jalan Cikumpay-Ciparay, maka secepatnya Pemkab Lebak menerbitkan Surat Keputusan status alih jalan Kabupaten menjadi jalan Provinsi, agar selanjutnya Pemerintah Provinsi Banten yang merencanakan dan membangun ruas jalan tersebut,” tandasnya.

    Senada dikatakan Rohman warga sekitar, jika sejak dirinya kecil hingga dewasa belum pernah merasakan jalan tersebut layak dilalui (bagus) seperti jalan di daerah lain di Kabupaten Lebak.

    “Belum pernah bagus jalannya, malahan tambah rusak. Bahkan kalau hujan tiba tidak sedikit warga masyarakat yang melintas jalan ini jatuh saat mengendarai sepeda motor,” katanya.

    Ia meminta Bupati Lebak untuk memperhatikan kondisi jalan dengan memperbaiki jalan Cikumpay-Ciparay, agar masyarakat di daerahnya bisa hidup merdeka dengan pembangunan jalan layak dilalui oleh kendaraan.

    “Terus terang kami sudah lelah dengan kondisi jalan seperti ini yang rusak seperti ini,” jelasnya.(HER/PBN)

  • Jembatan Gantung di Banjarsari Putus, Warga Berjatuhan Saat Menyeberang

    Jembatan Gantung di Banjarsari Putus, Warga Berjatuhan Saat Menyeberang

    Jembatan gantung sederhana sepanjang 50 Meter yang terbuat dari kayu dan bambu penghubung perkampungan ke area ladang persawahan di Kampung Sigeung, Desa Tamansari, Kecamatan Banjarsari, Lebak selatan (Baksel) dilaporkan mengalami putus ambruk dan mengakibatkan korban warga pelintas berjatuhan, Selasa (22/3).

    Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.00 Wib. Pada kejadian, sebanyak tiga orang warga yang melintas berjatuhan dan sisanya terpaksa bergelantungan di kayu putus.

    “Itu pas saya melintas pulang dari sawah jembatan mengalami putus dan ambruk. itu saya hampir terpental. Saya dan 2 tetangga berhasil menggantung di kayu patah. Tapi yang jatuh tercebur ada tiga orang, Alhamdulillah saya tak ada luka,” ujar Saman, seorang pelintas yang jadi korban.

    Diungkapkannya, kejadian tersebut bermula pada saat warga akan pulang dari persawahan menuju rumah. Karena jembatan berketinggian tujuh meter itu adalah satu-satunya akses ke persawahan.

    “Awalnya ada iring-iringan ibu-ibu melintas jembatan bambu, pas di tengah-tengah tiba-tiba jembatan mengalami ambruk sekaligus, saya beserta dua berhasil memegang kayu bergantungan, kalau ibu-ibu mah pada berjatuhan ke sungai Ciliman, ya cuma sedikit pada shock aja. Kalau tinggi jembatan sekitar 7 meteran,” ungkap Saman.

    Korban selamat lainnya, Atib mengatakan, bahwa jembatan sepanjang 50 meter itu setiap tahun selalu diperbaiki. “Untuk perbaikan kita rutin lakukan setiap tahun secara gotong-royong dengan bahan kayu dan bambu. Itu jembatan harus segera diperbaiki lagi,” katanya.

    Sementara sumber lainnya kepada BANPOS menyebut, pengguna jembatan tersebut setiap harinya ada sekitar 200 orang dari 90 kepala keluarga (KK).

    “Itu jembatan akses satu-satunya warga Kampung Sigeung untuk ke ladang, ke sawah maupun ke perkebunan sawit. Hampir sekitar 200 orang setiap hari warga melintas. Warga juga hampir setiap tahun melaksanakan iuran swadaya untuk memperbaikinya,” jelas Wijaya, tokoh warga Desa Tamansari.

    Terpisah, Kepala Desa (Kades) Tamansari, Jaelani saat dihubungi membenarkan peristiwa tersebut. Menurut Kades, bahwa ambruknya Jembatan Gantung Ciliman di Kampung Sigeung RT 07/02 penghubung masyarakat menuju area persawahan dan ladang perkebunan sawit.

    Dan itu merupakan akses satu-satunya jalan masyarakat setempat menuju mata pencaharian hidupnya.

    “Saya selaku kepala desa sangat mengharapkan adanya perhatian serta bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki jembatan yang lebih permanen. Karena itu jembatan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat kami, untuk mencari nafkah pertanian, membawa hasil bumi baik sayuran di ladang maupun padi dari pesawahan,” paparnya.(WDO/PBN)

  • Bangunan SD Sukaraja Bagus Tetapi Miskin Fasilitas

    Bangunan SD Sukaraja Bagus Tetapi Miskin Fasilitas

    MALINGPING, BANPOS – Keberadaan SDN IV di Desa Sukaraja Kecamatan Malingping terlihat dari fisik bangunan sekolahnya yang dua lantai cukup megah. Namun ternyata sangat minim fasilitas mebelernya.

    Karena keterbatasan fasilitas mebel tersebut mengharuskan para siswa di sekolah ini saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus rela dengan cara duduk di lantai keramik tanpa menggunakan kursi dan meja.

    Seperti diungkapkan salah seorang guru yang sengaja dirahasiakan namanya saat ditanya menjelaskan bahwa memang secara fisik bangunan sekolah tempatnya mengajar tersebut cukup bagus, namun dalam fasilitas mebelernya sangat kekurangan.

    “Memang gedung sekolah bagus pak, karena dapat bantuan rehab bangunan. Tapi untuk mebel kita ga ada. Semua sudah pada rusak, sehingga jika belajar para siswa biasa ngampar, ” ujarnya kepada BANPOS, Senin (21/3).

    Sang guru itu menyebutkan bahwa seluruh kelas hingga saat ini belum ada mebeler yang layak dipakai. Dalam hal ini pihaknya pun kebingungan, namun untuk KBM tetap normal dilaksanakan.

    “Kalau untuk KBM kita tetap berjalan normal pak. Tapi yaitu tadi dilaksanakan tanpa meja kursi, itu untuk seluruh kelas, mulai dari kelas 1 hingga 6 belum ada fasilitas. Kebutuhan kita itu per satu kelas yaitu 10 meja dan 20 kursi, itu tinggal kalikan saja,” ungkapnya.

    Dikatakannya, keberadaan itu oleh kepala sekolah bersama para guru sudah sering dikeluhkan. Dan itu sudah pula diusulkan ke dinas agar segera dilengkapi kekurangan fasilitasnya tersebut. Kata dia, semoga saja segera ada bantuan dari pemerintah terkait kebutuhan mebeler sekolahnya.

    “Kami juga sering mengeluhkan ini. Tapi ya mudah-mudahan segera ada bantuan dari pemerintah, kita pun sudah berkali-kali berusaha mengusulkan atau dengan berbagai cara lainnya. Kita kasihan juga para murid harus belajar dengan cara ngampar,” paparnya.(WDO/PBN)

  • Ade Sumardi Minta Warga Dekati Pejabat Langit

    Ade Sumardi Minta Warga Dekati Pejabat Langit

    MALINGPING, BANPOS – Wakil Bupati (Wabup) Lebak Ade Sumardi, menyatakan, warga seharusnya mendekat kepada para habib, ulama., dan juga kyai, yang ia sebut sebagai pejabat langit.

    Demikian disampaikan oleh Ade saat turut meresmikan pembangunan Mushola Al-Karim di Kampung Sawah Desa Pagelaran, Kecamatan Malingping yang baru selesai dibangun dalam kunjungannya ke Malingping.

    Ade mengatakan pentingnya meningkatkan keimanan dalam menghadapi perkembangan zaman dan semakin maju dalam teknologi informasi. Ade pun mengimbau agar masyarakat lebih mendekatkan diri pada habib ulama dan kiyai daripada hanya menyerap informasi yang belum jelas sumbernya.

    “Supaya tidak nyasar dekati pejabat langit, yaitu para habaib dan ulama,” ujar Wabup.

    Ade menyebut, keberadaan dan peran serta para kyai dan tokoh masyarakat sangat membantu tugas pemerintah.

    “Pemerintah memfasilitasi, kehadiran para kyai telah membantu tugas pemerintah, urusan negara bukan hanya sekedar tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Oleh karenanya masyarakat harus tahu dan paham serta ikut berperan dalam dunia politik, Pak kyai tolong ajarkan masalah siyasah kepada masyarakat, agar tidak terjebak dari hal-hal yang bisa menyesatkan,”ujar Ade.

    Sementara Ketua panitia pembangunan Mushola Al-Karim Ustadz Rusdin menjelaskan Mushola Al-Karim ini dibangun dari hasil swadaya masyarakat dengan ukuran 12 X 12 Meter di atas tanah wakaf seluas 500 M dari keluarga H Sali, yakni Oman Surahman. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan seluruh donatur yang telah membantu terselenggaranya bangunan tersebut.

    “Kami mengucapkan terima kasih kepada panitia pembangunan, masyarakat, dan seluruh donatur yang telah membantu dari nol hingga bangunan mushola ini selesai terwujud, wabil khusus kepada keluarga yang mewakafkan tanah untuk pengadaan mushola,”terang Rusdin.

    Terpisah, keluarga pemberi wakaf, Oman Surahman membenarkan bahwa pihak keluarganya tersebut mewakafkan tanah seluas 500 M untuk digunakan pembangunan Mushola.

    “Betul, kami sudah mewakafkan tanah seluas 500 meter untuk pembangunan Mushola dan kegiatan keagamaan bagi masyarakat. Harapan saya mudahan bisa lebih meningkatkan keimanan di kampung kami,” paparnya.

    Dalam peresmian Mushola itu juga dihadiri Kepala Kesbangpol Kabupaten Lebak Sukanta, anggota DPRD Lebak Agus Ider Alamsyah dan Agus Ismatullah juga para kyai, tokoh masyarakat dan warga sekitar.(WDO/PBN)