Tag: Nelayan Labuan

  • Nelayan Labuan Paceklik, Tetapi Tetap Dicekik

    Nelayan Labuan Paceklik, Tetapi Tetap Dicekik

    PANDEGLANG, BANPOS – Cuaca ekstrim yang terjadi, atau yang biasa disebut dengan musim angin barat oleh para nelayan, saat ini belum usai. Dampaknya adalah, nelayan yang ada di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, tidak melaut selama 5 bulan. Selain itu, mereka mengeluhkan tidak adanya bantuan sejak 5 tahun yang lalu, namun tetap saja ditarik PAD.

    Salah seorang pemilik kapal yang juga nelayan di Labuan, Herman mengatakan, para nelayan di Labuan sudah hampir 5 bulan tidak melaut untuk mencari ikan, karena cuaca sedang musim angin barat.

    “Di wilayah perairan laut kita (Pandeglang) sudah lima bulan tidak melaut, karena hingga saat ini sedang musim angin barat. Jadi kalau ada angin barat percuma mencari ikan juga, karena sulit, apalagi kami nelayan kecil,” kata Herman kepada wartawan, Senin (21/3).

    Dampak dari cuaca musim barat tersebut, lanjut Herman, tidak sedikit nelayan di Labuan tidak melaut dan tidak memiliki penghasilan juga tidak memiliki pekerjaan lain.

    “Jadi selama lima bulan ini, kami sedang paceklik karena itu tadi tidak bisa melaut untuk mencari ikan,” terangnya.

    Herman menambahkan, untuk bantuan dari pemerintah juga saat ini sudah sekitar lima tahun tidak ada bantuan dana paceklik baik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten.

    “Biasanya kalau kami dilanda paceklik ada bantuan dari pemerintah, namun saat ini sudah hampir lima tahun tidak ada lagi bantuan yang diberikan oleh pemerintah,” ujarnya.

    Karena bantuan dari pemerintah sudah tidak ada, kata Herman lagi, saat ini para nelayan terpaksa menjual barang-barang yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bertahan hidup.

    “Dulu itu sering diberikan bantuan seperti beras satu karung dan uang sebesar Rp100 ribu, namun karena saat ini tidak ada, dengan terpaksa para nelayan menjual harta benda yang ada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.

    Oleh karena itu, pihaknya Bersama nelayan lainnya meminta agar pemerintah memperhatikan kondisi nelayan yang saat ini masih dalam kondisi paceklik.

    “Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja yang diambil, sementara dana bantuan tidak pernah diberikan pada saat musim paceklik atau musim angin barat seperti saat ini. Makanya kami minta perhatiannya,” ungkapnya.

    (DHE/PBN)

  • Nelayan di Labuan Mengeluh Karena Dermaga Dibiarkan Rusak

    Nelayan di Labuan Mengeluh Karena Dermaga Dibiarkan Rusak

    PANDEGLANG, BANPOS – Pembiaran terhadap rusaknya kondisi Dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) III Labuan membuat para nelayan mengeluh. Pasalnya, walaupun sudah rusak parah, belum ada tanda-tanda akan ada perbaikan.

    Disebutkan, kondisi ini tidak hanya mengancam keselamatan para nelayan atau masyarakat sekitar saat melintasinya. Namun, kini para nelayan kesulitan menyandarkan perahunya, saat kembali setelah melaut.

    Kepala TPI III Labuan, Pandeglang, Jumadi mengatakan, kerusakan bangunan dermaga di TPI yang dikelolanya sudah cukup parah. Akibatnya, para nelayan kesulitan untuk bersandar saat hendak melakukan lelang ikan di TPI III.

    “Rusaknya sudah cukup lama. Ditambah kena dampak dari pembangunan kotaku. Sehingga, kerusakan yang dialami makin parah dan belum ada penanganan dari pemerintah,” kata Jumadi, Minggu (6/2).

    Untuk sementara tambahnya, agar para nelayan bisa melakukan lelang di TPI III, pihaknya membuat dermaga alternatif dari kayu. Karena kalau tidak dibangun dermaga sementara, para nelayan tidak bisa melakukan lelang.

    “Proses lelang masih terus berjalan. Karena kami bangun dermaga dari kayu (sementara,red),” ujar Jumadi.

    Pihaknya pun sudah menyampaikan kondisi bangunan itu ke Provinsi Banten, namun sampai saat ini belum ada kepastian kapan akan diperbaiki. Maka dari itu, ia meminta Pemerintah segera memperbaikinya, agar aktivitas nelayan kembali normal dan pendapatan TPI lebih optimal.

    “Kami ingin dermaga ini segera diperbaiki, karena kebutuhan utama bagi nelayan untuk kelancaran aktivitasnya,” harapnya.

    Seorang warga setempat, Bambang mengatakan, rusaknya dermaga itu tidak hanya merugikan para nelayan saja. Masyarakat-pun dirugikan, karena membahayakan.

    “Setahu saya, rusaknya tahun kemarin (2021,red). Ko bisa sih sampai sekarang dibiarkan begitu saja, padahal rusaknya sudah parah,” ujar Bambang.

    Ditambahkannya, perbaikan fasilitas itu menjadi tanggungjawab pemerintah. “Harusnya menjadi prioritas, sebelum ada korban,” imbuhnya.

    (PBN/BNN)