Tag: OMS Tangerang

  • OMS Tangerang Kerjasama dengan Pemkab, Tangani AKI, AKB dan Stunting

    OMS Tangerang Kerjasama dengan Pemkab, Tangani AKI, AKB dan Stunting

    TANGERANG, BANPOS – Sejumlah Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang tergabung dalam Forum Sehat Gemilang (Learning Forum), menggelar focus grup discuss (FGD) bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang di sebuah rumah makan di Kabupaten Tangerang, Kamis (13/1). Hadir dalam FGD penyepakataanx unit dan desain modeling bersama Pemda tersebut, Pemerintah Kecamatan Teluknaga, Pemerintah Desa Tegal Angus, Pemerintah Desa Kampung Melayu Barat, Puskesmas Kecamatan Teluknaga, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, BAPPEDA Kabupaten Tangerang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Tangerang, Kesbangpol Kabupaten Tangerang, dan DPMD Kabupaten Tangerang.

    Camat Teluknaga, Zam-Zam Manohara, menyampaikan terimakasih atas penunjukan lokasi yang berada di wilayah tugasnya. Ia mengaku, tentu hal itu menjadi angin segar untuk bisa bersinergi dengan FOPKIA Kabupaten Tangerang, yang didukung oleh USAID Madani dalam hal pembentukan POKJA KIBBL di dua Desa yang menjadi binaannya.

    “Banyak faktor yang menjadi temuan di masyarakat terkait stunting, sebenarnya dari pola hidup dan kelainan kesehatan. Sebagai contoh daerah kita terkenal dengan tumpah ruahnya biota laut salah satunya ikan, namun masyarakat khususnya ibu hamil rendah akan konsumsi ikan laut,” ungkapnya.

    Ia menyebut, rendahnya konsumsi ikan oleh ibu hamil menjadi masalah terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sehingga, nanti pihak kecamatan akan ada sinkronisasi ketika Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan, terkait fokus isu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting.

    “Mudah-mudahn dengan adanya desa percontohan ini akan bisa di replikasi di desa-desa lain yang masuk zona merah AKI, AKB dan Stunting,” tandasnya.

    Sementara itu, kepala Desa KP Melayu Barat ,sekaligus ketua APDESI Kecamatan Teluknaga, Subur Maryono, turut menyampaikan rasa terimakasih atas penunjukan desany sebagai intervensi fokus AKI, AKB serta stunting.

    “Memang banyak faktor yang menjadi temuan masalah dilapangan terkait isu KIA. Kami akan memaksimalkan semua elemen masyarakat dan tentuntya pemerintahan desa terkait akan adanya POKJA KIBBL di desa kami,” tuturnya.

    Lebih jauh, kabid Dinkes Kabupaten Tangerang dr. Sri Indriyani, dalam pemaparanya menyampaikan terkait stunting, yang pada dasarnya dapat dicegah sedini mungkin. Hal itu dilakukan melalui deteksi dini kepada si anak, yaitu kunjungan kepada Faskes terdekat atau Puskesmas.

    “Hal ini menjadi langkah sangat baik tentunya jika dilakukan,” katanya.

    Ia menjelaskan, ada 5 tahapan sebelum anak menjadi stunting. Dimulai dari gagal tumbuh-BB atau Berat Badan, Kurang-Gizi Kurang/Gizi Buruk-Stunting dan Mikrosefali.

    “Adapun dua strategi penanganan stunting, Pertama Intervensi Gizi Spesifik. Dimana intervensi yang ditunjukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” tuturnya.

    Kegiatan intervensi gizi umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi ini bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

    “Kedua Intervensi Gizi Sensitif, dimana intervensi yang ditunjukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), maka jika ini dilakukan tentunya akan menekan angka stunting di Kabupaten Tangerang sendiri,” jelasnya.

    Sementara itu, ketua FOPKIA Kabupaten Tangerang, Atif, menjelaskan histori pemilihan desa yang dijadikan modeling. Kata dia, pada workplane FOPKIA pengajuan desa ploting 2 kali pengusulan yang pertama kec tiga raksa desa, namun Tigaraksa tidak menjadi zona merah terkait AKI AKB dan stunting.

    “Kami berkoordinasi dan komunikasi dengan Dinkes, agar ploting masuk pada kecamatan yang desanya zona merah AKI, AKB dan stunting. Lalu kami usulkan perubahan ploting dari kecamatan Tigaraksa ke Kecamatan Mauk (desa sasak dan banyu asih),” jelasnya.

    Dalam perjalanan, tenyata stunting dan AKI AKB yang tinggi. Kemudian, ada kasus gizi buruk di kecamatan Teluknaga.

    “FOPKIA langsung berkomunikasi terkait kasus gizi buruk d kecamatan teluknaga kami berkomunikasi dengan kepala desa KP. Melayu Barat dan Tegal Angus dan camat teluknaga agar PLOTING KIBBL desa masuk ke Kecamatan Teluknaga,” tandasnya. (MUF)