Tag: MUI BANTEN

  • Momen Kunjungi Ketua MUI Banten, DJP Sampaikan Edukasi Pentingnya Perpajakan

    Momen Kunjungi Ketua MUI Banten, DJP Sampaikan Edukasi Pentingnya Perpajakan

    PANDEGLANG, BANPOS – Kepala Kanwil DJP Banten, Yoyok Satiotomo, beserta jajaran melakukan kunjungan kerja ke Ketua MUI Provinsi Banten KH. Tb. Hamdi Ma’ani, Rabu (16/3). Momen ini dijadikan sebagai bagian daripada silaturahmi dengan Kyai Hamdi yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) Pusat Menes, Pandeglang.

    “Kunjungan ini adalah kunjungan rutin kakanwil DJP Banten guna menjalin hubungan baik dan sekaligus memberikan edukasi perpajakan ke pondok-pondok pesantren di Provinsi Banten,” ujar Yoyok, dalam siaran Pers yang diterima BANPOS.

    Pada kesempatan tersebut, Yoyok menyambut baik poin yang disampaikan oleh Kyai Hamdi. Ia pun mengajak serta Kyai Hamdi untuk menjadi katalisator dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

    Dalam kesempatan ini, Kyai Hamdi juga menyampaikan imbauannya agar seluruh masyarakat Indonesia segera melaporkan SPT Tahunannya dan memadankan NIK menjadi NPWP. Tak hanya itu, ia mengapresiasi atas kehadiran Kakanwil DJP Banten beserta jajaran serta mengatakan bahwasanya ulama dan umaro atau pemerintah adalah dua penopang penting negara Indonesia.

    “Ulama dan umaro harus saling mendukung untuk menciptakan ketentraman dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujar Kyai Hamdi.

    Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian cinderamata, ramah tamah, dan foto bersama. Untuk diketahui, MALNU adalah salah satu lembaga pendidikan populer yang dimiliki NU di Menes, Pandeglang, Banten. (MUF)

  • Teologi Belajar di Rumah

    Teologi Belajar di Rumah

    Dibalik wabah Covid-19 yang melanda dunia saat ini terdapat hikmah yang menyadarkan kita tentang tanggung jawab pendidikan.

    Dalam keyakinan Islam dijelaskan bahwa tanggungjawab pendidikan anak terletak pada keluarga di Rumah, terutama dalam menanamkan iman dan takwa serta akhlak mulia. Orangtua waib menanamkan iman dan takwa kedalam hati sanubari seluruh anggota keluarga, sehingga semua terbebas dari api neraka.

    “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (Qs. At-Tahrim [66]: 6).

    Dalam tradisi Islam, rumah adalah tempat tinggal yang nyaman untuk berbagi cinta dan kasih sayang, belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

    Pendidik di rumah adalah orangtua –khususnya ibu– bersama anggota keluarga lainnya. Ibu adalah orang pertama yang memberikan sentuhan kasih sayang, mulai dari mengandung, melahirkan dan menyususi selama dua tahun sempurna, hingga mengasuhnya dengan interaksi yang bersifat edukatif.

    Maka, sangat tepat jika ibu disebut sebagai madrasah utama sebagaimana diungkapkan Hafezd Ibrahim “Ibu adalah madrasah, apabila dipersiapkan dapat membentuk bangsa yang baik lagi kuat”.

    Dalam bahasa Arab, “ibu” dilambangkan dalam kata “Umm”. Kata “Umm” ini seakar kata dengan kata “Imam” yang menggambarkan konsep kepemimpinan dan kata “Ummah” yang menggambarkan kesatuan sosial atau bangsa.

    Melalui pendekatan kebahasaan ini dapat ditarik pemahaman, bahwa ibu (“Umm”) memiliki peran strategis sebagai madrasah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa (“Ummah”) yang bermartabat, dengan kepemimpinan (“Imam”) masa depan yang memiliki integritas watak, ketajaman intelektual dan kreativitas yang tinggi, serta memiliki jiwa leadership yang mantap dan penuh percaya diri.

    Di sinilah peran strategis keluarga khususnya ibu dalam mewujudkan doa berikut:

    “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqan [25]: 74).

    Berkenaan dengan posisi ibu dan wanita pada umumnya tersebut ada pepatah yang menyatakan: “Wanita adalah tiang negara”.

    Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas perempuan yang bertanggung jawab mendidik anak-anak yang mereka lahirkan, dan ditentukan oleh seberapa besar komitmen mereka mencurahkan energi dalam memerankan fungsi pengasuhan dan pendidikan anak itu secara sungguh-sungguh dan istiqomah.

    Peran mulia ini tentu tidaklah dapat diberikan kepada “sembarang wanita” karena wanita yang tidak bertanggung jawab hanya akan melahirkan anak-anak yang terlantar, tunas bangsa yang tidak kenal aturan dan keadaban.

    Sehubungan dengan itu, Islam sejak awal telah memberikan nasihat kepada para pemuda untuk memilih pasangan hidup secara selektif.
    Faktor agama menjadi pertimbangan penting dalam memilih pasangan hidup. Indikator kualitas dari faktor agama ini dalam pandangan penulis meliputi: (1) kesehatan jasmani dan rohani, (2) beriman dan bertakwa kepada Allah swt. serta berbudi luhur, (3) cerdas dan memiliki komitmen dalam pendidikan anak, (4) memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu jiwa dan pendidikan anak. Hanya perempuan yang memiliki komitmen kepada agama, yang dapat dipercaya dan diharapkan dapat membina generasi Islam masa depan.

    Selain menekankan faktor agama sebagai landasan, Islam mengharuskan suami agar sepadan (kufu) dengan isterinya. Karena perkawinan adalah hubungan di antara dua keluarga bukan hanya antara dua pribadi, maka mayoritas ahli fikih mensyaratkan kesepadanan (al-kafa’ah) suami dengan keluarga isteri agar dapat langgeng pergaulan di antara keluarganya.

    Dengan dasar pilihan itu, keluarga dapat diharapkan bertanggung jawab mendidik anak menjadi keluarga sakinah.

    “Mereka (isteri) adalah pakaian bagimu dan kamu (suami) pun adalah pakaian bagi mereka”. (QS. Al-Baqarah [2]: 187).

    Tali kasih yang diikat dalam akad nikah ini akan langgeng ketika pasangan suami-isteri, saling memahami hak dan kewajiban mereka, dan mampu bekerja sama dalam menunaikan kewajiban bersama mendidik anak.

    Rumah dirancang secara sadar, teratur dan terarah sebagai madrasah, home-based learning di mana anak belajar 24 jam: mulai bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.

    Mulai bangun tidur pada waktu sahur di sepertiga malam; sholat subuh disertai tadarus Al-Qur’an, dhuha sebelum bekerja dan istirahat saat dzuhur, dilanjutkan dengan refleksi pada waktu ashar hingga maghrib. Kemudian tidur sesudah isya’.

    Keteraturan ini, diharapkan mampu menumbuhkan pola hidup sehat, sopan, percaya diri, berani, kreatif, dan bijaksana.
    Keunggulan pendidikan anak di rumah adalah belajar tanpa instruksi, konstekstual, tematik, dan nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Anak bersama orangtua dapat belajar sesuai minat, bakat, dan gaya belajar masing-masing.

    Pendidikan keluarga kepada anak dapat dilakukan melalui pembiasaan, pendelegasian, magang dan pemberian tanggung-jawab untuk melaksakan tugas tertentu mewakili keluarga. Tugas dapat berupa pekerjaan di rumah, ladang, bengkel kerja, laboratorium, ruang kesenian, perpustakaan.

    Pendidik di Rumah tidak hanya dilakukan oleh orangtua. Orangtua dapat mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya, sebagaimana para bangsawan pada zaman dahulu. Wabah Covid-19 mengingatkan kita tentang akar teologis belajar di rumah yang berlaku sejak dahulu.***

  • Tahap Kedua, Satgas Covid-19 MUI Banten Salurkan 1.000 Paket Sembako

    Tahap Kedua, Satgas Covid-19 MUI Banten Salurkan 1.000 Paket Sembako

    SERANG, BANPOS – Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 MUI Banten menyalurkan bantuan tahap kedua dari program Gerakan Amal Umat 10.000 paket sembako, kepada para kyai, ustaz, guru ngaji dan santri yatim sebanyak 1.000 paket.

    Bantuan tahap kedua tersebut didistribusikan melalui pengurus Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) di kota dan kabupaten se-Provinsi Banten.

    Ketua Satgas Covid-19 MUI Banten, Fadlulloh, mengatakan bahwa penyaluran bantuan tersebut merupakan penyaluran tahap kedua. Sementara tahap pertamanya dilakukan pada Rabu (22/4) yang lalu.

    “Ini merupakan bagian dari gerakan amal ummat 10.000 paket sembako. Ini merupakan tahap kedua, dan ada 1.000 paket sembako yang kami bagikan melalui jaringan FSPP Provinsi Banten,” ujarnya yang juga merupakan Sekretaris Jendral FSPP Banten, Kamis (30/4).

    Menurutnya, dengan disalurkannya tahap kedua ini, maka gerakan yang dinisiasi oleh MUI Banten, FSPP Banten, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Laz Harfa, serta Banten Pos, Kabar Banten dan Radar Banten ini menyisakan 5 tahap lagi.

    “Kami ini akan 7 tahap. Nanti tahap ketiga merupakan tahap kunutan yakni pertengahan Ramadan. Selanjutnya tahap Lailatul Qodr yaitu akhir Ramadan. Tahap kelima sampai ketujuh itu Selametan Fitrah yang disalurkan pada bulan Syawal,” jelasnya.

    Mengenai target paket sembako yang akan disalurkan, Fadlullah mengatakan bahwa sebanyak-banyaknya. Sebab menurutnya, 10.000 paket sembako yang dimaksud yaitu sebanyak mungkin yang dapat disalurkan oleh pihaknya.

    “Sebenarnya 10.000 itu bukan benar-benar jumlah 10.000. Tapi ini berarti bahwa kita kumpulkan sebanyak-banyaknya kebaikan dari umat, untuk membantu para kiyai, ustaz, guru ngaji dan santri yatim,” jelasnya.

    Di tempat yang sama, Ketua Presidium FSPP Banten, KH. Sulaiman Efendi, mengatakan bahwa meskipun Gerakan Amal Umat 10.000 Paket Sembako ini diperuntukkan bagi para kyai, ustaz, guru ngaji dan santri yatim, namun tidak menutup kemungkinan dapat disalurkan juga kepada masyarakat umum.

    “Tidak menutup kemungkinan untuk disalurkan kepada masyarakat umum. Kami tidak menutup mata bahwa di sekitar pesantren itu ada masyarakat yang fuqara masakin (fakir miskin) yang mengalami kesulitan karena dampak Covid-19 ini, juga akan kami bantu,” ucapnya.

    Ia pun berharap, masyarakat yang memiliki kelebihan harta dapat mendermakan hartanya bagi mereka yang membutuhkan. Baik melalui pihaknya, maupun melalui pihak lain yang juga menggalang bantuan.

    “Sangat berharap kepada para aghnia, kepada kaum muslimin dan bangsa Indonesia yang punya kemampuan diberikan oleh Allah kelebihan harta, agar meningkatkan kepedulian kita, mau menyisihkan untuk berbagi. Karena berbagi itu indah,” tandasnya. (DZH)

  • MUI Banten Cegah Covid-19 Lewat Literasi

    MUI Banten Cegah Covid-19 Lewat Literasi

    SERANG, BANPOS – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten membentuk Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Mereka akan melakukan mencegahan korona melalui gerakan literasi. Sementara, penggalangan bantuan dilakukan FSPP, Dewan Masjid Indonesia dan Laz Harfa.

    Hal tersebut terungkap dalam rapat persiapan rencana aksi pencegahan covid-19 dan penanganan dampak virus tersebut, di Gedung MUI Banten, KP3B, Selasa (21/4).

    Ketua Gugus Tugas Covid-19 MUI Banten, Fadlullah seusai rapat persiapan pengatakan, pembentukan Gugus Tugas Covid-19 MUI Banten merupakan bagian dari peran MUI dalam mencegah penyebaran virus korona.

    Namun, gerakan MUI dalam mencegah penyebaran virus korona lebih banyak soal pemberian pemahaman kepada warga tentang kegiatan keagamaan di saat mewabahnya virus korona.

    Itu sebabnya, MUI mendorong ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat atau pihak-pihak lain bersama melakukan gerakan literasi, baik melalui tulisan maupun rekaman video.

    Adapun materi yang disampaikan antara lain berisi imbauan keagamaan, pembahasan fatwa MUI terkait covid-19, dan cerita inspiratif masyarakat tentang aktivitas keagamaan yang dilaksanakan di rumah masing-masing.

    Materi, kata Fadlullah, bisa juga berkaitan dengan isu-isu terkini, termasuk menangkal berita bohong (hoaks) yang disebarkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

    “Oleh karena itu, kami mendorong para ulama, tokoh masyarakat untuk bersama menuliskan dan menyampaikan imbauan. Apalagi, sekarang ini menjelang bulan Ramadadan. Para ulama bisa menyampaikan bagaimana pelaksanaan tarawih, idul fitri dan Salat Jumat di tengah wabah korona ini,” katanya.

    Selain itu, MUI juga akan terus menyebarkan fatwa ulama yang berkaitan dengan covid-19.

    “Kami berharap bisa menghimpun dan menyebarkan seratus pesan melalui artikel dan seratus pesan melalui video,” ucapnya.

    Terkait dengan bantuan, kata Fadlullah, diserahkan kepada pihak FSPP dan Laz Harfa, baik dalam menghimpun maupun mendistribusikan bantuan, termasuk sasaran penerima bantuan.

    Litbang FSPP Banten, Wari Sadeli mengusulkan, agar areal masjid menjadi krisis center penanganan warga terdampak covid-19.

    Ia mencontohkan, areal masjid bisa menjadi pusat logistik, sehingga ketika ada masyarakat yang terdampak covid-19 bisa langsung ditangani.

    “Selain menghimpun bantuan, kami juga akan mengidentifikasi kondisi masyarakat. Kami khawatir ada masyarakat yang mengalami kelaparan, sebagai dampak dari penyebaran covid-19,” katanya.

    Hadir dalam kesempatan itu, Ketua DMI Banten, Rasna Dahlan, perwakilan dari Laz Harfa, perwakilan FSPP Banten dan tim Gugus Tugas Covid-19 MUI Banten. Sebelum rapat, Gugus Tugas menerima bantuan 500 masker dari Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Banten. Banten diterima Ketua MUI Banten AM Romly.(RED)