Tag: Musim Kemarau

  • Imbas Kekeringan, Warga Cihara Serbu Muara Sungai untuk MCK

    Imbas Kekeringan, Warga Cihara Serbu Muara Sungai untuk MCK

    BAKSEL, BANPOS – Akibat musim kemarau panjang selain berdampak pada pertanian juga membuat
    masyarakat kesusahan mendapatkan air untuk mandi cuci dan kakus (MCK), seperti yang dialami di
    Cihara Lebak selatan (Baksel), tepatnya di Kecamatan Cihara, Minggu (29/10).

    Warga turun beramai-ramai turun ke muara sungai Cihara, untuk mandi dan mengambil air guna
    memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Menurut mereka, karena kemarau yang lama membuat warga harus turun mandi dan mencuci ke
    sungai, bahkan harus mengambil air sungai untuk dibawa ke rumah mereka, meski jarak tempuhnya
    lumayan jauh.

    Warga yang datang ke muara sungai Cihara itu berasal dari Desa Cihara dan Karangkamulyan. Padahal
    jarak tempuh menuju kali sungai tersebut lumayan jauh, antara tiga hingga lima kilometer dari
    permukiman mereka.

    “Ya gimana lagi kalau gak ke sini, sebab air sumur yang ada di rumah dan dekat rumah sudah kering
    semua. Walau jarak ke sini lumayan jauh, tiga kiloan, tapi mau gak mau terpaksa saya dan istri harus ke
    sini. Selagi istri saya nyuci saya mengangkut air untuk dibawa ke rumah pake motor,” kata Mahali, warga
    Cihara.

    Menurutnya, setiap pagi dan sore muara sungai tersebut selalu diserbu warga. “Jika sore dan pagi hari
    di muara sungai Cihara ini pasti ramai oleh warga yang hendak mandi dan nyuci,” terangnya.

    Senada disampaikan oleh Silvi, warga Lame Copong, Karangkamulyan. Menurutnya, untuk mendapatkan
    air bersih sudah benar-benar mengalami kesulitan, sedangkan musim hujan belum bisa dipastikan.

    “Saya hanya bisa berharap agar musim hujan segera datang, karena saya dan warga yang lain sangat
    kesusahan untuk mendapat air bersih. Apalagi kalau pas pulang kerja posisi badan capek, tapi untuk
    mandi saya harus ke sungai muara Cihara ini. Jaraknya sekitar lima kilo meteran lah, lumayan jauh dari
    rumah saya,” keluhnya.

    Diketahui, kondisi serupa juga terjadi di kawasan kecamatan lain di Baksel. Seperti Bayah, Cijaku,
    Cigemblong dan Banjarsari. Sementara, di area Malingping pada Minggu petang (29/10), hujan mulai
    turun deras sekitar satu jam. (WDO/DZH)

  • Aktivis Lingkungan Puji Pemkot Tangerang

    Aktivis Lingkungan Puji Pemkot Tangerang

    TANGERANG, BANPOS – Penanganan kebakaran yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing oleh Pemkot Tangerang, kembali mendapat pujian. Setelah sebelumnya dipuji oleh pusat, kali ini
    Pemkot Tangerang mendapat pujian dari aktivis lingkungan.

    Peneliti Iklim dan Energi pada Greenpeace Indonesia, Haflah Leste Distincta, mengungkapkan bahwa kebakaran TPA yang tengah terjadi di beberapa kota di tengah musim kemarau, memang menjadi fenomena baru yang tengah dipelajari Greenpeace Indonesia.

    “Dengan itu, kejadian TPA Rawa Kucing juga menjadi pantauan kami, sejak hari kejadian. Kalau melihat situasi ini, dengan kondisi yang sudah kondusif, tersisa kepulan asap saya rasa ini luar biasa.

    Tergolong penanganan yang cukup cepat,” tegas Haflah, Rabu (25/10).
    “Kami memantau penanganan dari daerah-daerah lainnya di Indonesia.

    Dengan apa pun itu penanganannya, Kota Tangerang tergolong cukup cepat,” sambungnya.

    Ia pun menyatakan, cepatnya penanganan saat kejadian ini harus dilanjutkan dengan cepatnya regulasi atau tindakan-tindakan penanganan lanjutan. Sehingga, kondisi ini tidak kembali terjadi, dengan kerugian yang lebih banyak lagi.

    Kejadian ini menurutnya, perlu menjadi perhatian semua pihak untuk bisa menghadirkan regulasi terbaik untuk pemulihan lingkungan.

    Pemerintah perlu mempertimbangkan langkah dan mitigasi atau adaptasi yang lebih ambisius dan strategis. Yakni, melalui kebijakan dan regulasi dalam merespon fenomena yang berkaitan dengan krisis iklim saat ini, katanya.

    Terpisah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebut, strategi penanganan kebakaran TPA Rawa Kucing cukup cepat. Bahkan, Kota Tangerang yang tergolong daerah paling terakhir mengalami kebakaran, tapi penanganannya tergolong paling cepat terlihat progresnya.

    “Kebetulan saya lagi di Bandara Soekarno Hatta dan melihat kondisi kejauhan TPA Rawa Kucing, dan memang terus memantau kondisinya sejak awal dengan daerah-daerah lainnya, yang TPA-nya juga
    kebakaran. Kota Tangerang tergolong paling akhir, tapi malah terlihat lebih cepat (penanganannya),” ungkap Manager Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang WALHI, Dwi Sawung.

    Ia pun menuturkan bahwa penanganan kebakaran TPA yang tengah terjadi di wilayah lain, harus seperti Kota Tangerang. Yakni, penanganan yang cepat, perbantuan yang datang juga cepat, terpenting koordinasi banyak pihak yang kuat.

    “Terlepas kebakaran TPA Rawa Kucing berdekatan dengan Bandara Soetta, sehingga harus dipercepat atau apa pun itu. Harusnya penanganan daerah lain, juga harus bergerak cepat dengan strategi yang benar, seperti Kota Tangerang,” ucapnya.

    Meski demikian, ia mengakui jika terdapat sejumlah kekurangan alamiah yang dialami oleh daerah lain, yang juga mengalami peristiwa kebakaran TPA. Salah satunya yakni suplai air yang tidak bisa sebanyak dan secepat di Kota Tangerang.

    “Daerah lain, saya lihat kendalanya ialah keterbatasan atau kesulitan sumber air, dan teknik pemadaman yang salah. Saya rasa, dekatnya Sungai Cisadane menjadi nilai kuat dalam percepatan
    penanganan TPA Rawa Kucing,” tandasnya. (DZH)

  • Harga Beras Bikin Resah

    Harga Beras Bikin Resah

    SERANG, BANPOS – Dampak El Nino semakin hari semakin terasa, musim kemarau yang
    berkepanjangan membuat proses tanam pun menjadi terganggu bahkan petani banyak yang
    mengalami gagal panen. Hal tersebut akhirnya berdampak pada mahalnya harga beras di
    pasaran yang juga mengakibatkan penjual beras pun mengalami penurunan pendapatan.

    Salah seorang penjual beras di Pasar Induk Rau, Bahrudin mengungkapkan, harga beras saat
    ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari harga biasanya.

    “Harga beras saat ini untuk yang kualitas medium Rp15 ribu perkilogram yang sebelumnya
    hanya Rp13 ribu perkilogram. Untuk beras kualitas sedang berada pada kisaran Rp14 ribu
    perkilogram sebelumnya Rp12 ribu perkilogram, kemudian untuk yang kualitas standar Rp13
    ribu perkilogram dari sebelumnya hanya Rp10 ribu perkilogram,” ungkapnya, Rabu (27/9).

    Bahrudin mengatakan, untuk minggu ini harga beras cenderung stabil karena tidak ada
    kenaikan. Pasalnya, harga beras setiap hari biasa mengalami kenaikan sebesar Rp200
    perkilogram, hal itu membuat banyak konsumen mengeluhkan harga beras yang terus
    mengalami kenaikan.

    Bahrudin juga menerangkan, akibat dari kenaikan harga tersebut, juga mempengaruhi pada
    daya beli masyarakat yang biasanya membeli satu karung beras saat ini hanya separuhnya.

    “Jangka waktu naiknya cepet, setiap hari biasanya naik Rp200. Makanya konsumen itu
    banyak mengeluh kok harganya naik terus. Ya info dari sana naik jadi mau tidak mau kita
    naikin, masa di produsen naik kita harganya tetap,” katanya.

    “Omset penjualan juga turun, biasanya Rp25 juta perhari sekarang paling dapet Rp15 juta
    perhari, jadi merosot banget,” sambungnya.

    Menurutnya, harga beras mengalami kenaikan lantaran harga padi yang saat ini cukup tinggi.
    Selain itu juga banyak petani yang mengalami gagal panen karena kemarau.

    Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, harga beras satu karung biasanya hanya Rp200 ribu
    perkarung, namun saat ini lebih dari Rp300 ribu perkarung. Selain itu, ia memprediksi pada
    bulan November dan Desember 2023 harga beras satu karung akan menyentuh kisaran Rp400
    ribu.

    “Prediksi toko harga beras bulan Februari 2024 stabil, untuk bulan November dan Desember
    2023 diprediksi akan meledak karena sedang dalam masa tanam dan musim kemarau,”
    ungkapnya.

    Bahrudin berharap harga beras bisa segera kembali stabil, sehingga para konsumen tidak lagi
    mengeluhkan harga beras yang mahal.

    Sementara itu, salah satu pembeli beras, yang juga merupakan seorang penjual nasi uduk di
    Kota Serang, Somi mengatakan, harga beras terus mengalami kenaikan sedangkan harga
    penjualan nasi uduknya tidak ia naikan. Hal tersebut juga akhirnya membuat pendapatannya
    pun menurun.

    “Beras sekarang makin naik, sedangkan kita penjualan sebagai tukang uduk harganya masih
    segitu ngejualnya,” katanya.

    “Biasanya beli satu liter beras seharga Rp9 ribu sampai Rp10 ribu perkilogram, tetapi saat ini
    naik menjadi Rp11 ribu hingga Rp12 ribu perkilogram. Ya pendapatannya turun, pas-pasan,” tambahnya.

    Dirinya juga mengatakan, meskipun ada kenaikan harga beras, ia tidak mengurangi porsi
    nasinya. Karena jika mengurangi porsi nasi, kemungkinan akan membuat pelanggannya
    berpindah ke tempat lain. Selain itu, Somi berharap agar harga beras bisa secepatnya kembali
    turun.

    “Harapan saya sih normal lagi. Supaya kita ada lebihnya. Kalau terus-terusan begini kita
    jualan tidak ada lebihnya,” tandasnya. (CR-01/AZM) 

  • Kekeringan Makin Gawat

    Kekeringan Makin Gawat

    SERANG, BANPOS – Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan banyak sawah yang kekeringan dan mengalami puso. Sementara, sebanyak 419 desa di Provinsi Banten mengalami krisis air bersih.

    Melihat hal tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Serang mendorong agar Pemerintah Kota Serang agar lebih serius dalam menangani kekeringan yang saat ini juga melanda Kota Serang.

    Dewan juga mendorong agar Pemkot bisa menaikan status bencana kekeringan di Kota Serang. Pasalnya, saat ini sudah terdapat sebanyak lima kecamatan dari enam kecamatan di Kota Serang yang kesulitan air bersih karena kemarau panjang.

    Bahkan terdapat sebanyak 2.364 rumah warga telah terdampak kekeringan sejak awal Agustus 2023 lalu Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Kota Serang Hasan Basri mengatakan, Pemkot Serang seharusnya segera membahas status darurat bencana kekeringan di Kota Serang.

    “Kalau memang kondisinya sudah memenuhi kualifikasi, seharusnya pemkot segera membahas itu. Apalagi, sudah ada lima kecamatan dan dampaknya sudah meluas,” katanya, Senin (25/09).

    Ketua DPD PKS Kota Serang ini juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mendorong agar Pemkot Serang untuk segera menaikan status darurat bencana di Kota Serang. Terlebih, sudah ada lima kecamatan dan 29 desa yang mengalami kondisi kekeringan.

    “Kami, dari dewan akan mendorong itu. Karena ini menyangkut kebutuhan masyarakat, apalagi air merupakan hal utama bagi kehidupan dan itu kebutuhan mendasar,” ungkapnya.

    Hasan menerangkan, saat ini pimpinan DPRD Kota Serang sudah tidak lagi masuk dalam forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) Kota Serang.

    “Walaupun pimpinan DPRD tidak lagi masuk dalam Forkopimda, namun kami tetap akan mendorong itu,” terangnya.

    Dirinya juga mengatakan, sehingga memang apabila Pemkot Serang telah menetapkan status kebencanaan Kota Serang dari status siaga darurat menjadi siaga darurat, penanganannya pun akan lebih maksimal.
    “Saya kira harus serius dan segera melakukan itu. Supaya penanganannya matang dan maksimal,” tandasnya.

    Sementara itu diketahui, Sawah padi di wilayah Provinsi Banten yang mengalami gagal panen atau puso seluas 514,05 hektare.

    “Hasil monitoring kami, sawah yang terkena kekeringan 4.722 hektare, yang puso 514 hektare, yang kategori berat 887 hektare, sedang 1632 hektare dan ringan 1789 hektare” kata Kepala Dinas Pertanian Banten, Agus M Tauchid.

    Ia menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun, sawah yang mengalami gagal panen tersebar di Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.

    “Terparah masih di Kabupaten Serang mencapai 1266 hektare kekeringan, pusonya mencapai 348 hektare. Paling sedikit Lebak 457 hektare kekeringan, yang puso 3 hektare,” katanya.

    Meski demikian, dari sawah gagal panen, berdasarkan data hanya sebagian kecil yang mengalami gagal panen. “Yang puso 0,1 persen dibanding luas lahan angka tanam padi di Banten seluas 465 ribu hektar. Kalau dilihat dari nilai kerugian lumayan besar,” imbuhnya.

    Dikatakan Agus, untuk petani terdampak gagal panen, nantinya akan mendapatkan bantuan dari Pemprov Banten berupa bantuan per hektare sebanyak 26 kilogram benih.

    “Untuk kerugian material sekitar 2.570.000 ton padi hilang dari jumlah 514 hektare sawah yang gagal panen,” katanya.

    Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan, ratusan desa terdampak kekeringan tersebar di enam kabupaten/kota Provinsi Banten. Di antaranya Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Kota Serang dan juga Kota Cilegon. Dari semua wilayah yang disebutkan itu Tangerang Raya menjadi wilayah yang paling parah terdampak kekeringan.

    “Yang paling banyak terdampak kekeringan itu Tangerang Raya 37 kecamatan, disusul Pandeglang 22 kecamatan,” katanya.

    Sementara untuk Kabupaten dan Kota Serang sebanyak 8 kecamatan, Kota Cilegon 3 kecamatan, lalu Kabupaten Lebak 13 kecamatan. “Total ada 75 kecamatan yang mengalami kekeringan,” ujarnya.

    Ia menambahkan, jumlah tersebut kemungkinan dapat terus bertambah. Pasalnya, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), badai El Nino akan terus berlangsung hingga Desember 2023.

    Meski telah ditetapkan status darurat bencana kekeringan, Nana menjelaskan, kekeringan tahun ini tidak separah kekeringan di tahun sebelumnya. “Tapi menurut BMKG kekeringan tahun ini tidak separah kekeringan tahun 2015, ini pada level menengah,” ungkapnya.

    Terkait dengan cadangan air untuk distribusi bantuan, disebut sejauh ini masih mencukupi. “Cadangan air kita secara umum kan sumur bor itu masih ada. Karena yang mengering itu kayak sungai saja,” tandasnya. (CR-02)

  • Kabupaten Tangerang Krisis Air Bersih

    Kabupaten Tangerang Krisis Air Bersih

    TANGERANG, BANPOS – Sebanyak 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, mengalami krisis air bersih. Jumlah tersebut hampir sebagian dari keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, yakni sebanyak 29 kecamatan.

    Menghadapi kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang
    terus berupaya mengoptimalkan pendistribusian air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan
    kecamatan-kecamatan yang mengalami kekeringan.

    “Sudah ada 11 kecamatan di kabupaten mengalami krisis air bersih. Tapi tidak seluruhnya per-
    kecamatan itu alami kesulitan (air), hanya di beberapa desanya saja. Dan kekeringan itu akibat musim kemarau dampak dari fenomena El Nino,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Tangerang, Ujat Sudrajat, Selasa (12/9).

    Menurutnya, dari kecamatan yang mengalami kesulitan air bersih itu di antaranya Kecamatan Panongan, Curug, Tigaraksa, Jambe, Cikupa, Kresek dan Kronjo serta beberapa kecamatan yang ada di wilayah Utara Kabupaten Tangerang.

    “Memang tidak seluruh kecamatan, tapi dalam satu kecamatan ada beberapa desa dan kelurahan yang terdampak. Karena warga mayoritas menggunakan air tanah,” katanya.

    Ia mengungkapkan, BPBD Kabupaten Tangerang hingga kini terus mengoptimalkan pendistribusian air
    bersih untuk masyarakat yang terdampak kekeringan tersebut. Selain itu, pihaknya juga kini telah
    menyiapkan satu rit (satu kali perjalanan) air bersih untuk pendistribusian sebanyak 30 kubik.
    Dalam sehari, kata dia, timnya bisa sampai lima atau enam rit menyalurkan air bersih kepada warga.

    Karena, bukan hanya kawasan pemukiman, akan tetapi ke tempat ibadah (masjid) dan sekolah untuk
    keperluan mandi cuci kakus (MCK). “Kami (BPBD, Red) dalam penyaluran air bersih berkoordinasi dengan Dinas Perkim (Perumahan dan Pemukiman, Red), PDAM serta PMI. Karena armada mobil tangki BPBD terbatas,” ungkapnya.

    Selain krisis air bersih, selama fenomena El Nino ini pula terjadi banyak peristiwa kebakaran. Tercatat, sebanyak 206 peristiwa atau insiden kebakaran melanda wilayah Kabupaten Tangerang selama periode Agustus-Juli 2023.

    Hal ini disebabkan musim kemarau dampak dari fenomena El Nino yang menelan kerugian mencapai
    miliaran rupiah. “Ada 206 insiden kebakaran periode Agustus-Juli 2023 ini. Di mana saat ini tengah terjadi kekeringan akibat musim kemarau dampak dari fenomena El Nino,” kata Ujat Sudrajat.

    Ia menyebut sekitar 60 persenan yang menjadi objek kebakaran itu adalah lahan kosong, lahan kering, perumahan, dan kawasan industri. Penyebabnya mulai dari proses pembakaran sampah, baik limbah rumah tangga, sampah serta percikan api, sementara kerugian mencapai miliaran rupiah. (DZH/ANT)

  • Masyarakat Dilarang Membakar Sampah Sembarangan

    Masyarakat Dilarang Membakar Sampah Sembarangan

    PANDEGLANG, BANPOS – Pada musim kemarau panjang saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Kabupaten Pandeglang memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak sembarangan membakar sampah agar tidak terjadi kebakaran.

    Sekretaris BPBD-PK Pandeglang, Rahmat Zultika mengatakan, BPBD Kabupaten Pandeglang sangat menekankan agar masyarakat tidak melakukan pembakaran sampah di daerah-daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Tindakan pencegahan perlu diambil oleh masyarakat termasuk berhati-hati terhadap api maupun sumber api.

    “Apa yang perlu kita lakukan pertama hati-hati di sekitar rumah seperti sambungan listrik, kemudian lilin dan obat nyamuk seperti itu,” kata Rahmat kepada wartawan, Senin (11/9).
    Menurutnya, selama musim kemarau panjang ini tidak ada toleransi untuk membuang puntung rokok sembarangan.

    Selain itu, pembukaan lahan melalui pembakaran juga dilarang, terutama jika berdekatan dengan hutan. Jika seseorang terpaksa melakukan pembakaran lahan ladang, api harus dipadamkan sepenuhnya sebelum pergi.

    “Jika dia terpaksa melakukan bakar api di ladang, harusnya dia matikan dulu baru dia pulang. Tidak buang puntung rokok sembarangan, rokok itu pastikan mati dulu baru dibuang. Ya kalau bisa puntung rokoknya dikantongin,” terangnya.

    Oleh karena itu, lanjut Rahmat, ia menyarankan agar sampah sebaiknya dikumpulkan untuk diambil oleh petugas atau bahkan bisa digunakan sebagai pupuk di lahan masing-masing.
    “Sampah itu dikumpulkan, dipendam saja kalau bisa dijadikan pupuk di lahannya, nggak usah dibakar,” ujarnya.

    Rahmat menambahkan, apabila adanya risiko bencana, masyarakat untuk segera melaporkan kejadian kebakaran kepada petugas Damkar Pandeglang atau BPBD Kabupaten Pandeglang jika terjadi situasi darurat.

    “Keselamatan dan pencegahan adalah kunci dalam menghadapi potensi risiko kebakaran hutan dan lahan selama masa El Nino,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Kesehatan Terancam Kemarau Panjang

    Kesehatan Terancam Kemarau Panjang

    CILEGON, BANPOS – Kesehatan warga Cilegon terancam, dampak dari musim kemarau panjang pada 2023 ini yang disebabkan oleh El Nino.

    Kepala Unit Donor Darah pada Palang Merah Indonesia (PMI) Cilegon Arriadna mengatakan, musim kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan warga Cilegon. Kata dia, bukan hanya kesehatan, masalah kemarau panjang juga bisa mengganggu ketersediaan pangan yang bisa berujung ke kasus kelaparan.

    “Ketersediaan pangan bisa terganggu dan malnutrisi di masyarakat. Kekurangan air juga bisa berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dari masyarakat,” kata Arriadna ditemui usai Sosialisasi dan Koordinasi Kebencanaan Dampak El Nino di Aula Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilegon, Senin (4/9).
    Arriadna yang berprofesi dokter ini mengatakan, krisis air bisa berdampak pada menurunnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS. Kebersihan perorangan bisa terganggu akibat krisis air dampak kemarau panjang.

    “Bisa saja terjadi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air, bisa diare, bisa tifus, itu penyakit dampak dari kekeringan. Kekurangan air, mandinya jadi kurang, sikat giginya jadi kurang,” ujarnya.

    Mantan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon ini berharap dengan musim kemarau panjang ini berhemat dalam menggunakan air. Ketersediaan air yang ada diminta untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

    “Dengan mengupayakan PHBS sebaik-baiknya, semoga bisa terhindar dari penyakit itu,” ucapnya. Arriadna juga meminta agar warga tetap menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

    “Dengan adanya hujan, udara kotornya dapat diminimalisir. Sarannya, kalau bepergian tetap menggunakan masker, bagi orang yang sakit, apabila di tempat kerumunan atau banyak orang,” pintanya.

    Di tempat yang sama, Kepala Bidang Sistem Data dan Informasi pada BPBD Cilegon Bustanil Arifin mengatakan, Rapat Koordinasi dilakukan sebagai bentuk antisipasi dampak El Nino yang lebih luas.

    Pihaknya mengundang dari BMKG Serang, PMI Cilegon dan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Cilegon.

    “Daerah mana saja yang betul-betul terdampak El Nino ini. Di Cilegon ini di 3 wilayah Grogol, Pulomerak dan Purwakarta. Tapi semua sudah tertangani,” kata Bustanil.

    Mantan Lurah Gunung Sugih ini juga mengimbau agar bisa mencegah terjadinya kebakaran dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan atau membakar sampah sembarangan. Terkait gagal panen, di Cilegon saat ini tidak terjadi.

    “Sebelum kemarau ini, memang petani Sudha diimbau untuk menanam tanaman yang bisa bertahan di saat kemarau,” ujarnya.

    Bustanil mengatakan, ketahanan pangan di Cilegon masih sangat kuat dan dipastikan tidak akan ada krisis pangan.

    “Terkait buffer stok di Dinsos (Dinas Sosial) juga masih aman, bahkan beberapa daerah terdampak juga telah disalurkan sembako,” tandasnya.(LUK/pbn)

  • Air Bersih Kini Melimpah, Warga Cipala Ucapkan Terimakasih Kepada Walikota Helldy Agustian

    Air Bersih Kini Melimpah, Warga Cipala Ucapkan Terimakasih Kepada Walikota Helldy Agustian

    CILEGON, BANPOS – Program pengadaan air bersih yang dicanangkan Walikota Cilegon Helldy Agustian beberapa bulan yang lalu bagi warga Lingkungan Cipala, Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, kini warga yang tinggal di pegunungan merasakan manfaatnya.

    Pada musim kemarau tahun ini, warga Cipala tak lagi kesusahan mencari air bersih. Air bersih untuk mereka kini sudah melimpah. Warga Cipala tak lagi susah mencari air bersih sebaimana yang diraskan warga berpuluh tahu yang lalu.

    Warga Cipala mengaku senang dan berterimakasih kepada Wali Kota Cilegon Helldy Agustian. Sebab, meski musim kemarau ketersediaan air bersih masih lebih dari cukup dan berlimpah.

    Hal itu berkat adanya program yang digelontorkan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon terkait jaringan air bersih yang dibangun atas kerjasama PT Indonesia Power, PT Krakatau Tirta Industri dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Cilegon Mandiri.

    “Pak Wali (Helldy Agustian-red) haturnuhun (Terimakasih-red) saat ini banyu (Air-red) tetap masih lancar. Warga Cipala tidak lagi susah mendapatkan air bersih meskipun sekarang ini musim kemarau. Sekali lagi kami mengucapkan terimakasih masyarakat Kampung Cipala kepada Pak Helldy Walikota CIlegon yang sudah menyediakan sarana air bersih bagi kami semua,” ujar Sutihat, Warga RT 03/05 Lingkungan Cipala, Keluarahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Rabu 23 Agustus 2023 sebagaimana rilis Dinas Kominfo Cilegon.

    Sutihat menuturkan, atas melimpahnya air bersih tersebut semua warga Cipala bisa menikmati. Namun demikian Sutihat berharap, kedepan air bersih yang saat ini masih diambil bak penampungan, ke depannya agar dapat bisa disalurkan langsung ke rumah- rumah warga.

    “Saat ini kami sudah bersyukur tak lagi kekuarangan air bersih meski mengambilnya masih dari bak penampungan yang disediakan Pak Walikota Helldy.

    Akan tetapi mudah-mudahan kedepannya air bersih ini bisa mengalir ke rumah-rumah masyarakat Cipala,” ucap Sutihat.

    Sementara itu, Lurah Lebak Gede Fatoni mengungkapkan, sebelum ada program pengadaan sarana air bersih yang diprakarsai Walikota Cilegon Helldy Agustian, masyarakat Cipala kerap kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan air bersih.

    “Sebelum ada program air bersih dari Pak Walikota Helldy, terkadang bukan musim kemarau juga sulit air bersih. Alhamdulillah sekarang saat musim kemarau tahun ini ketersediaan air bersih masih sangat cukup dan bahkan melimpah,” terang Fatoni.

    Menurut Fatoni, program penyediaan air bersih itu sangat efektif dan bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Link Cipala yang sebelumnya hanya mengandalkan air sumur yang lokasinya berada disekitar kampung.

    “Sekarang tidak terdengar lagi ada masyarakat pergi ke sumur malam-malam akibat kekurangan air. Akan tetapi jika siang hari abarnya masih ada yang mengambil air ke sumur yang jaraknya cukup jauh,” ungkap Fatoni.

    Dikatakan Fatoni, kebiasaan warga dengan mengambil air dari sumur meski jaraknya cukup jauh, hal itu tidak lebih karena faktor kebiasaan. Mengingat sudah berpuluh-puluh tahun warga menggunakan air tersebut.

    Menurut Fatoni, masyarakat Lingkungan Cipala mendapatkan pelayanan penyediaan air bersih mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB dengan debit air yang tersedia sebanyak 20.000 liter perhari. Adapun jumlah warga Cipala itu ada empat rukun tetangga (RT).

    “Jadi untuk teknsi mengambil airnya dilakukan sesuai jadwal agar tidak terjadi penumpukkan. Alhamdulillah masyarakat Cipala sudah tertib. Atas melimpahnya air disini, kami beserta masyarakat sangat Cipala sangat senang. Terimakasih pak Walikota Cilegon bapak Helldy Agustian.(adv)

  • Musim Kering, Ratusan Pompa dan Embung Disiapkan

    Musim Kering, Ratusan Pompa dan Embung Disiapkan

    SERANG, BANPOS – Dinas Pertanian (Distan) Banten menyiapkan ratusan pompa air dan embung untuk mengantisipasi kekeringan tanaman padi memasuki musim kemarau yang terjadi sejak akhir Juli lalu.

    “Memang ada kekhawatiran kemarau panjang sesuai dengan perkiraan FAO. Kita sudah siapkan langkah antisipasi karena memang ini juga kita siapkan rutin setiap tahunnya,” kata Kepala Distan Banten Agus M Tauchid , Rabu (26/8).

    Ia mengungkapkan, di beberapa wilayah di Banten, musim kemarau sudah terjadi sejak akhir Juli dan secara umum terjadi pada awal Agustus 2020. Namun demikian, masih ada beberapa wilayah yang masih terjadi hujan dan para petani juga masih ada yang panen.

    “Langkah pertama adalah perbaikan irigasi tersier serta percepatan jaringan irigasi tersier dengan total untuk pengairan seluas 1.655 hektare,” kataanya.

    Masih dikatakan Agus, percepatan jaringan irigasi tersier untuk pengairan seluas 1.655 hektare sawah dialokasikan tersebar di Kabupaten Lebak seluas 700 hektare, di Kabupaten Lebak seluas 700 hektare dan di Kabupaten Serang seluas 255 hektare.

    Upaya berikutnya, kata Agus, irigasi perpompaan yakni menaikkan air sungai dengan bantuan pompa yang berukuran besar serta penampungannya. Upaya ini terutama di lokasi-lokasi yang terdapat aliran sungai dengan satu penampungan mampu mengairi 50 sampai 100 hektare.

    “Semuanya ini ada 13 unit, di antaranya untuk Kabupaten Pandeglang 4 unit, Kabupaten Serang 3 unit dan Kabupaten Lebak 4 unit,” imbuhnya.

    Selanjutnya bantuan embung air sebanyak 5 unit yakni akan disiapkan untuk di Kabupaten Pandeglang 2 unit mebung dan di Kabupaten Lebak 3 unit. Satu embung air akan mampu mengairi sekitar 25 hektare sawah.

    “Kami juga melakukan irigasi perpipaan yakni memindahkan sumber air melalui pipa, dengan catatan ada sumber air yang lebih tinggi posisinya untuk disalurkan ke sawah,” terangnya.

    Sedangkan keseluruhan pompa air yang disiapkan di Distan Banten sebanyak 271 unit, belum termasuk alat-alat yang secara swadaya dimiliki oleh petani serta birgade alsintan yang dimiliki oleh masing-masing Dinas Pertanian kabupaten/kota di Banten.

    “Jika upaya ini optimal dilakukan maka setidaknya akan mampu mencakup sekitar 15.980 hektar sawah dari total angka tanam sekitar 150 ribu hektar. Jadi akan mampu menekan angka kekeringan sekitar 10 persen dari angka tanam,” tandasnya.(RUS)