Tag: Literasi Digital

  • Literasi Digital Dorong Netralitas TNI Jelang Pemilu 2024

    Literasi Digital Dorong Netralitas TNI Jelang Pemilu 2024

    PAPUA, BANPOS – Literasi Digital menjadi salah satu unsur yang mendorong netralitas anggota TNI dalam menyambut tahun pemilu 2024. Prajurit TNI tidak boleh menunjukkan keberpihakannya pada kubu tertentu.

    “TNI berkomitmen untuk tidak terlibat politik praktis dan akan fokus pada tugas pokok TNI,” jelas Wakil Komandan Satuan Siber Kolonel CHB Martanto Dwi Saksomo Hadi pada kegiatan Literasi Digital sektor Pemerintahan kepada Prajurit TNI Provinsi Papua di Swiss-Bel Hotel Kota Jayapura.

    Netralitas di ruang digital, termasuk media sosial juga menjdi perhatian penting. Ada beberapa larangan posting di media sosial bagi anggota TNI, salah satunya yaitu dukungan tokoh politik, baik saat bertugas dan mengenakan seragam maupun tidak.

    “Apabila terdapat anggota TNI yang mendapati alat peraga kampanye, dapat dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu),” tutur Martanto dalam keterangannya, dikutip Selasa (7/11/2023).

    Martanto menjelaskan, jika ingin mengunggah konten di media sosial, harus mempertimbangkan segala bentuk konsekuensinya, terlebih prajurit TNI juga membawa citra baik yang harus dijaga. Salah satu fokus utama ditekankan pada filterisasi kepada berita hoax.

    “Untuk mencegahnya itu ada 5, cermati alamat situs, periksa faktanya jangan gampang percaya, cek keaslian foto pakai google images, ikut serta grup diskusi anti-hoax, terus adukan juga ke Kemenkominfo di aduankonten.id,” ujar Martanto.

    Martanto berharap, dengan bijak bermedia sosial dapat mencegah kerugian terhadap institusi dengan tidak menyebarkan data dan rahasia penting.

    “Jangan latah untuk asal kirim, jadi saring sebelum sharing. Pelanggaran di medsos bisa dijerat UU ITE, sanksi disiplin militer, pidana militer atau pidana umum,” pungkas Martanto.

    Widyaiswara Kementerian Dalam Negeri Wawan Hermawan menyampaikan, kenetralan TNI dapat dibentuk dengan sikap kritis atas informasi yang diterima, menyaring kenenaran informasi, baru menyebarkannya.

    “Kita bisa menjaga netralitas TNI pada Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 dengan tidak memihak dan tidak memberi dukungan kepada partai politik mana pun,” ujar Wawan.

    Dukungan tersebut dapat berbagai macam wujudnya, termasuk dengan tidak memberi fasilitas sarana dan prasarana milik TNI kepada kubu tertentu.

    Di media sosial, tidak diperkenankan juga untuk mengunggah mengenai hal yang berbau dukungan kepada suatu pihak.

    “Keluarga prajurit TNI dilarang memberi arahan dalam menentukan pilih. Tidak boleh pula menanggapi komentar dan mengupload apapun terhadap hasil quickcount,” ujar Wawan.

    Dalam konteks etika digital, ketika akan mengunggah konten media sosial, para prajurit TNI diharapkan cukup paham bahwa ada moral dan tanggungjawab atas konten tersebut.

    “Jangan sampai Bapak dan Ibu saat mengakses internet malah melanggar rahasia yang dimiliki diri sendiri,” jelasnya.

    Menurutnya, perlu adanya peningkatan pemahaman akan penggunaan media digital, sehingga ketika secara teknis semakin baik, etikanya juga meningkat.(RMID).

    Berita Ini Telah Tayang Di RMID https://rm.id/baca-berita/nasional/195884/literasi-digital-dorong-netralitas-tni-jelang-pemilu-2024m

  • Literasi Digital Jadi Solusi Perangi Judi Online

    Literasi Digital Jadi Solusi Perangi Judi Online

    JAKARTA, BANPOS – Hadirnya judi online di dunia digital mencoreng wajah dunia digital Indonesia di tengah program-program percepatan literasi digital dan pemahaman warga Idonesia tentang kecakapan digital. Judi online semakin meresahkan masyarakat Indonesia.

    Jumlah korban judi online pun terus bertambah. Mulai dari korban finansial, hingga berakhir menjadi pelaku tindak kriminal.

    Demi memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya judi online, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bersama Siberkreasi menggelar diskusi Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk “Jernihkan Ruang Digital: Mari Berantas Judi Online”, Sabtu (19/8).

    Diskusi ini merupakan salah satu wujud Kominfo untuk terus meningkatkan kecakapan digital masyarakat Indonesia.

    Karena warga yang cakap digital tentu akan terhindar dari aksi-aksi kejahatan dunia maya serta penyakit masyarakat, termasuk judi online.

    “Yang kita harus tahu judi adalah salah satu penyakit masyarakat. Jauh sebelum hari ini judi sudah ada. Yang jadi maslaah adalah, ruangnya semakin terbuka sejak judi bisa dilakukan secara online. Kalau dulu, orang harus pergi ke suatu tempat. Sekarang di mana pun, orang bisa berjudi,” jelas Koordinator Divisi Konten Kreatif Siberkreasi, Oktora Irahadi.

    Dari jumlah banyaknya korban judi online yang terus bertambah dari hari ke hari, penyakit masyarakat ini bukan lagi dipandang sebagai masalah di tengah masyarakat.

    Sosilog Universitas Indoesia, Devie Rahmati menyebut keberadaan judi online saat ini bahkan sudah dipandang sebagai hiburan masyarakat.

    “Orang memang tidak lagi melihat judi sebagai sesuatu yang luar biasa membahayakan. Bahkan cenderung ini dijadikan satu alasan rekreasi yang paling mudah dan paling murah,” jelas Devie.

    Judi online jelas dapat merusak akhlak dan mental para korbannya. Yang sangat disayangkan, mayoritas pelaku judi online merupakan anak muda, yang merupakan penerus bangsa.

    Sementara itu, Founder Sobat Cyber Indonesia Al Akbar Rahmadillah mengatakan, Visi Indonesia di tahun 2045 itu, Indonesia akan menjadi negara maju, penyakit-penyakit masyarakat semacam ini tentunya akan merusak generasi muda yang menjadi penerus bangsa.

    ” Itu sebabnya kita harus berkolaborasi untuk makin gencar menanamkan literasi digital ke setiap kalangan masyarakat,” ujar Akbar. (RMID)

    Berita Ini Telah Terbit Di https://rm.id/baca-berita/government-action/184863/literasi-digital-jadi-solusi-perangi-judi-online

  • Pentingnya Teknologi Digital di EraTransformasi

    Pentingnya Teknologi Digital di EraTransformasi

    SULAWESI SELATAN, BANPOS – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan kegiatan Pekan Literasi Digital bersama kelompok masyarakat dan komunitas di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu.

    Pekan Literasi Digital menghadirkan narasumber-narasumber yang ahli di bidangnya untuk meningkatkan kapasitas literasi digital masyarakat umum dalam menggunakan teknologi digital dengan lebih optimal.

    Kegiatan ini diselenggarakan di Ballroom Lily B, Hotel Four Points by Sheraton Makassar, dengan dihadiri sekitar 500 peserta secara luring dan daring melalui platform Zoom Meeting.

    Berdasarkan hal tersebut, Kemenkominfo berkolaborasi dengan sejumlah komunitas dan kelompok masyarakat untuk melakukan literasi kepada masyarakat tentang materi yang didasarkan pada 4 Pilar Utama Literasi Digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

    Acara dibuka oleh Bonifasius Wahyu Pudjianto selaku Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo.

    Bonifasius menyampaikan bahwa transformasi digital membawa dampak positif bagi masyarakat, tetapi transformasi digital dan kemajuan teknologi juga mempunyai dampak negatif untuk masyarakat.

    “Transformasi digital dapat membawa dampak baik bagi masyarakat, namun dengan adanya kemajuan teknologi juga memiliki dampak negatif. Jangan sampai terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti kebocoran data dan penyebaran hoaks,” ujar Bonifasius dalam keterangannya, Rabu (21/6).

    Asisten II bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Makassar, Rusmayani Madjid menjelaskan, Pekan Literasi Digital Kota Makassar adalah sebuah langkah strategis dalam menghadapi kemajuan digital.

    “Pekan Literasi Digital yang dilaksanakan hari ini adalah sebuah langkah strategis dalam menghadapi kemajuan digital, banyak tantangan yang bisa dihadapi oleh kemajuan digital.” ujar Rusmayani.

    Pekan Literasi Digital Kota Makassar terbagi menjadi empat sesi, yaitu sesi Obral-obrol Literasi Digital (OOTD), sesi Kelas UMKM, Kelas Public Speaking dan Sesi Kelas Podcast. Sesi OOTD diisi Jusman (Kepala Bidang Aplikasi dan Informatika), Devie Rahmawati (Pegiat Literasi Digital Vokasi Universitas Indonesia), Rijal Djamal (Public Speaker, Content Creator dan CEO Bedabaik).

    Jusman menyampaikan bahwa kondisi Literasi Digital di kota Makassar pada saat ini memiliki indeks Literasi Digital sebesar 3,5 persen.

    Di Sulawesi Selatan, kepemilikan media yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp dan Facebook, dan mayoritas masyarakat Sulawesi Selatan mengakses internet pada pukul 07:01 – 10:00, dan 10:01 – 12:00.

    Adapun sebanyak 40.59 persen masyarakat Sulawesi Selatan menggunakan media sosial karena orang-orang terdekat seperti teman atau keluarga mereka menggunakan media sosial. Devie Rahmawati menjelaskan tentang pentingnya 4 pilar literasi digital bagi masyarakat.

    Ia menegaskan bahwa kecakapan digital tidak hanya sekedar mengedit foto atau video saja, Literasi Digital perlu dimiliki oleh masyarakat guna menghadapi transformasi digital.

    Rijal Djamal turut menambahkan tentang menyikapi transformasi digital dengan hal yang positif. Salah satunya adalah melalui industri kreatif yang beragam.

    “Kita bisa larikan ke industri kreatif dan ekonomi, literasi digital bagi saya adalah harga diri dan adaptasi maka peluangnya sudah pasti sisi positif dan sisi negatif yang menentukannya sisi positif dan negatif dari literasi digitalnya,” ujar Rijal.(RMID)