Tag: Lionel Messi

  • Selangkah Lagi, Messi Out Dari PSG

    Selangkah Lagi, Messi Out Dari PSG

    ARGENTINA, BANPOS – Lionel Messi akan meninggalkan raksasa asal Prancis dalam waktu dekat. Kabar soal Lionel Messi bersama Paris Saint-Gemain (PSG) makin santer terdengar.

    Kabar itu disampaikan pakar transfer asal Italia, Fabrizio Romano yang mengutip pernyataan ayah sekaligus agen Messi, Jorge Messi yang menyebut PSG tidak memperpanjang kontrak La Pulga.

    “Messi akan meninggalkan Paris Saint-Germain di akhir musim ini. Tidak diragukan lagi,” kata Romano dilansir Dailymail.

    “Ayah Leo, Jorge telah memberitahu PSG tentang keputusan ini satu bulan lalu sebelum Messi dihukum oleh klubnya.”

    Sebelumnya, Lionel Messi diskors dua pekan oleh PSG karena dia mangkir latihan dan pergi ke Arab Saudi tanpa persetujuan dari klubnya.

    Sejumlah media Prancis menilai bahwa skorsing tersebut adalah penyebab sang pemain enggan memperpanjang kontraknya dengan PSG, tetapi Romano melaporkan bahwa keputusannya itu sudah diambil bulan lalu.

    Messi sendiri pergi ke Arab Saudi karena untuk mempromosikan pariwisata negara tersebut. Dia itu telah menandatangani kontrak 25 juta poundsterling (sekitar Rp460 miliar) per tahun tahun lalu untuk menjadi duta pariwisata Arab Saudi.

    Tidak diperpanjangnya kontrak Messi semakin membuat rumor kepulangannya ke Barcelona semakin kencang, tetapi klub Katalunya itu masih memiliki kendala dengan Financial Fair Play.

    Klub MLS milik David Becham, Inter Miami juga dikaitkan untuk mengontrak Lionel Messi. (RMID)

  • Pasar Taruhan Harapkan Kylian Mbappe Sisihkan Lionel Messi

    Pasar Taruhan Harapkan Kylian Mbappe Sisihkan Lionel Messi

    JAKARTA, BANPOS – Pasar taruhan terkemuka mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendoakan Kylian Mbappe dan Prancis menang atas Lionel Messi dan Argentina dalam final Piala Dunia 2022 esok.

    Piala Dunia sudah menjadi tambang emas untuk para bandar taruhan, namun penampilan mengesankan Messi dalam memimpin timnya telah membuat sejumlah bandar judi ketakutan.

    William Woodhams, CEO bandar taruhan tertua di dunia Fitzdares, mengaku menjagokan Prancis.

    “Kami takut kepada gol Messi dan kemenangan Argentina,” kata dia seperti dikutip AFP. “Kami membutuhkan Mbappe untuk mencetak gol yang lebih banyak ketimbang Messi dan agar Prancis menang.”

    Woodhams mengatakan Messi sudah menjadi favorit semua orang sehingga menyisihkan Mbappe sekalipun kedua pemain masuk final sebagai pencetak gol terbanyak dengan masing-masing lima gol.

    Mbappe gagal mencetak gol sejak menyarangkan dua gol ke gawang Polandia dalam pertandingan 16 Besar.

    “Semua taruhan menempatkan Messi menjadi pemenang Sepatu Emas,” kata Woodhams. “Sebelum turnamen, taruhan lebih dipasang di Mbappe tetapi orang-orang melihat peluang itu kini ada di Messi.”

    “Jika dia memenangkan Sepatu Emas, bisa memaksa kami mengeluarkan 500 ribu pound (Rp9,49 miliar).

    David Stevens, kepala hubungan masyarakat bandar taruhan Coral, mengatakan kedua belah pihak imbang

    “Mengingat begitu tipisnya pertaruhan yang dipasang kepada kedua tim ini, maka tidak mengherankan jika final ini berlanjut kepada adu penalti,” kata Stevens. (ANT)

  • Membayangkan Pertarungan Messi melawan Mbappe

    Membayangkan Pertarungan Messi melawan Mbappe

    JAKARTA, BANPOS- Lionel Messi dan Kylian Mbappe sama-sama bermain untuk Paris Saint Germain. Keduanya mitra sekaligus bersaing dalam klub raksasa Liga Prancis itu.

    Keduanya tampil menawan dan inspiratif selama Piala Dunia 2022 di Qatar yang memiliki klub mereka yang royal mengeluarkan dana besar untuk membeli pemain-pemain terhebat di dunia, termasuk mereka dan Neymar.

    Kini kedua pemain berbeda usia itu bertarung dalam partai puncak turnamen sepak bola terbesar sejagat yang awalnya dipenuhi kontroversi namun kemudian pupus begitu turnamen ini mulai.

    Pertarungan Prancis dengan Argentina bukan saja laga klasik antara dua kutub sepak bola yang sama-sama sudah dua kali menggenggam trofi lambang supremasi sepak bola global itu. Laga ini juga pembuktian siapa di antara Lionel Messi dan Kylian Mbappe yang terbesar.

    Sudah empat Messi mengikuti Piala Dunia dan selalu saja trofi ini lepas dari jangkauan sang superstar.

    Kini pada edisi yang kelimanya dan setahun setelah dia akhirnya memasukkan trofi turnamen besar bersama timnasnya, Copa America, dalam almari pialanya, Messi berpeluang mewujudkan mimpi seumur hidupnya bersama skuad Tim Tango edisi 2022 yang disebutnya memiliki visi dan pandai membaca arah permainan.

    Sedangkan bagi Mbappe, ini adalah Piala Dunia keduanya. Dia bersiap menjadi salah satu dari segelintir orang yang berusaha menyamai generasi Pele menjadi juara dunia dua kali berturut-turut.

    Kedua superstar ini berbeda jauh usianya. Messi 35 tahun, Mbappe 23 tahun. Namun di lapangan hijau, perbedaan usia itu tak terlihat.

    Ini karena mereka sama-sama tampil menawan. Mereka membuat orang-orang berdecak kagum oleh caranya mencari ruang, oleh bagaimana mengolah bola, oleh betapa piawainya mereka memperdaya lawan, dan oleh visinya dalam memetakan arah permainan.

    Mereka berdua juga sama kreatifnya. Hanya sedikit perbedaan di antara keduanya, termasuk soal kecepatan berlari.

    Messi yang sudah dimakan usia tentu tidak secepat dulu. Sebaliknya, dengan kecepatan berlari 35,3 km per jam kala melawan Polandia, Mbappe bersama Kamaldeen Sulemana, Nico Williams, David Raum, Antonee Robinson, Daniel James, Achraf Hakimi dan Ismaila Sarr adalah sprinter-sprinter fantastis.

    Tetapi dalam soal kreativitas, Messi tak kalah dari Mbappe. Bahkan mungkin di atasnya.

    Dua pertandingan terakhir Piala Dunia 2022 membuktikan keluhuran kreativitas mereka itu kala Messi melakukannya saat menghadapi Kroasia, sedangkan Mbappe saat melawan Maroko.

    Messi merancang gol ketiga Argentina dalam pertandingan semifinal melawan Kroasia dengan cara yang sensasional. Tetapi kemaestroannya segera disamai Mbappe yang juga meliuk-meliuk mengelabui lima pemain lawan sebelum merancang gol kedua Prancis kala melawan Maroko.

     

    Atraksi paling ditunggu

    Aksi mereka menjadi atraksi yang sangat ditunggu suporter bola, apalagi berbeda dari sebelum ini ketika mereka sering tampil bareng untuk saling mendukung menciptakan gol untuk PSG, mereka kini masuk lapangan berbarengan dalam kondisi saling berhadapan untuk saling memangsa.

    Keduanya memiliki para deputi yang tahu apa mau mereka. Mereka memiliki asisten-asisten haus gol yang sama pintarnya dalam membaca permainan, dan tahu bagaimana membebaskan dua superstar dari kawalan lawan.

    Tapi sering pula kedua pemain ini sendiri yang kreatif menciptakan ruang bagi dirinya sendiri. Mereka juga tahu pasti kapan harus menggiring bola sendirian dan kapan harus mengirimkan bola kepada rekan-rekannya.

    Jika Mbappe sering ditaruh dalam posisi sayap yang mengapit Olivier Giroud bersama Ousmane Dembele di kanan, dan Antoine Griezmann sebagai false nine, maka Messi ditempatkan sebagai ujung tombak kembar yang belakangan disandingkan dengan Julian Alvarez.

    Keduanya berusaha disembunyikan dalam posisi yang membuat lawan ragu mengawalnya. Mbappe membuat lawan ragu apakah harus mengawal Giroud, Dembele atau dia. Messi membuat lawan terpecah antara harus mengawal Alvares dan lainnya, atau dia.

    Tetapi tetap saja, mereka berdua yang akhirnya menjadi sasaran utama bek-bek lawan.

    Mbappe dikuntit Kyle Walker kala melawan Inggris dan kemudian Achraf Hakimi saat melawan Maroko, sementara Borna Sosa menjadi salah satu yang setia membuntuti gerakan Messi.

    Semuanya tak begitu berhasil, karena andai pun pengawalan berhasil membuat kedua megabintang tak mencetak gol, umpan-umpan kedua superstar lapangan hijau ini sungguh tak bisa dikendalikan.

    Itulah yang terjadi ketika Prancis menutup kisah dongeng Maroko dalam semifinal lalu, dan Argentina dalam membuyarkan impian Kroasia masuk final Piala Dunia untuk kedua kali berturut-turut dalam semifinal lainnya.

    Kini, apakah Nahuel Molina akan pula ditugaskan meredam Mbappe, dan apakah Theo Hernandez yang cukup berhasil meredam Hakim Ziyech bisa melumpuhkan Messi nanti.

    Butuh lebih dari sekadar kekuatan fisik dan energi untuk menjinakkan mereka karena semua pemain yang ditugaskan membuntuti kedua superstar membutuhkan pula kecerdasan dalam membaca gerakan mereka.

    Tanyakan ini kepada Josko Gvardiol yang dengan tubuh besarnya dan mungkin menyangka Messi sudah lamban, tak bisa mengatasi gerakannya yang meliuk-liuk di tepi kotak penalti Kroasia sebelum mengirimkan umpan dari sudut sempit di dalam kotak penalti kepada Julian Alvarez.

    Tanyakan itu kepada Sofyan Amrabat dan Achraf Dari, serta tiga pemain Maroko lainnya yang gagal menghentikan Mbappe walaupun umpan terusan Mbappe kepada Randal Kolo Muani berbau keberuntungan mengingat sempat terbelokkan kaki pemain Maroko.

    Mungkin saja pelatih Argentina Lionel Scaloni akan langsung menurunkan Lisandro Martinez untuk membentuk formasi tiga bek bersama Cristian Romero dan Nicolas Otamendi, guna menangkal agresi Mbappe. Tetapi tubuh besar Ibrahima Konate atau jam terbang tinggi yang dimiliki Raphael Varanejuga bukan jaminan bisa menjinakkan Messi. Josko Gvardiol, Borna Sosa, Nathan Ake, Daley Blind, dan lainnya dibuat keteteran oleh Messi.

     

    Paling menonjol dalam timnya

    Mengawal kedua pemain ini tak saja dibutuhkan fokus kepada bola dan kaki kedua pemain, karena bek-bek lawan membutuhkan aspek yang mustahil mereka miliki, yakni mengontrol jalan pikiran kedua megabintang, tentang ke mana mereka akan mengarahkan bola, apakah akan menembakkannya sendiri atau meneruskannya kepada rekan-rekan satu timnya.

    Tetapi dua bintang klub Prancis yang dimiliki penguasa Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani ini memang mutlak dikawal karena membiarkan mereka bebas berkeliaran sama artinya melepas macan di kebun binatang.

    Mereka sama-sama sudah mencetak lima gol dan paling banyak menciptakan peluang gol untuk timnya masing-masing. Mbappe menciptakan 25 peluang, Messi membuat 27 peluang.

    Tak hanya itu, mereka juga pemain yang paling sering menjadi sasaran umpan rekan-rekannya, termasuk kala menerima bola di antara lapangan tengah dan lini pertahanan lawan. Di sektor ini, Mbappe sudah 147 kali menerima bola, sedangkan Messi 123 kali.

    Mereka bisa begitu karena mempunyai mitra-mitra yang membuat mereka bisa mencapai statistik-statistik itu.

    Oleh karena itu, kalaupun Messi versus Mbappe adalah episode paling menarik dalam laga final Piala Dunia 2022 nanti itu, sebenarnya ini juga pertarungan antara Rodrigo de Paul dengan Aurelien Tchouameni.

    Dua gelandang pekerja keras ini adalah pembuka gerbang pertahanan lawan dan sekaligus jangkar yang menangkal lawan sebelum merangsek teritori pertahanan.

    De Paul malah lebih istimewa lagi. Ini adalah pemain Argentina yang paling tinggi jelajah berlarinya, paling sering menusuk dan memotong serangan lawan, serta paling sering menerima dan mengirimkan bola.

    Dia adalah satu dari tiga pemain Argentina berstatistik tinggi selain Messi dan Angel de Maria. Sedangkan dari Prancis, ada empat pemain paling menonjol termasuk Mbappe. Tiga lainnya adalah Tchouameni, Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele.

    Laga ini juga kontes untuk dua kiper hebat yang masih tersisa dalam Piala Dunia 2022, antara Emiliano Martinez dengan Hugo Lloris. Martinez sudah 34 kali menyelamatkan gawang Argentina, sedangkan Lloris sudah 53 kali menghindarkan gawang Prancis dari kebobolan.

    Tetapi cara semua pemain kedua, termasuk bek-bek mereka, akan paralel dengan bagaimana Messi dan Mbappe memainkan bola.

    Mereka juga dua calon pasti peraih Sepatu Emas, namun siapa di antara mereka yang meraih trofi, lebih sulit diprediksi.

    Messi mungkin lebih bernafsu ketimbang Mbappe yang sudah mendapatkan trofi itu pada 2018 dalam usia hanya satu tahun lebih tua dibandingkan ketika Messi melakukan debut Piala Dunia pada 2006.

    Namun Messi mungkin tak peduli dengan rivalitas diam-diamnya dengan Mbappe. Sebaliknya Mbappe mungkin menganggap sekuen ini salah satu bagian paling menarik dalam balik sekuel akhir Piala Dunia 2022 ini.

    Apakah ini puncak dari segala puncak karier Messi atau justru pengukuhan untuk era cemerlang Mbappe? Dua hari lagi jawabannya. (ANT)

  • Lionel Messi: Ini Adalah Piala Dunia Terakhir Saya

    Lionel Messi: Ini Adalah Piala Dunia Terakhir Saya

    JAKARTA, BANPOS – Lionel Messi telah mengonfirmasi bahwa dia akan memainkan pertandingan Piala Dunia terakhirnya saat melawan Maroko atau Prancis di final pada Minggu (18/12/2022).

    Julian Alvarez dan Messi berhasil membawa Argentina melaju ke partai final setelah menang 3-0 lawan Kroasia di semifinal pada Selasa. La Pulga berpeluang untuk mempersembahkan trofi Piala Dunia pertama Argentina sejak 1986.

    “Saya merasa sangat bahagia bisa mencapai final dan mengakhiri perjalanan Piala Dunia dengan memainkan laga terakhir saya di final,” Messi kepada media Argentina Diario Deportivo Ole yang dikutip Marca pada Selasa.

    “Piala Dunia selanjutnya masih beberapa tahun lagi dan saya merasa tidak bisa melakukannya. Dan mengakhirinya di final, ini adalah hal yang terbaik,” kata kapten timnas Argentina tersebut.

    Piala Dunia 2022 merupakan Piala Dunia kelima bagi Messi dan dia telah melampaui rekor Diego Maradona dan Javier Mascherano yang masing-masing telah tampil di empat Piala Dunia.

    Messi juga telah melampaui rekor Gabriel Batistuta sebagai top skor timnas Argentina di Piala Dunia, penyerang Paris Saint-Germain itu total telah mencetak 11 gol.

    “Memecahkan rekor memang bagus, tetapi yang terpenting adalah bisa meraih target grup, yang menurut saya paling indah,” tambah Messi.

    “Kami tinggal selangkah lagi, setelah berjuang keras dan kami akan memberikan segalanya untuk mewujudkan ini (juara Piala Dunia).”. (ANT)

  • Laga Hidup Mati! Semifinal Piala Dunia 2022: Argentina vs Kroasia

    Laga Hidup Mati! Semifinal Piala Dunia 2022: Argentina vs Kroasia

    JAKARTA, BANPOS – Saling sanjung dan saling menaruh respek dilontarkan sebelum laga besar antara finalis empat tahun lalu Kroasia dengan juara dunia dua kali Argentina yang akan bertemu dalam semifinal pertama Piala Dunia 2022 yang berlangsung Rabu dini hari nanti di Stadion Lusail, Qatar.

    “Bagi saya pertandingan semifinal melawan Inggris (pada Piala Dunia 2018) adalah pertandingan terhebat (kami) sepanjang masa. Pertandingan melawan Brazil (pada perempat final Piala Dunia 2022) adalah kedua yang terhebat dan esok akan menjadi yang ketiga terbesar,” kata pelatih Kroasia Zlatko Dalic seperti dikutip Reuters.

    “Namun jika besok itu kami yang menang maka laga itu akan menjadi pertandingan terbesar sepanjang masa yang dijalani Kroasia,” sambung dia.

    Pelatih Lionel Scaloni tak kalah tingginya menaruh respek kepada Kroasia bahwa lawannya ini memiliki kualitas untuk mengalahkan siapa pun, termasuk Argentina.

    “Mereka sudah menciptakan masalah kepada banyak tim nasional. Saya tak mau menyebut pemain-pemain penting mereka atau kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan mereka, tetapi kami sudah menganalisis di mana kami bisa melukai mereka. Kadang itu berhasil, kadang tidak,” kata Scaloni kepada wartawan menjelang semifinal ini.

    “Kami akan berusaha mengeluarkan segala upaya di lapangan. Kadang-kadang keberuntungan memihak Anda. Jika kami tampil bagus, maka kami akan melewati jalan yang lebih mudah dalam mencapai tujuan kami. Tetapi ini sepak bola, ini olah raga, yang kadang-kadang tim terbaik tidak menang,” sambung dia.

    Jika melihat statistik FIFA, ini adalah pertemuan antara tim yang agresif dalam menekan musuhnya sehingga menciptakan tendangan bebas dan sepak pojok yang jauh lebih banyak, melawan tim yang teruji dalam menangkal serangan lawan serta bagaimana harus memainkan bola agar berada dalam penguasaannya.

    Ini juga pertemuan dua superstar yang sudah sering berhadapan dalam pertandingan tingkat klub, terutama sewaktu sama-sama bermain di Liga Spanyol, yakni Lionel Messi yang mantan pemain Barcelona, dan Luka Modric yang sampai kini bermain untuk Real Madrid.

    Argentina yang dipimpin superstar Lionel Messi masuk gelanggang Piala Dunia 2022 dengan status favorit juara, menghadapi runner-up 2018 yang bisa membuat mereka bernasib sama dengan Brazil.

    Kroasia yang pantang menyerah bangkit setelah tertinggal satu gol untuk menyamakan kedudukan dan lalu memaksakan adu penalti melawan Brazil yang akhirnya mereka menangkan.

    Kroasia yang disiplin pantas berada dalam semifinal Piala Dunia kedua berturut-turut. Jika sampai Argentina meremehkan mereka maka hal fatal bakal terjadi seperti menimpa Brazil dalam perempat final itu.

    Untuk itu, Argentina yang memburu gelar juara Piala Dunia pertamanya sejak tim pimpinan Diego Maradona melakukannya pada 1986, harus bekerja keras.

    Apalagi mereka nyaris tidak lolos ke semifinal setelah Belanda memaksakan adu penalti lewat dua golnya yang menyamakan kedudukan 2-2.

    Argentina memang menang adu penalti melawan Belanda, namun jika mengulangi skenario sama ketika melawan Kroasia bisa menjadi bumerang bagi Argentina sekalipun saat melawan Belanda itu kiper Emiliano Martinez mementahkan dua tendangan penalti.

    Kroasia melalui dua adu penalti sebelum mencapai final 2018 sebelum kalah dari Prancis. Dalam Piala Dunia Qatar mereka mencapai semifinal setelah dua kali sukses dalam adu penalti. Jadi total, mereka sudah empat kali sukses dalam adu penalti. Untuk itu, Argentina tak boleh memberi Kroasia kesempatan untuk adu penalti lagi.

     

    Prediksi sebelas pemain pertama

    Argentina (4-3-3): Emiliano Martinez; Nahuel Molina, Cristian Romero, Nicolas Otamendi, Nicolas Tagliafico; Rodrigo de Paul, Enzo Fernandez, Alexis Mac Allister; Angel di Maria, Lionel Messi, Julian Alvarez

    Kroasia (4-3-3): Dominik Livakovic; Josip Juranovic, Josko Gvardiol, Dejan Lovren, Borna Sosa; Mateo Kovacic, Marcelo Brozovic, Luka Modric; Mario Pasalic, Bruno Petkovic,

     

    Skenario pertandingan

    Albiceleste berhasil mengatasi rintangan berat dalam laga perempat final melawan Belanda dengan menang adu penalti melawan tim asuhan Louis van Gaal itu.

    Kemenangan itu menaikkan moral mereka yang berusaha mereka pelihara sebagai momentum yang bagus dalam menghadapi Kroasia.

    Sebaliknya, Kroasia kembali melampaui ekspektasinya sendiri terutama setelah menyingkirkan Brazil yang menjadi salah satu favorit juara Qatar 2022.

    Tim Vatreni telah menunjukkan organisasi pertahanan yang mengesankan yang kemungkinan terluang kala menutup unit serang kelas dunia milik Argentina sehingga bisa merasakan kembali atmosfer final Piala Dunia seperti mereka rasakan pada edisi 2018.

    Argentina tidak menghadapi masalah cedera berat, namun pelatih Lionel Scaloni tak akan bisa menurunkan Gonzalo Montiel dan Marcos Acuna yang terkena skorsing.

    Albiceleste kemungkinan memasang formasi 4-3-3 di mana Emiliano Martinez kembali menjaga gawang yang akan dilindungi duo bek tengah, Cristian Romero dan Nicolas Otamendi. Sementara Nahuel Molina akan mengisis sayap kanan pertahanan yang berseberangan dengan Nicolas Tagliafico yang berperang sebagai bek kiri.

    Di lini tengah, Rodrigo de Paul yang menjadi pemain paling sibuk dan memiliki daya jelajah lari paling tinggi dalam skuad Argentina, akan bermitra dengan Enzo Fernandes dan Alexis Mac Allister.

    Jika de Paul bekerja keras mencari, merebut dan mendistribusikan bola, maka Mac Allister dan Fernandez akan menjadi tenaga-tenaga kreatif yang diperlukan untuk memecah konsentrasi Kroasia dan membuka ruang kepada tim serang.

    Di lini depan itu, Lionel Messi diperkirakan bermain di tengah yang diapit Julian Alvarez di kiri dan Angel di Maria di kanan. Dalam kata lain, Messi yang menjadi pencetak gol terbanyak dan pencipta peluang terbanyak Argentina akan menjadi jantung serangan Albiceleste.

    Kroasia sendiri bebas dari masalah cedera, sehingga pelatih Zlatko Dalic bisa menurunkan siapa pun. Dia dipastikan memasang kekuatan penuh guna melawan Argentina.

    Finalis Piala Dunia 2018 juga mungkin memasang formasi 4-3-3 di mana kiper Dominik Livakovic kembali dilindungi sistem empat bek pimpinan duo bek tengah, Josko Gvardiol dan Dejan Lovren di jantung pertahanan Kroasia.

    Sementara kedua sayap pertahanan akan ditempati Borna Sosa sebagai bek kiri dan Josip Juranovic di sisi kanan. Kuartet pertahanan itu sudah siap menjinakkan Lionel Messi dan mitra-mitranya.

    Tiga lini tengah Kroasia kembali akan diisi trio Luka Modric, Marcelo Brozovic, dan Mateo Kovacic. Brozovic akan berperang cenderung lebih defensif, sementara Kovacic dan Modric ditugaskan lebih kreatif lagi dalam membantu serangan dan menciptakan peluang.

    Di sepertiga akhir lapangan, Ivan Perisic dan Mario Pasalic akan menjadi starter dalam posisi yang lebih melebar di kedua sayap serangan. Sedangkan Bruno Petkovic berada di tengah serangan Kroasia.

     

    Statistik dan head to head

    Kedua tim sudah dua kali saling berhadapan dalam ajang Piala Dunia. Kroasia mengalahkan tim Amerika Selatan itu dengan 3-0 dalam fase grup Piala Dunia 2018, sedangkan Argentina menang 1-0) pada fase yang sama dalam edisi 1998.

    Dari total lima pertemuan mereka, kedudukannya imbang. Baik Kroasia maupun Argentina sudah menang dua kali, sedangkan satu laga lainnya berakhir seri.

    Kroasia mencapai semifinal Piala Dunia kedua berturut-turut setelah kalah dari Prancis pada final Piala Dunia 2018. Mereka juga memiliki rekor sempurna dalam adu penalti setelah memenangkan empat adu penalti terakhirnya, termasuk 16 besar dan perempat final Piala Dunia 2022.

    Gol Bruno Petkovic pada menit ke-117 yang membuat Kroasia menyamakan kedudukan kala melawan Brasil dalam perempat final adalah gol terakhir Kroasia dalam Piala Dunia. Itu juga menjadi tembakan tepat mengarah gawang pertama mereka dalam laga itu.

    Kroasia akan berusaha menjadi tim kedua setelah Brazil pada 2002 yang menjadi finalis dalam dua turnamen berturut-turut

    Lionel Messi mengincar final Piala Dunia keduanya setelah Argentina kalah dalam final 2014 di tangan Jerman. Trofi Piala Dunia menjadi satu-satunya trofi besar yang masih di luar jangkauan Messi.

    Argentina mengawali petualangan dalam Piala Dunia ini dengan menelan kekalahan dari Arab Saudi tetapi sejak itu hanya kebobolan tiga gol dalam empat pertandingan sebelum mencapai empat besar.

    Argentina sudah dua kali menjuarai Piala Dunia pada 1978 dan 1986, dan tiga kali menjadi runner up. (ANT)

  • Preview Piala Dunia 2022: Argentina vs Polandia

    Preview Piala Dunia 2022: Argentina vs Polandia

    JAKARTA, BANPOS – Pelatih timnas Argentina Lionel Scaloni percaya penuh kepada 26 pemain dalam skuadnya baik itu yang turun bermain maupun harus menunggu bermain dari bangku cadangan.

    Berdasarkan keyakinan ini Scaloni menegaskan perubahan susunan pemain lebih berkaitan dengan lawan ketimbang faktor kualitas pemain-pemainnya.

    Scaloni dikritik pedas di dalam negeri Argentina begitu ditumbangkan 1-2 oleh Arab Saudi setelah mempertanyakan keputusan tidak menggunakan keterampilan gelandang Juventus Leandro Paredes.

    “Leandro selalu bersama kami. Dia selalu terlibat, hanya karena dia tidak bermain bukan berarti kami tidak mempercayainya,” kata Scaloni kepada wartawan seperti dikutip Reuters.

    Dia menaksir pertandingan melawan Polandia itu sebagai laga yang berat karena tangguh dalam bertahan namun juga pandai memanfaatkan peluang gol sekecil apa pun.

    Dari ucapannya itu Scaloni terlihat seperti menjanjikan laga yang sengit melawan Polandia yang memang pertemuan paling menarik di Grup C karena menghadapkan dua striker paling maut di dunia yang sama-sama sudah menua.

    Keduanya adalah Lionel Messi yang berusia 35 tahun dan Robert Lewandowski yang berusia 34 tahun. Kedua pemain berada dalam Piala Dunia terakhirnya sehingga Qatar 2022 menjadi kesempatan terakhir mereka untuk bersinar bersama timnas masing-masing.

    Messi sendiri sudah mencetak dua gol dalam Piala Dunia 2022 yang salah satunya mengilhami hidupnya lagi asa Argentina lolos ke 16 besar setelah pada pertandingan pertama digasak 1-2 oleh Arab Saudi.

    Messi tengah memainkan putaran final Piala Dunia yang kelimanya dan tengah memanggul misi menyamai pencapaian Diego Maradona sang legenda, yakni mengangkat trofi juara dunia.

    “Kami harus memberikan ketenangan pikiran kepada semua orang agar bisa menyikapi permainan Polandia dengan cara berbeda,” kata Messi.

    Argentina menduduki urutan kedua Grup C dengan tiga poin yang berselisih satu poin di bawah Polandia. Mereka harus menang untuk memastikan ambisinya menjuarai Piala Dunia yang ketiganya bisa tetap hidup.

    Seandainya seri pun Argentina tetap bisa lolos, dengan syarat laga Meksiko melawan Arab Saudi berakhir imbang.

    Seperti halnya Messi, Lewandowski juga pencetak gol terbanyak sepanjang masa negaranya, Polandia.

    Dia telah tampil gemilang bersama Barcelona dan mengalami awal yang penting di Qatar ketika akhirnya mencetak gol Piala Dunia saat Polandia menaklukkan Arab Saudi 2-0.

    Gol perdananya dalam putaran final Piala Dunia itu membuat Lewandowski tak kuasa menahan air mata. “Semakin tua, saya semakin emosional, dan saya tahu ini mungkin Piala Dunia terakhir saya,” kata Lewandowski.

    Polandia, yang belum pernah mencapai babak knockout sejak terakhir kali melakukannya pada Piala Dunia 1986 cukup menahan imbang Argentina agar lolos ke 16 besar.

    Prediksi sebelas pemain pertama

    Polandia (4-4-2): Wojciech Szczesny; Matty Cash, Kamil Glik, Jakub Kiwior, Bartosz Bereszynski; Piotr Zielinski, Kystian Bielik, Grzegorz Krychowiak, Przemyslaw Frankowski; Arkadiusz Milik, Robert Lewandowski

    Argentina (4-3-3): Emiliano Martinez; Nahuel Molina, Nicolas Otamendi, Lisandro Martinez, Nicolas Tagliafico; Enzo Fernandez, Leandro Paredes, Rodrigo de Paul; Lionel Messi, Lautaro Martinez, Angel Di Maria

    Skenario pertandingan

    Dihadapkan kepada kemungkinan menghadapi juara dunia Prancis dalam babak 16 besar jika salah satu negara ini finis kedua dalam Grup C, maka Polandia dan Argentina sama-sama bertekad keras finis dengan status juara Grup C.

    Polandia berpotensi menyengsarakan Argentina dan membuat Lionel Messi penasaran sepanjang hidup. Sebaliknya Messi bisa mempertajam Argentina dengan meruncingkan ujung serangan Argentina sehingga finis urutan teratas.

    Pelatih Polandia Czesław Michniewicz cenderung mempertahankan sebelas pemain pertamanya di mana Arkadiusz Milik akan melanjutkan kemitraan di depan gawang lawan bersama Lewandowski sebagai tombak kembar di barisan serang.

    Namun Michniewicz memasang dua bek tengah dalam formasi standard 4-4-2 yang membuat penjaga gawang Wojciech Szczesny tetap dilindungi dengan baik oleh empat bek Matty Cash, Kamil Glik, Jakub Kiwior dan Bartosz Bereszynski, yang semuanya starter pada dua pertandingan pertama Polandia.

    Grzegorz Krychowiak yang tinggal empat penampilan lagi untuk mendapatkan cap ke-100 bersama Polandia, akan menemani Krystian Bielik di jantung pertahanan, sementara Zielinski dan Przemyslaw Frankowski beroperasi di sayap.

    Situasi lebih sulit dalam meramu tim justru dihadapi Scaloni yang memiliki gerombolan pemain berkualitas merata di semua lini. Namun kalaupun perubahan mesti dilakukan maka lini pertahanan dan lini tengah menjadi bagian yang harus dirombak.

    Lisandro Martinez dipastikan tetap bermitra dengan Nicolas Otamendi di tengah pertahanan Argentina, namun tidak demikian dengan posisi bek kanan.

    Dalam posisi itu, Gonzalo Montiel, Nahuel Molina dan Juan Foyth sama-sama berpeluang diturunkan sejak menit pertama dalam posisi itu. Sebaliknya Nicolas Tagliafico bakal tetap mengisi posisi bek kiri.

    Pemain lainnya yang bakal dilibatkan dalam starting lineup Argentina adalah pemain muda Enzo Fernandez yang menciptakan gol kedua Argentina saat mengalahkan Meksiko 2-0.

    Demikian pula dengan Leandro Paredes yang ditaruh di bangku cadangan saat melawan Meksiko. Tetapi menghadapi Polandia, dia mungkin dimasukkan lebih awal

    Lautaro Martinez dan Angel Di Maria tetap menjadi dua sayap yang mengapi Messi sebagai trisula serang Argentina. Tapi mereka masih memiliki Julian Alvarez dan Paulo Dybala yang siap menjadi supersub seperti Enzo Fernandez saat menghadapi Meksiko.

    Trio lini serang itu akan beradu tajam dengan duo striker Polandia Arkadiusz Milik dan Robert Lewandowski, atau lebih khususnya Messi melawan Lewandowski, sehingga laga ini lebih dari sekadar Argentina melawan Polandia.

    Statistik penting kedua tim

    Ini pertemuan ketiga antara Polandia dan Argentina dalam sebuah turnamen Piala Dunia. Polandia menang 3-2 pada 1974 dan Argentina menang 2-0 empat tahun kemudian.

    Argentina memenangkan enam dari total 11 pertemuan antara kedua negara, sedangkan Polandia memenangkan tiga termasuk yang terakhir pada laga persahabatan Juni 2011.

    Polandia tidak kebobolan dalam tiga pertandingan Piala Dunia terakhirnya, termasuk dua pertandingan pertama Piala Dunia 2022.

    Polandia memenangkan empat dari tujuh pertandingan pertamanya dalam Piala Dunia melawan tim-tim Amerika Selatan, namun kalah dalam tiga pertandingan terakhirnya tanpa mencetak satu gol pun.

    Argentina kalah dalam dua pertandingan Piala Dunia terakhir melawan negara-negara Eropa, masing-masing kalah 0-3 dari Kroasia dan 3-4 dari Prancis pada 2018.

    Polandia akan maju dengan setidaknya hasil imbang, sementara Argentina juga dapat maju dengan hasil imbang tergantung hasil pertandingan grup lainnya. (ANT)