Tag: NU

  • Ketua PCNU Lebak Siap Berkontribusi di Pilkada 2024

    Ketua PCNU Lebak Siap Berkontribusi di Pilkada 2024

    LEBAK, BANPOS – KH. Saefudin Assyadzili, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lebak dan Pimpinan Pondok Pesantren Al Marjan Mulabaru Cipanas Lebak, mengambil langkah serius dengan mengambil formulir pendaftaran bakal calon wakil bupati (Bacawabup) di DPC PKB Kabupaten Lebak pada hari Rabu (1/5).

    Egi Hendrawan, perwakilan dari Saefudin Assyadzili, menjelaskan bahwa kedatangan mereka ke DPC PKB Lebak adalah untuk memulai proses pendaftaran Bacawabup, sebagai bagian dari persiapan untuk Pilkada Lebak 2024.

    “Kami mendaftar ke PKB sebagai langkah awal, mengingat PKB adalah rumah bagi Nahdliyin,” ungkap Egi di Kantor DPC PKB Lebak.

    Menurut Egi, Saefudin Assyadzili memiliki dukungan kuat dari tokoh muda NU Kabupaten Lebak. Namun demikian, langkah ini diambil dengan izin dan kesepakatan beliau, mengingat pengalaman dan kapasitasnya yang diakui dalam memimpin Kabupaten Lebak.

    “Kami datang ke sini dengan keseriusan penuh. Kiai Saefudin Assyadzili telah membawa banyak perubahan positif sebagai Ketua PCNU Lebak, dan kami yakin beliau memiliki kapasitas untuk berkontribusi lebih besar,” tambahnya.

    Sementara itu, Ketua Tim Penjaringan Bacabup dan Bacawabup Lebak DPC PKB Kabupaten Lebak, Basyirun, menegaskan bahwa proses pendaftaran di PKB Lebak terbuka untuk semua calon yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

    “Kami mengajak semua yang berminat dan memiliki komitmen kuat untuk memajukan Kabupaten Lebak untuk mendaftar di PKB. Namun, komitmen dan kesetiaan terhadap partai juga sangat penting,” jelas Basyirun.

    Proses penjaringan ini diharapkan dapat memberikan peluang kepada calon-calon yang memiliki visi dan misi yang jelas untuk kemajuan Kabupaten Lebak dalam kontestasi Pilkada 2024 mendatang. (MYU)

  • IPNU Banten Gelar Konferwil di Lebak

    IPNU Banten Gelar Konferwil di Lebak

    LEBAK, BANPOS – Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Provinsi Banten menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) VII di Kabupaten Lebak.

    Ketua PW IPNU Banten, Abudin, mengatakan bahwa siapapun yang kelak akan menjadi PW harus siap menjalankan amanah konferwil yakni menjalankan program-program yang telah disepakati melalui forum konferwil.

    Ia juga meminta maaf jika selama menjabat sebagai PW IPNU Banten terdapat banyak kekurangan dan khilaf dalam kepemimpinannya.

    “Selain itu, saya harapkan juga kepada seluruh Pimpinan Cabang yang hadir pada kegiatan Konferwil VII hari ini agar dapat membawa nama baik IPNU dan menjaga nama baik Kabupaten Lebak,” tandasnya.

    Sementara itu, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, dalam sambutannya mengatakan bahwa IPNU harus siap menjadi wadah dan lokomotif pembangunan yang merawat peradaban.

    “Tentunya, IPNU harus menjadi awal tangga dari sebuah peradaban untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang bermoral dan mengikuti perkembangan zaman dengan bernafaskan Islam Rahmatan Lilalamin,” ujar Iti.

    Lanjutnya, hal itu sejalan dengan arah kebijakan Pemkab Lebak yang sangat berkonsentrasi terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas di Kabupaten Lebak melalui pembangunan-pembangunan tingkat keagamaan.

    “Tentunya tantangan kita semakin berat karena 5.0 menuntut kecepatan kita untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” katanya.

    “Tetapi kalau kita bersinergis dan berkolaborasi maka peradaban itu yang bisa kita wujudkan bersama-sama untuk pembangunan Indonesia yang maju dan beretika melalui pengembangan SDM, dimana NU selalu berkontribusi melalui pelajar NU, yang saat ini Insya Allah akan melaksanakan Konferwil di Kabupaten Lebak,” tandasnya. (MYU/DZH)

  • Kepala Desa Ikut Putuskan Tanggal Hari Raya Idul Fitri 1444 H

    Kepala Desa Ikut Putuskan Tanggal Hari Raya Idul Fitri 1444 H

    SERANG, BANPOS – Terjadi perbedaan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah di Indonesia. Namun perbedaan tidak hanya mengacu pada metode penanggalan hijriyah, namun kepada keputusan kepala desa seperti yang terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Pandeglang.

    Sejumlah kelompok, seperti Muhammadiyah menetapkan lebaran tahun ini jatuh pada Jumat, 21 April 2023. Sementara pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan untuk menggenapkan puasa menjadi 30 hari, sehingga hari Raya Idul Fitrinya jatuh pada Sabtu 22 April 2023.

    Perbedaan itu terjadi karena perbedaan metode penetapan hari akhir bulan Ramadan maupun awal Bulan Syawal. Pemerintah dan ormas Islam menggunakan metode Rukyat, sementara kelompok Muhammadiyah menggunakan metode hisab.

    Namun, keputusan berbeda diambil oleh pemerintah Desa Gunungsari dan Desa Mandalawangi. Keduanya berada di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang. Kedua pemerintah desa itu memutuskan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah pada Jumat, 21 April.

    “Berdasarkan keputusan musyawarah tokoh agama, tokoh masyarakat, BPD, ketua RW, ketua RT sewilayah Desa Gunungsari pada 19 April 2023, bahwa ditetapkan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada hari Jumat, 21 April 2023,” demikian bunyi pernyataan dalam surat edaran yang diterbitkan Pemerintah Desa Gunungsari.

    Dalam surat yang ditandatangani Kepala Desa Gunungsari, Samsul Hidayat itu, masyarakat diajak untuk melaksanakan Salat Ied sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

    Sementara, dalam sebuah postingan di media sosial, Pemerintah Desa Mandalawangi juga mengumumkan keputusan telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat, 21 April 2023.

    “Maka dari itu, kami mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat Desa Mandalawangi untuk melaksanakan Salat Idul Fitri secara serentak sesuai dengan keputusan diatas,” bunyi pernyataan Pemerintah Desa Mandalawangi yang ditandatangani kepala desanya, Azis Sahru. (ENK)

  • Akar Kekerasaan Mario Dandy

    Akar Kekerasaan Mario Dandy

    Oleh : Ahmad Nuri
    Ketua GP Ansor Banten.

    TADI malam baru saja penulis menengok Cristalino David Ozora Latumahina, korban kekerasaan keji yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo. Keadaan David alhamdulillah sudah membaik, ada tanda-tanda pemulihan meski tidak signifikan paling tidak perkembangannya membuat kita terus berharap berangsur-angsur pulih dengan perawatan dokter dan doa-doa semua.

    Penulis sendiri merasa terpanggil untuk memberikan suport, doa langsung ketempat dimana david di rawat, yang sebelumnya penulis telah menggerakan doa bersama lewat mujahadah dengan para ulama, santri dan pengurus NU, Ansor Banser Banten. Upaya ini sengaja dilakukan sebagai bentuk solidaritas organik sesama kader dan kemanusiaan untuk saling mendoakan sesama ketika ditimpa musibah termasuk musibah yang dialami oleh David yang merupakan putra dari sahabat saya, Jonathan Latumahina pengurus PP GP Ansor.

    Kejadian Kekerasan Mario ini, belakangan tengah menjadi sorotan berbagai media di Tanah Air. Video kekerasan yang memperlihatkan tindakan keji, brutal dan biadab Mario Dandy pun tersebar. Atas perbuatannya, Dandy telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia dijerat Pasal 76c Juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun subsider Pasal 351 Ayat 2 tentang Penganiayaan Berat dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun.

    AKAR KEKERASAAN MARIO

    PELAKU kekerasan Mario Dandy, merupakan anak seorang pejabat di direktorat jendral pajak dibawah Kementerian Keuangan. Merasa sebagai anak pejabat yang bergelimang harta dan tahta bapaknya, Mario merasa bisa melakukan apa saja pada orang lain yang memiliki masalah dengan dirinya atau dengan kepentinganya di sekelilingnya termasuk soal remeh temeh bisikan perempuan.

    Dalam banyak kejadian biasanya akar kekerasan dimulai dengan hal yang perinsip dalam kehidupan seperti ideologi, agama, ekonomi dan politik tapi kejadian kekerasan mario ini berakar dari remeh temeh dan soal bisikin perempuan semata, Kejadian Kekerasaan medel Mario ini kalau kita mengutip Gus Ulil sangat relevan bahwa kekejian ini menurut Gus Ulil sangat mirip dengan analisa lama dari filosuf Hannah Arendt, yang pernah penulis bahwa fenomena “the Banality Of Evil,” tentang akar kejahatan yang berkar remeh temeh.

    Menurut Gus Ulil Maksud yang disebut Arendt adalah tindakan kejahatan yang di dorong bukan oleh motif yang akarnya dalam sekali [prinsip] seperti ideologi, agama, rasisme sentimen lain yang bersifat intens melainkan oleh motif motif yang remeh temeh itulah.

    Sungguh, Kekerasaan biadab Mario ini sangat mengagetkan publik dan hampir berdampak pada institusi dimana bapaknya bekerja. Instutusi negara kementrian keuangan yang mengurusi keuangan dan pajak harus goncang oleh kejadian kekerasan yang berakar remeh temeh Padahal akar kekerasaanya Mario bukan hal yang luar biasa menyangkut negara dan bangsa serta ideologi agama atau etnik yang kadang menyulut kekerasaan tersendiri. Tapi soal yang biasa anak muda tapi menjadi tidak biasa karena tindakanya diluar batas manusia, ini kebiadaban manusia sejenis Mario yang terbaiasa dengan kehidupan mewah dengan didikan ahlak dan adab yang minim sebagimana postingan hidupnya di medsos, hal ini bisa mengakibatkan dirinya merasa memiliki nyali besar karena bisa membeli apapun termasuk membeli hukum, terbukti dari pernyataan dirinya bahwa dia tidak takut akan dilaporkan pada aparat penegak hukum setelaah dia melakukan kekerasaan pada David

    SIKAP SABAR AYAH DAVID

    KETIKA penulis menjenguk David sambil memberikan suport moral pada ayah David (Jonathan Latumahina) yang merupakan pengurus Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), ada ketegaran dan kesabaran dengan telah memaafkan pelaku sembari menjelaskan bahwa proses hukum tetap berjalan.

    Kebesaran jiwa sang ayah sebagai seorang sahabat, saya kenal Jonathan atau yang akrab disapa “Jo” sebagai pribadi yang baik dan periang. Dirinya dikenal oleh orang disekitarnya sebagai orang yang tegas tetapi juga berhati lembut. Ia seorang yang memiliki kebesaran jiwa luar biasa. Bahkan ketika mendapati sang buah hati tidak sadarkan diri akibat mengalami tindakan kekerasan ia tetap memaafkannya tanpa perlu menunggu waktu lama.

    Penulis yang juga seorang ayah ini belum tentu mampu menghadapi situasi sulit dan menyat jiwa ini dengan perasaan sabar. Saya mungkin memerlukan waktu lama untuk menerima kenyataan tersebut alih-alih harus memaafkan pelaku dalam waktu singkat. Ini juga mungkin berlaku bagi Menteri agama yang juga Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Quomas (Gus Yaqut) tatkala menjenguk David di RS Mayapada Kuningan.
    Gus Yaqut tidak kuasa untuk menyembunyikan kepiluan dan sekaligus kemarahannya. Ia menyatakan dengan tegas bahwa “Anak kader, anaku juga”. Catat itu !!!.

    Luapan emosi dan kejengkelan juga ditumpahkan oleh para netizen Tanah Air yang menimpali Dandy sebagai seorang biadab, tidak berperikemanusiaan, serta gelar-gelar buruk lainnya. Netizen mengutuk keras tindakan keji yang dilakukan oleh Dandy dan menutut tindakan hukum yang sepadan.

    Semua umpatan dan luapan emosi yang diperlihatkan oleh berbagai pihak merupakan suatu ekspresi yang wajar. Tetapi sekali lagi apa yang diperlihatkan oleh Jo sama sekali berbeda. Ia membuat saya dan siapapun mau tidak mau akan berdecak kagum. Kata-katanya tatkala menerima permohonan maaf keluarga pelaku sungguh mencerminkan kebesar jiwa dari seorang manusia.

    “Keluarga pelaku datang minta maaf, saya maafkan. Saya hanya meniru anak saya yang sangat pemaaf.” Jo dengan santun kemudian menambahkan kalimatnya “Dan mohon maaf juga, proses hukum sudah bergulir”

    MENOLAK DAMAI PADA KEKERASAN

    KENDATI memaafkan, Jo tetap menggarisbawahi bahwa memaafkan tidak sama dengan mendiamkan. Dengan lain perkataan Jo menolak untuk berdamai pada kekerasaan. Penolakan untuk berdamai itu menurut penulis merupakan sikap yang tepat dan dilandasi dengan penuh kesadaran sebagai warga negara yang patuh dan taat teradap perlunya menjunjung penegakan hukum. Selain itu menurut penulis kata damai memang memiliki duduk definisi tersendiri. Damai bukanlah kita didholimi, di aniaya di tindas dengan kekerasa lalu kita diam saja.

    Damai juga bukan tanah kita dirampas lalu kita menyerahkannya pada si perampas. Damai adalah sikap saling mengerti dan saling memahami dengan penuh hormat satu sama lain. Damai adalah kesadaran untuk menghargai hak tiap-tiap individu ataupun kelompok dalam suatu lingkungan negara.

    Bila terdapat suatu kondisi dimana kedamaian terganggu atau dirusak, baik oleh seseorang atau sekelompok orang maka sebagai konsekuensinya negara perlu untuk hadir untuk menengahi, memproses, dan memberikan keadilan serta kepastian hukum bagi pihak-pihak terkait.Secara khusus, dalam hal ini segala tindakan kekerasan yang memunggungi nilai-nilai serta merusak perdamaian yang terjadi di negara merdeka jelas perlu diproses secara hukum.

    Tujuannya agar terdapat efek jera bagi pelaku serta siapapun yang terlibat aktif didalamnya. Selain itu, pelaku kejahatan perlu diingatkan bahwa penjahat bukan saja menghadapi atau berurusan dengan sang korban. Melainkan juga dengan negara sebagai penjamin tegaknya keadilan dan supremasi hukum. Terlebih kejahatan kekerasan atau lebih tepatnya kekejian yang dilakukan oleh Dandy ketika menganiaya David yang sudah tidak berdaya tersebut sangat sulit untuk dicerna oleh akal manusia yang siuman.

    TAK HABIS FIKIR
    Manusia dengan akal yang masih siuman tentu akan keheranan melihat perilaku Dandy yang sebenarnya sudah melampaui kata keji. Pukulan serta tendangan yang diarahkan terhadap bagian-bagian tubuh David yang sudah tak berdaya dan hanya melakukan “perlawanan alami” melalui reflek syarafnya tersebut begitu pilu dan sesak untuk dilihat. Keheranan kita tidak berhenti sampai disitu, Dandy juga tertangkap menirukan selebrasi layaknya megabintang sepakbola Cristiano Ronaldo saat berhasil menciptakan gol.

    Dandy bahkan tidak menampakan raut penyesalan ketika dirinya sudah berbalut baju orange sebagai tahanan Polres Metro Jakarta Selatan. Hal serupa juga diperlihatkan oleh sahabatnya yakni Shane sebagai perekam video kekerasan terhadap David. Shane yang juga sudah resmi berstatus tahanan ini tertangkap kamera tengah tertawa disalah satu ruang Polres Jaksel.
    Entah apa yang ada didalam benak mereka berdua. Bisa-bisanya mereka menampakan raut tanpa sesal seolah mereka lupa atas tindakan keji yang dilakukan terhadap David. Sebesar apa kesalahan David sehingga mereka seperti layak merayakan kekejian yang dilakukan seolah sebagai kemenangan. Setumpuk keheranan yang bisa melahirkan ratusan bahkan ribuan pertanyaan ini belum tentu memperoleh satu jawaban yang tepat.

    Keheranan dan tak habis fikir serupa juga nampaknya dirasakan oleh publik termasuk oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD. Menkopolhukam menyatakan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh Dandy tersebut sebagai tindakan amat jahat. Tak lupa Menkopolhukam juga megajukan pertanyaan kepada awak media yang isinya ditujukan terhadap ayah pelaku. “Kalau perlu bapaknya dipanggil juga, kok bisa punya anak seperti ini”.

    Diluar semua respon yang membalut peristiwa memilukan yang dialami David, kita hanya bisa berharap yang terbaik bagi proses penegakan hukum dan terutama bagi kondisi kesehatan David sendiri. Kabar baiknya ialah bahwa sampai tulisan ini dibuat kondisi David berangsur-angsur mulai membaik dan kesadarannya meningkat.

    Semoga Allah yang maha penyembuh, mengkaruniakan kesembuhan terhadap David. Amin

  • Sambut Harlah Satu Abad, MWC NU Mancak Gelar Pawai Obor Bersama Santri

    Sambut Harlah Satu Abad, MWC NU Mancak Gelar Pawai Obor Bersama Santri

    SERANG, BANPOS – Ratusan warga Nahdliyin se Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Provinsi Banten turut ambil bagian dalam menyambut Hari Lahir (Harlah) Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dengan menggelar pawai obor pada Sabtu (4/2) malam. Kegiatan pawai obor ini diinisiasi oleh pengurus Majelis Wilayah Cabang (MWC NU) Kecamatan Mancak.

    Ketua MWC NU Mancak, ustadz Ade Zaenal Mutaqin kepada banpos.co usai acara mengatakan, pawai obor yang diikuti ratusan warga Nahdliyin ini digelar dalam rangka menyemarakkan Harlah Satu Abad NU di wilayah Mancak. Kegiatan ini juga dilakukan untuk menyambut Puncak Resepsi Harlah Satu Abad NU yang akan dipusatkan di Stadion Gelora Sidoarjo, Jawa Timur pada 7 Februari 2023 mendatang.

    Menurutnya, rangkaian kegiatan Satu Abad NU ini dilukan dalam rangka memupuk tali silaturahmi antar pengurus MWC NU Mancak dengan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) se-Kecamatan Mancak. Pimpinan Ponpes Attohir Al Musyammir ini mengungkapkan, suksesnya pawai obor ini juga berkat kebersamaan MWC NU Mancak bersama seluruh Badan Otonom (Banom) diantaranya Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat, Pergunu, Pagarnusa, IPNU dan IPPNU.

    “Samarak menyambut Harlah Satu Abad NU dilaksanakan secara bersama- sama antara pengurus MWC dan Banom NU se Mancak. Alhamdulillah pawai obor berlangsung sukses dan meriah meski kita laksanakan secara sederhana,” ujarnya.

    Pada kesempatan tersebut, ia juga mengucapkan apresiasi kepada para Pimpinan Ponpes dan para santrinya serta Pimpinan Sekolah Madrasah dan para muridnya, yang sudah turut serta memeriahkan acara pawai obor tersebut.

    “Kebersamaan NU dengan masyarakat ini kita harapkan tetap terus terjalin antara pimpinan ponpes serta madrasah, tentunya dengan semangat persatuan demi menjaga keutuhan NKRI. Kami ucapkan terimakasih dan apresiasi kepada seluruh pimpinan ponpesdan para santrinya yang sukarela turut andil dalam menyemarakkan Harlah Satu Abad NU di Mancak ini,” ucapnya.

    Ade juga menjelaskan, keesokan di Minggu tanggal 5 Februari, serangkaian Harlah Satu Abad NU di MWC NU Mancak diawali dengan Istighosah, Konsolidasi Organisasi dan Pemotongan Tumpeng.

    Sementara Penanggangjawab kegiatan Pawai Obor, Eka Jaya Purnama, yang juga merupakan Kasatkoryon Banser Mancak, mengucapkan terimakasih kepada jajaran Polsek Mancak yang telah mengawal acara Pawai Obor dengan dan membantu mengatur lalu lintas.

    “Atas nama Satkircab Banser Mancak, kami ucapkan terimalasih kepada jajaran Polsek Mancak yang telah turut membantu jalanya pawai obor Satu Abad NU. Harapan kami keberdamaan antara Banser dengan Polri bisa terus terjalin ke depannya,” ungkap Kasatkoryon Eka.

    Putri Asyifa, salah satu Santriwati dari Ponpes Nasyatil Falah, mengaku senang bisa mengikuti kegiatan Pawai Obor Harlah Satu Abad NU dilaksanakan MWC NU Mancak.

    “Senang juga akhirnya bisa ikut pawai obor Harlah NU. Senang, ramai bareng temen- temen pondok,” tutur Putri.

    Acara Pawai Obor Satu Abad NU juga dimeriahkan Marching Band dari para Santri Ponpes Al Mutafakirin. (BAR)

  • MELURUSKAN DIKOTOMI NU STUKTURAL DAN NU KULTURAL

    MELURUSKAN DIKOTOMI NU STUKTURAL DAN NU KULTURAL

    Oleh : Ahmad Nuri

    Tulisan ini dibuat dalam perjalan dari Malaysia menuju Madinah, sebuah perjalan spiritual dari tanah air menuju tanah suci lewat Kualalumpur, bermalam di negara Jiran sambil menikmati tradisi malayu.

    Sungguh satu malam di peraduan si Upin-Ipin terasa singkat tapi penuh dengan kegelisahan, bukan karena meninggalkan banyak cinta di tanah air, tapi ada kata-kata yang sengaja di buat oleh orang atau sekelompok orang tentang NU dengan membuat diksi dikotomi NU kultural dan NU struktural.

    Jika sekedar kata-kata tentang NU struktural dan NU kultural sepertinya rapopo, toh kata kata itu biasa di ucapkan oleh siapapun termasuk aku, sering juga mengucapkan kata kata itu, tapi beda dengan diksi yang di buat dan di repost oleh elit partai.

    Patut diduga ada pretensi negatif dan ada udang dibalik batu dengan membuat kata-kata seolah-olah “Warga NU Kultural wajib memilih partainya yang di kuasai sementara Para Pengurus NU di semua tingkatan dari pusat sampai anak ranting yang sekarang duduk di struktur dibahasakan “Sakarepmu”. kira kira diksi ini yang sekarang membuat terusik dan gelisa kaum nahdliyin.

    Wajar Kaum Nahdliyin terusik dan gelisah dengan diksi dikotomis sangat politis ini. Bagaimana tidak gelisah puluhan juta kader NU baik yang aktif di struktural plus juga sebagai kader NU kultural harus di split dengan tujuan-tujuan terselubung, menggiring para satu frekwensi politik tertentu tapi tensi politik hegemonik cendrung merusak relasi Jamiyah dan Jamaah NU.

    Ada tiga alasan kenapa kader NU terusik dengan diksi tersebut, pertama diksi tentang NU kultural dan struktural sengaja di buat oleh meraka yang sangat lekat dengan politik partai.

    Mereka selama ini dipandang mengeksploitasi basis struktural dan kultural NU menjadi kemenangan elektoral politik partai. Tapi selama ini mereka yang mengeksploitasi basis struktural dan kultural NU sangat minim kontribusinya ketika berkuasa.

    Sangat terlihat kebahilan politik ideologi untuk membantu perjuangan NU dalam melawan musuh ideologisnya di medan tempur baik didunia maya maupun didunia nyata, malah mereka cendrung cari aman hanya sekedar menjaga citra partai.

    Mungkin hari ini upaya mereka untuk mengekspolitasi basis struktural tidak bisa dilakukan, karena sadar bahwa NU hari ini, tidak konsen dan tidak bisa di cocok hidungnya dengan politik peraktis, iming-iming sejarah dan masa depan.

    Karena selama ini apa yang dilakukan mereka terkesan lips servis dan kamuflase. Lagian hari ini NU sangat menghindari politik praktis kekuasaan tapi lebih konsent pada politik kebangsaan dan peradaban dunia.

    Kedua, diksi dikotomis NU kultural dan NU struktural dipandang dapat memecah belah soliditas dan kemajuan NU yang selama ini terus mengalami perkembangan signifikan baik NU struktural [Jam’iah] maupun NU kultural [jam’ah] semuanya solid merawat tradisi, amaliah dan politik kebangsaan yang telah diwariskan para muasis.

    Soal politik praktis kepartaian, NU tidak melarang untuk memilih jalan politiknya masing-masing meski dengan Partai mereka memiliki hubungan historis.

    Tapi warga NU telah sangat dewasa untuk mengkalkulasi saluran partai mana yang mampu memberikan jalan politik bagi warga NU dimasing-masing tingkatan. Pun sebaliknya NU juga tidak melarang kadernya bergumul secara politik di partai itu.

    Ketiga, Mereka para kreator diksi dan kata kata dikotomi itu terlihat ada kepanikan, ada ketakutan disembunyikan dengan kesombongan sehingga mereduksi etika dan adab komunikasi layaknya watak kader NU yang selalu menghargai siapapun, baik yang aktif di struktural ataupun para warga NU kultural, termasuk menghormati yang berbeda keyakinan.

    Jangan karena kepanikan politik malah terlihat kaya orang mambok dengan menabrak sana- sini dan publik nahdliyin malah semakin tidak simpatik karena diksinya membuat ukhuwah tercidrai.

    Tapi memang betul juga biasanya orang panik dan ketakutan selalu mencari alasan agar bisa menenangkan dirinya yang sedang dilanda panik dan ketakutan itu.

    Terlihat ketika memilih bahasa yang tidak etiis yang disematkan pada para pengurus NU Struktural “Sakarepmu” adalah bahasa kepanikan dibungkus arogansi.

    Padahal semua tahu yang selama ini tulus ikhlas berjibaku berjuang merawat nilai-nilai kultural NU dalam mewujudkan peradaban umat manusia yang toleran dan moderat adalah para pengurus NU bersama ja’maah NU,

    Para pengurus hari ini di struktural tidak ada tendensi politik kekuasaan melampaui khidmatnya serta lebih dominan niat tabarukan pada NU, karena NU bukan sekedar organisasi duniawi tapi jalan menuju ukrowi yang didirikan oleh waliullah-waliullah.

    Jika mereka mengunakan bahasa “Sakarepmu” sangatlah tidak indah apalagi hanya sekedar mempertahankan secuil kuasa yang sangat profan dan nisbi ini sampai harus menghina, melemahkan bahkan meniadakan peran kesejarahan NU dan peradaban dengan parameter tunduk pada partainya.

    NU hari ini hanya sedang menetralisir anasir, koptasi, eksploitasi politik Partai pada struktur NU dan warganya untuk kembali pada khitohnya yang selama ini terseret jauh kedalam rumah tangga mereka atau meraka terlalu masuk kedalam rumah tanggal NU, harusanya mereka sadar betul bahwa NU harus tetap menjadi ibu yang baik telah melahirkan anak politik yaitu mereka yang sekarang berkuasa secara politik.

    Mestinyanya meraka berbakti bukan mencaci dengan diksi itu atau mereka sedang pelan-pelan merasakan nanti durhaka politik melawan Ibunya sendiri yang telah melahirkan dan membesarkannya.

    MANUNGGALING NU

    NU struktural dan NU kultural adalah manunggal tidak bisa di pisahkan dalam kontek kekuatan civil Society, sebagai entitas bangsa dan keagamaan.

    Hanya saja soal penyebutan NU struktural dan NU kultural bagi NU adalah soal regenarasi dan soal restrukturisasi saja ketika warga NU kultural menjadi NU struktuar saat diberikan kepercayaan duduk untuk mengerakan organisasi sebagai wadah dari cita-cita besar warga NU secara menyeluruh di semua tingkatan seluruh dunia.

    Begitupun sebaliknya bahwa NU struktural bisa menjadi NU kultural jika sudah tidak lagi berkhidmat dalam struktur organisasi dari pusat sampai daerah soal mazhab, manhaj, harokah semuanya adalah satu manunggaling NU dalam satu tarikan nafas, roh dan raganya.

    Jika pun ada perbedaan itu soal cara pandang fiqiyah yang tidak berpengaruh pada kesatuan pandangan ber-Nu baik dalam soal keagamaan maupun soal politik kebangsaan serta peradaban dunia.

    Jadi kalau ada elit partai mencoba membenturkan dan membelah NU dengan diksi itu bisa dipastikan meraka sedang kesurupan memaknai yang selama ini meraka tahu betul bagaiman sejatinya NU.

    Mereka lupa bahwa NU ini manunggaling semakin di belah dengan membuat diksi dan narasi dikotomis dengan tujuan memecah belah NU, maka NU akan semakin kuat untuk mengkonsolidasika jam’iyah dan Jamaah NU dan akan semakin jauh dari harapan mereka.

    Mereka akhir-akhir ini terlihat nyolot banget hampir tiap moment yang menjadi sasaran tembak adalah simbol kekuatan ideologis NU, meraka terlihat tidak sadar sedang melakukan kesalahan besar dalam sejarah politik kebangsaan NU, mereka sudah diluar batas rasional meletakan relasi NU dan partai malah terlihat meraka merasa superior dan suprim dihadapan pendirinya.

    Betapun adanya NU struktural semenjak Khdaratus Syeh KH. Hasyim As’ary berasama KH. Hasan Gipo adalah ulama pendiri sekaligus menempati struktur NU yang mengisi sejarah baik keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan bahka ikut serta dalam peradaban dunia tak hanya itu beliau juga adalah ikut terlibat dalam politik kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan sampai ikut mempertahankan dengan resolusi jihad.

    Ini salah satu potret sejarah keterlibatan NU struktural yang akan di abaikan begitu saja oleh kelompak yang sedang panik atau karena ambisinya untuk sekedar ingin berkuasa di negeri enam dua ini.

    Kan banyak cara yang santun dan indah untuk mencari dukungan bukan dengan cara-cara memecah NU dari dalam.

    Tapi, boleh jadi ini adalah klimak dari eksploitasi basis kultural dan struktural yang selama ini di lakukan meraka sehingga sudah waktunya partai yang mereka kuasai hasil di bentuk oleh NU.

    Dikembalikan lagi pada Ibu kandunganya untuk di momong ulang agar bisa membangun relasi indah saling menginspirasi tanpa intervensi, saling simbiotik tanpa memetik keuntungan sepihak.

    Mungkin waktunya sudah dekat NU struktural dan NU kultural bergerak penuh bijak untuk kembali menjadika mereka yang sekarang berada di struktur partai menjadi pengikut partai di ranah kultural saja artinya mungkin sudah lelah dan berharap pensiun dari politik struktural dan menjadi partai kultural.

    Wallahu’alam…,,

  • Saraswati Diskusi di Ngaji Kamulyan

    Saraswati Diskusi di Ngaji Kamulyan

    CIPUTAT, BANPOS -Bakal Calon Wakil Walikota Tangsel, Rahayu Saraswati mengisi diskusi di acara Ngaji Kamulyan yang digelar NU Care Lazisnu Tangsel, Minggu (23/8) malam di Posko NU Peduli Tangsel, Ciputat.

    Saraswati hadir bersama Ketua Tim Pemenangannya Habib Fiqih Al Idrus dan Keponakannya Anies Baswedan yaitu Ranna Baswedan. Dalam Diskusi, Saras menyampaikan bahwa Kota Tangerang selatan masih belum dimiliki oleh warganya, disamping itu perlu penanganan khusus terkait pengelolaan sampah dan dan literasi dalam membangun Kota Tangsel.

    “Saya sangat senang bisa diskusi bareng milenial NU ini, saya harap di lain waktu bisa bersama-sama melaksanakan kegiatan bareng. Melihat warga Kota Tangerang Selatan sendiri, saya kira warganya belum mempunyai rasa memiliki, kehadiran pemerintah dalam menyapa warganya juga belum merata, disamping itu orang yang tinggal di Kota Tangsel baik warga asli maupun pendatang dalam membangun Tangsel sendiri kurang terbangun,” jelasnya.

    Saras juga menambahkan, Tagline yang diusungnya bersama Bakal Calon Walikota Muhamad yakni, “#Tangseluntuksemua”.

    “Karena Tangsel ini ya milik kita semuanya, dan pemerintah harus mengayomi semuanya, bukan satu orang ataupun kelompok tertentu. Untuk membangun Tangsel memang perlu edukasi yang bentuknya literasi finansial dan literasi digital, hal ini yang menjadi awal warga dan masyarakat untuk membangun Kota Tangsel, karena membangun sumber daya alam atau sosialisasi mulai sejak muda,” bebernya.

    Sedangkan, persoalan sampah di Kota Tangsel, dia mengaku sudah bertemu dengan ilmuan Jerman yang membuat alat pengolahan sampah, dan alat tersebut sudah digunakan diberbagai Negara.

    “Jika saya diamanatin menjadi pe­mim­pin, maka alat pengolahan sam­pah akan kita bawa di Kota Tangsel,” Imbuh Saras

    Dalam ngaji kamulyan yang diselenggarakan oleh Nu Care Lazisnu Tangsel dan Badan Otonom IPNU IPPNU dihadiri beberapa tokoh yakni Kyai Himam Muzahir, dan KH Abdullah Masud dan beberapa perwakilan banom dan tamu undangan. Kyai Himam Muzahir memberikan arahan dan penjelasan kegiatan Ngaji Kamulyan ini mengambil sesi tokoh Tangsel.

    “Tidak ada unsur kampanye. Ngaji Kamulyan adalah ngaji rutinan setiap Minggu malam Senin di Posko NU Peduli Tangsel, yang ngadain teman-teman IPNU IPPNU dan disupport oleh NU Care Lazisnu. Kita inginkan politik di Tangsel saling menghormati dan tidak menciderai, tidak saling caci maki dan tidak saling nge-bully. Kegiatan ini juga terbuka buat siapapun baik, umat muslim maupun non muslim, Kita akan menerima dan belajar bersama,” jelas Himam Muzahir.

    Ketua NU Care Lazisnu Tangsel, Rizki Subagia menyampaikan agar generasi milenial maupun kolonial ikut bersama dalam kegiatan Ngaji Kamulyan ini. Ia juga menyampaikan kalau NU Care Lazisnu akan siap sedia mensuport kegiatan apapun yang positif.

    “Saya ucapkan terima kasih kepada banom-banom yang selama ini mengawal kegiatan NU Care Lazisnu diantaranya kegiatan Ngaji Kamulyan. Saya harap agar generasi muda milenial dan para kolonial ( Orang Sepuh) ikut serta mengaji dan berdiskusi di kegiatan ini. Kita selalu mengundang narasumber-narasumber yang bisa memberikan energi buat Lazisnu, dan banom-banom, setiap narasumber selalu beda-beda pembahasan jadi akan dapat ilmu baru,” ungkap Rizki.(BNN/PBN)

  • Siap Jaga Keutuhan NKRI dan Persatuan, Pengurus MWC NU Malingping Dilantik

    Siap Jaga Keutuhan NKRI dan Persatuan, Pengurus MWC NU Malingping Dilantik

    MALINGPING, BANPOS – Pengurus Cabang (PC) Nahdhatul Ulama (NU) Kabupaten Lebak mengukuhkan jajaran pengurus Majlis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Malingping untuk masa khidmat 2019/2024 yang berlangsung di Pendopo Kecamatan Malingping, Minggu (29/12).

    Ketua Panitia Kegiatan, Maman Suparman menyampaikan bahwa pelantikan tersebut untuk masa bhakti 2019/2024. Adapun jumlah pengurus MWC NU Kecamatan Malingping yang dilantik 45 orang.
    “Semua jajaran pengurus yang dilantik lantik hadir 99 persen. Itu semua dari unsur kiyai, ustad, tokoh masyarskat, pengusaha dan aktivis pemuda, jumlah semuanya 45 orang. Acara ini akan diisi pula dengan dialog khaul Gus Dur dan membahas pemikirannya. Dan malamnya dilanjut doa istighosah,” kata Maman. Minggu (29/12).

    Dalam seremoni tersebut dihadiri Camat Malingping, Cece Sahroni, Kapolsek Malingping Kompol Budi Warsa, Danramil, Ketua MUI Malingping Sujaya Arsudin serta undangan dan tokoh masyarakat.
    Ketua PC NU Kabupaten Lebak, Aep Saepudin Assadzili dalam penyampaian sambutan menyebut, sejak didirikannya organisasi NU adalah salah satu basis organisasi terbesar di Indonesia yang didirikan untuk mewadahi para ulama dalam syiar islam dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

    “Pada 31 Januari 1926 wadah organisasi NU didirikan oleh Hadratusyeikh KH Hasyim As’ari untuk mewujudkan wadah umat dalam tuntutan syiar agama dan perjuangan kemerdekaan. Karena pada saat itu sangat penting persatuan jnat dalam wadah organisasi, terutama dalam mempersatukan perjuangan para ulama di pondok-pondok pesantren salafiyah bale rombeng,” ungkapnya, Minggu (29/12).

    Dikatakan Aep, perjuangan kemerdekan tidak lepas dari peran kehadiran warga NU. Seperti halnya yang terjadi pada perang 10 November di Surabaya pada Tahun 1945 yang dijadikan momen sejarah Hari Pahlawan.

    “Perang Surabaya itu mencuat setelah keluar Fatwa NU oleh KH Hasyim As’ari. Sehingga atas fatwa iti, para kyai dan santri berbagai pondok pesantren tumpah ruah bergabung dalam arek-arek Suroboyo. Dan saat itu Jendral Malaby salah satu komandan peranf Skutu dari Inggris tewas terbunuh oleh salah seorang santri Tebu Ireng, ini sungguh peristiwa terdahsyat dalam sejarah perjuangan republik indonesia. Jadi dalam hal ini, sekarang dan ke depan NU harus tampil terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI” paparnya.

    Sementara Ketua MWC NU Kecamatan Malingping, Kiayi Usep Saepudin mengatakan, bahwa jajaran NU kecamatan Malingping akan selalu siap menjalankan amanat para ulama ahlusunah wal jamaah dan tetap melakukan upaya penguatan organisasi NU dan juga tetap berjuang untuk NKRI.

    “Sebagai bagian dari jajaran prngurus NU kami akan terus menjaga amanat para ulama, yakni tetap dalam pijakan ahlusunah wal jamaah, menghormati kebhinekaan, toleransi dan akan siap sedia berjuang mempertahankan keutuhan NKRI hingga titik darah penghabisan,” tegasnya. (WDO/PBN)