Tag: Nalar Pandeglang

  • Petahana Dapat Dikalahkan dengan Modal Riset

    Petahana Dapat Dikalahkan dengan Modal Riset

    PANDEGLANG, BANPOS – Pada pelaksanaan Pemilhan Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang yang akan dilaksanakan pada 23 September 2020 mendatang, Perkumpulan Nalar Pandeglang menilai petahana masih kuat untuk terpilih kembali menjadi orang nomor satu di Kabupaten Pandeglang.

    Akan tetapi, ada peluang yang dapat digunakan jika para penantang petahana dapat menjadikan riset sebagai modal awal untuk memaksimalkan kekuatan yang ada.

    Selain itu, diharapkan pada Pilkada Pandeglang ini juga dapat memunculkan calon alternatif yang bukan hanya berasal dari politisi saja.

    Ketua Perkumpulan Nalar Pandeglang, Gun Gun Gunawan mengatakan, bahwa kalau tidak ada riset yang dilakukan oleh calon yang akan melawan petahana, tentunya Irna masih kuat untuk dikalahkan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang.

    “Perlu adanya riset dulu, tapi risetnya harus betul-betul independen. Nanti bisa dilihat calon-calon yang betul-betul bisa dilihat elektabilitasnya (tingkat keterpilihan, red) bagaimana, kemudian popularitasnya bagaimana. Nantinya ini bisa menjadi acuan untuk melawan petahana,” kata Gun Gun kepada BANPOS melalui selulernya, Rabu (22/1).

    Menurutnya, jika tidak dilakukan riset ketika akan melawan petahana, tentunya Irna masih kuat untuk melawan calo-calon yang akan maju pada Pilkada mendatang.

    “Kalau selama ini belum ada riset, pastinya masyarakat masih menganggap bahwa Irna masih kuat dan melihat selama ini koalisi beberapa partai juga sudah kelihatan. Memang partai-partai itu justru ingin dipinang oleh Irna seperti itu,” terangnya.

    Sedangkan untuk mengalahkan petahana, lanjut Gun Gun, perlu sosok yang elektabilitasnya bagus, dikenal oleh masyarakat dan dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat.

    “Untuk mengalahkan petahana yang pertama adalah perlu adanya sosok yang elektabilitasnya bagus, dikenal oleh masyarakat kemudian dia bisa memberikan pengaruh kepada masyarakat karena selama ini kan masyarakat itu lebih terpengaruh terhadap petahana. Selama ini kan belum ada sosok yang elektabilitasnya bagus kemudian populer dan masyarakat percaya bahwa ini sosok yang baik, jadi belum ada yang seperti itu menurut saya,” ujarnya.

    Selain itu, Gun Gun berharap, yang akan menjadi calon lawan petahana, jangan dari kalangan politisi untuk mengalahkan petahana, sedangkan untuk budget memang perlu tapi sosok yang bisa memberikan pengaruh terhadap masyarakat juga perlu.

    “Kalau bisa sih bukan dari kalangan politisi. Kalau budget memang diperlukan, tentunya kembali lagi kepada sosok calon itu sendiri apakah bisa memberikan pengaruh atau tidak kepada masyarakat. Kalau modal besar pengaruhnya kecil, tetap saja mungkin tidak ada peluang juga untuk mengalahkan petahana,” jelasnya.

    Gun Gun juga mengingatkan, para peserta pilkada tidak hanya mengandalkan visi misi di atas kertas belaka tanpa menyiapkan modal lainnya, seperti finansial dan strategi untuk mempengaruhi para pemilih ke depannya.

    “Untuk visi misi, masyarakat itu tidak bisa melihat dari awal. Semua calon pasti visi misinya bagus semua, visi misi itu tidak berpengaruh besar. Tapi tetap, intinya perlu modal yang cukup besar baik finansial maupun pengaruh besar untuk bisa mempengaruhi masyarakat,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Terjebak Formalitas, Sekolah Dianggap Belum Berperan Melawan Korupsi

    Terjebak Formalitas, Sekolah Dianggap Belum Berperan Melawan Korupsi

    PANDEGLANG, BANPOS – Direktur Akademi Anti Korupsi Indonesia, Ade Irawan mengatakan, institusi pendidikan memegang peranan penting dalam pencegahan korupsi. Untuk itu Ade berharap peranan ini dioptimalkan sehingga korupsi bisa dicegah sejak dini.

    “Bangsa ini rusak salah satunya oleh korupsi yang menyasar semua lini. Lembaga pendidikan harus segera menyadari ini dan mengoptimalkan internalisasi nilai anti korupsi. Kami lihat, pendidikan masih abai dengan persoalan ini sehingga dampaknya bisa disaksikan sendiri, korupsi jadi budaya,” demikian kata Ade Irawan dalam diskusi dan bedah buku pendidikan anti korupsi yang digelar Nalar Pandeglang dan ICW di Nur Cafe, Pandeglang, Jumat (13/12).

    Mantan Wakil Koordinator ICW ini menjelaskan, pendidikan tempat memanusiakan manusia, disamping tempat melembagakan nilai melawan korupsi.

    “Sayangnya peran melawan korupsi ini tidak dilakukan sekolah, karena lembaga pendidikan terjebak pada formalitas. Fenomena ini harus kita pikirkan untuk mencarikan solusinya,” ujarnya.

    Pemateri diskusi dan bedah buku pendidikan anti korupsi, Bambang Wisodo dan Jimmy Paat dalam diskusinya memaparkan, konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara yakni pendidikan yang memerdekakan.

    “Pendidikan yang memerdekakan tidak mudah akan terbentur dengan beberapa masalah seperti sistem negara. Kami mengkampanyekan pendidikan yang memerdekakan ala Kihajar ini dalam rangka menjadikan institusi pendidikan berdampak pada pencegahan dan perlawanan korupsi,” tegasnya.

    Sementara itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Pandeglang, Khatibul Umam yang hadir atas nama pendidik mengapresiasi langkah Nalar Pandeglang melakukan gerakan pencegahan korupsi lewat pendidikan.

    “Saya merasakan betul bagaimana beratnya mendidik, apalagi memberikan penyadaran untuk tidak korupsi. Namun masyarakat harus tetap optimis, bahwa pendidikan ke depan akan lebih baik. Apalagi menteri pendidikannya tergolong muda dan revolusioner dalam bidang pendidikan,” kata Umam.(dhe)