PULOMERAK, BANPOS – Maraknya isu tsunami yang bakal melanda Selat Sunda mendorong Korps Marinir TNI AL menggelar simulasi bencana di pesisir Kota Cilegon. Latihan ini mengantisipasi skenario terburuk soal potensi tsunami 8 meter di Cilegon yang disampaikan BMKG.
Latihan itu melibatkan kapal perang hingga helikopter. Selain itu, sekitar 563 personel ikut terjun dalam latihan tersebut. Simulasi penanggulangan bencana menitikberatkan pada evakuasi korban selamat dan luka-luka. Kapal perang hingga helikopter dikerahkan untuk mengevakuasi korban. Para korban dibawa ke daerah pegunungan di Cipala, Kecamatan Pulomerak.
Komandan Pasmar 1 Brigjen TNI (Mar) Hermanto menyampaikan bahwa latihan yang dilakukan bukan hanya latihan teknis lapangan, tetapi juga pengenalan bencana gempa bumi, pengenalan bencana tsunami, teknik penyuluhan, serta mitigasi bencana gempa bumi dan mitigasi bencana tsunami.
“Latihan saat ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko adanya bencana alam tsunami, juga perlu adanya pembekalan berupa pendidikan/edukasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat, dimana latihan saat ini dilaksanakan,” kata Hermanto di Cilegon, Rabu (15/12).
Meski demikian, Hermanto mengatakan masyarakat tidak perlu panik. Karena menurutnya, BMKG tidak bermaksud memberikan prediksi bahwa akan terjadi tsunami selama periode Natal 2021 dan tahun baru 2022.
“Cilegon hanya sebagai contoh, salah satu wilayah yang rawan dan memiliki potensi tsunami seperti halnya wilayah lain di Indonesia yang memiliki potensi dan catatan sejarah tsunami,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan akan adanya cuaca buruk jelang libur Natal dan Tahun Baru 2022 yang melanda Indonesia. Menurut Dwikora, salah satu bencana tersebut adalah terjadinya potensi tsunami di wilayah Cilegon, Banten. Bahkan berpotensi mengalami skenario terburuk dengan gelobang tsunami setinggi 8 meter.
“Kami berikan informasi zona yang rawan tsunami misalnya di Cilegon, Banten itu juga tempat wisata di Selat Sunda dapat berpotensi skenario terburuk mengalami tsunami dengan ketinggian hingga 8 meter,” ujar Dwikorita dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Jakarta, Rabu (1/12) lalu.(LUK/ENK)