JAKARTA, BANPOS – Nilai tukar rupiah pagi ini dibuka melemah 0,34 persen ke level Rp 15.923 per dolar AS dibanding penutupan perdagangan kemarin di level Rp 15.870 per dolar AS.
Pergerakan mayoritas mata uang di kawasan Asia juga melemah terhadap dolar AS.
Baht Thailand minus 0,18 persen, yen Jepang turun 0,01 persen, ringgit Malaysia anjlok 0,13 persen, dolar Hong Kong turun 0,02 persen, dolar Singapura minus 0,07 persen, won Korea Selatan melemah 0,41 persen, dan peso Filipina turun 0,17 persen.
Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya menguat 0,20 persen ke level 106,56.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,21 persen ke level Rp 16.807, terhadap poundsterling Inggris turun 0,19 persen ke level Rp 19.258, dan terhadap dolar Australia naik 0,24 persen ke level Rp 9.989.
Analis Komoditas dan Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah akan tertekan oleh tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang naik.
Yield obligasi AS tenor 10 tahun sudah kembali mendekati 5 persen, setelah sempat turun ke kisaran 4,8 persen.
“Rupiah juga akan tertekan oleh penguatan dolar AS buntut data ekonomi Negeri Paman Sam yang kian solid,” ujarnya, Kamis (26/10).
Semalam data penjualan rumah baru September naik dibandingkan bulan sebelumnya, 759 ribu VS 676 ribu.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih solid dan mampu menerima beban suku bunga tinggi.
Ariston memproyeksi, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp 15.850 hingga Rp 15.930 per dolar AS sepanjang hari ini. (RMID)
Berita ini telah terbit di https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/194237/imbas-yield-obligasi-as-naik-rupiah-masih-tak-bertenaga