Tag: Pandeglang

  • Tetap Semangat Ditengah Pandemi, Guru di Pandeglang Mengajar Door To Door

    Tetap Semangat Ditengah Pandemi, Guru di Pandeglang Mengajar Door To Door

    PANDEGLANG, BANPOS – Karena keterbatasan alat telekomunikasi dan jaringan Internet, Guru di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, terpaksa menyambangi rumah muridnya untuk mengajar. Hal itu dilakukan agar proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)) tetap berjalan.

    Salah satu guru yang melaksanakan kegiatan mengajar daring dan luring itu adalah Edi Sumaedi, ia mengatakan, selama pandemic COVID-19 atau Virus Korona, Pemerintah memutuskan untuk memberlakukan Belajar di rumah dan kegiatan Belajar mengajar dilakukan dari rumah dengan berbagai sistem. Dimana sistem Daring merupakan salah satu sistem yang cukup efektif dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.

    “Saya melaksanakan home visit sejak ada anjuran dari Pemerintah, pelaksanaannya di minggu ke 3 dan ke 4 di bulan April itupun pas ada kejadian wabah virus korona,” katanya kepada BANPOS.

    Akan tetapi, tidak semua peserta didik dapat mengikuti sistem pendidikan tersebut, khususnya di beberapa daerah di Kabupaten Pandeglang.

    Karena tidak semua orang tua dan peserta didik di daerah itu memiliki alat komunikasi untuk mendukung sistem pembelajaran Daring tersebut, bahkan tidak semua daerah di kabupaten itu terjangkau akses Internet.

    “Ga bisa online, maklum orang kampung jadi tidak semua punya Handphone karena keuangannya sangat terbatas, makanya saya berniat untuk mengajar dengan cara menyambangi rumah murid satu persatu, “ucapnya.

    Edi juga menambahkan, agar peserta didik tetap mendapatkan pengajaran selama proses Belajar di rumah, maka dia sebagai tenaga pendidik di sekolah SDN Cisereh, Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang itu menyambangi rumah para Siswa untuk memberikan tugas dan pengajaran.

    “Hanya 4 kali tatap muka dengan durasi 20 menit, itupun cuma ngasih tugas khusus buat pelaksanaan ujian kelas 6,” tambahnya.

    Selain tidak memiliki alat komunikasi yang mendukung sistem pembelajaran Daring, akses rumah peserta didik tersebut cukup jauh dari teman-temannya.

    Tidak semua Siswa yang tidak memiliki akses pembelajaran Daring disambangi oleh tenaga pendidik. Sejumlah peserta didik yang tidak memiliki alat komunikasi pendukung sistem pembelajaran Daring diminta untuk bergabung bersama teman lainnya yang memiliki alat komunikasi pendukung untuk membuat kelompok belajar.

    “Jarak rumahnya jauh-jauh serta trek jalannya sangat licin, apalagi kalau habis hujan pasti motor ga bisa mulus jalannya, kadang juga saya terjatuh dari motor,” ungkapnya.

    Namun, Edi tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 terutama kepada murid-muridnya, seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir.

    “Saya tetap memperhatikan protokol kesehatan dari Pemerintah, dengan cara jaga jarak. pakai masker dan juga cuci tangan. Itu dilakukan oleh saya maupun kepada murid-murid yang saya sambangi,” tandasnya.(MG-02/PBN)

  • Musyawarah Desa Tentang Anggaran Covid-19 di Pandeglang dan Lebak Belum Terlaksana

    Musyawarah Desa Tentang Anggaran Covid-19 di Pandeglang dan Lebak Belum Terlaksana

    PANDEGLANG, BANPOS – Dalam rekapitulasi musyawarah desa khusus/ insidentil yang dihimpun oleh Pemerintah Provinsi Banten. Dinyatakan bahwa baru 17 persen desa yang melakukan musyawarah desa khusus/ insidentil tersebut.

    Diketahui, musyawarah tersebut dilakukan dalam rangka perubahan APB-Desa yang akan direfocussing untuk penanganan Covid-19.

    Untuk di Kabupaten Pandeglang, dinyatakan belum ada desa yang melakukan musyawarah, sedangkan di Kabupaten Lebak, baru 12,6 persen.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kabupaten Pandeglang, Doni Hermawan, mengatakan bahwa kegiatan Musdes akan segera dilaksanakan minggu depan.

    “Kegiatan musdes baru akan kami laksanakan minggu depan, jadi belum ada hasil apapun. Toh kegiatannya juga belum, jadi untuk anggaran Desa yang dialihkan pada penanganan COVID-19 belum tahu berapanya,” kata Doni kepada BANPOS, saat dihubungi melalui seluler, Minggu (10/5).

    Doni menambahkan, untuk musdes sendiri harus dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, Kepala Desa, Ketua RT, BPD, kader posyandu, dan Ibu PKK dan difasilitasi oleh Pendamping Lokal Desa (PLD).

    “Musdes bisa berjalan dengan lancar apabila semua elemen masyarakat turut hadir, seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, Kepala Desa, Rt, Rw, BPD serta yang lainnya. Jadi semua masyarakat tahu untuk apa kegiatan iti dilaksanakan, kegiatan tersebut juga harus difasilitasi oleh Pendamping Lokal Desa atau PLD. Mengenai waktunya, itu tergantung Desa masing-masing yang jelas minggu depan harus segera dilaksanakan,” ucapnya.

    Senada dengan Doni, Kepala DPMPD Kabupaten Lebak, Babay Imroni mengaku memang belum melaksanakan musdes untuk penanganan Covid-19 tersebut. Namun ia berjanji, akan dilaksanakan pada minggu depan.

    “Sebenarnya sudah semua. Cuma karena ada permendes baru yang harus menyesuaikan dengan anggaran yang sudah dipotong,” kata Babay.

    Ia mengungkapkan, dari data yang ada sebenarnya sudah mencapai 90 persen, bukan 12,6 persen. Sebab itu, menurutnya proses musdes akan selesai pada minggu depan.

    “Insyaallah minggu depan sudah selesai semua,” tegasnya.(MG-02/DHE/PBN)

  • Pasien Positif Bertambah, Ada Dua Klaster di Pandeglang

    Pasien Positif Bertambah, Ada Dua Klaster di Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang memastikan, warga Gardutanjak, Kecamatan Pandeglang yang dievakuasi pada Sabtu (9/5) merupakan pasien positif berdasarkan hasil rapid test dan Swab. Pasien tersebut diketahui bekerja di Jakarta sebelumnya.

    Juru Bicara Tim Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Pandeglang, Achmad Sulaeman menyatakan, awalnya pasien tersebut tercatat reaktif rapid test pada tanggal 22 April yang lalu di pasar Cikupa, kemudian langsung dilakukan tes swab.

    “Ia langsung disuruh isolasi di rumah. Awal-awal sih patuh, namun selanjutnya kita tidak tahu, karena fokus di Carita,” jelasnya kepada BANPOS melalui telepon, Sabtu (9/5).

    Diketahui, pasien tersebut bekerja di Jakarta. Namun kepada BANPOS, Achmad belum berani menyatakan, apakah hasil SWAB di Jakarta, ataukah di Banten, yang menyatakan pasien tersebut positif.

    “Karena ada dua kali, apakah di Jakarta pernah terjaring, saya belum berani menyatakan,” kata Achmad.

    Menurutnya, pihaknya akan melakukan test kepada keluarga pasien. Dan dengan hal ini, maka terdapat dua klaster Covid-19 di Kabupaten Pandeglang, setelah sebelumnya tercatat klaster Carita menjadi zona merah.

    “Besok akan dirilis lebih jelasnya,” tandasnya.(DHE/PBN)

  • LPSPL Serang, Polres Serkot dan SKIPM Kelas II Merak Lepas liarkan 36.800 Benih Lobster

    LPSPL Serang, Polres Serkot dan SKIPM Kelas II Merak Lepas liarkan 36.800 Benih Lobster

    PANDEGLANG, BANPOS – Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang, bersama bersama Polres Serang Kota (Serkot) dan Stasiun Karantina Ikan dan Penjaminan Mutu (SKIPM) Kelas II Merak melaksanakan pelepasliaran benih lobster sebanyak 36.800 ekor di perairan pantai Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jumat (1/5).

    Kepala Unit Sidik II Polres Serang Kota, Iptu Widodondri mengatakan, Polres Serang Kota yang berkoordinasi dengan tim Bareskrim Mabes Polri berhasil menggagalkan upaya pengiriman sebanyak 37.400 ekor benih lobster illegal di wilayah Kota Serang.

    “Benih lobster tersebut diduga dibawa dari Jember, Jawa Timur, menuju wilayah Jambi melalui jalur darat dan akan diselundupkan ke wilayah negara Singapura,” kata Iptu Widodondri kepada wartawan.

    Setelah itu, Polres Kota Serang bersama SKIPM Kelas II Merak sekitar pukul 09.00 WIB melakukan koordinasi dengan LPSPL Serang, untuk melakukan pelepasliaran benih lobster sitaan tersebut.

    “Setelah melakukan koordinasi dengan Kepala Subsi Pendayagunaan dan Pelestarian LPSPL Serang, kita melaksanakan kegiatan pelepasliaran benih lobster hasil sitaan tersebut. Sebelumnya benih lobster sejumlah 600 ekor telah disimpan sebagai sampel Barang Bukti Tindak Pidana di Polres Serang Kota,” terangnya.
    Di tempat yang sama, Kepala Subsi Pendayagunaan dan Pelestarian LPSPL Serang, Zaid Abdur Rahman membenarkan, pihaknya telah menerima tim dari Polres Serang Kota bersama SKIPM Kelas II Merak, sekirar pukul 16.30 WIB, untuk menyerahkan puluhan ribu benih lobster hasil sitaan untuk di lepasliarkan.

    “Kami melakukan penandatanganan berita acara penyerahan dan pelepasan barang bukti (benih lobster illegal, red). Sekitar pukul 17.00 WIB benih lobster itu telah kami lepasliarkan secara bersamaan,” katanya.

    Dalam suasana darurat Covid-19, pelaksanaan pelepasliaran benih lobster tersebut tetap dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan baku.

    “Kita tetap mengikuti protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan menjaga jarak antar personel,” terangnya.

    Sementara itu, Kepala LPSPL Serang, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari Permen KP Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan atau pengeluaran Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) dari wilayah Negara Republik Indonesia.

    “Benih lobster itu tidak boleh ditangkap dan diperdagangkan. Sebab Lobster yang boleh ditangkap dan diperdagangkan minimal dengan berat 200 gram dan tidak dalam kondisi bertelur, untuk menjamin keberadaan sumberdaya lobster sehingga pemanfaatannya dapat lestari,” katanya.

    Menurutnya, jika lobster tersebut dijual ke luar negeri, memang nilai ekonominya menjadi berlipat-lipat. Karena harga benih lobster ditingkat nelayan sekitar Rp 5000 sampai Rp 10.000, dan ketika dijual ke luar negeri bisa mencapai sekitar Rp 150 ribu untuk benih lobster jenis pasi dan Rp 200 ribu untuk benih lobster jenis Mutiara.

    “Namun jika sampai dewasa, harga lobster bisa mencapai Rp 1 juta per ekor atau perkilo gram,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Lakukan Curanmor, Napi Asimilasi Covid-19 Diamankan Polisi dan Warga

    Lakukan Curanmor, Napi Asimilasi Covid-19 Diamankan Polisi dan Warga

    PANDEGLANG, BANPOS – Kepolisian Sektor Jiput Polres Pandeglang, telah berhasil mengamankan seorang tersangka curanmor yang melarikan diri ke arah carita. AS (30) ditangkap di Kecamatan Carita tepat nya di depan Sdn Cibeureum Kec.Carita, Rabu (29/4).

    Tersangka melakukan tindak pidana pencurian sepeda motor yang terjadi di Kp.Talun, Desa Jiput, Kecamatan Jiput, dan langsung melarikan diri ke arah Carita.

    Penangkapan tersebut berawal setelah korban Sdr.Nunung Jubaedi mengetahui kendaraan miliknya hilang, kemudian korban langsung mengejar bersama rekannya yang bernama Sdr.Eman alias Emong, dan ditengah perjalanan bertemu dengan petugas Patroli Polsek Jiput yang sedang melaksanakan patroli malam guna menjaga situasi Kamtibmas diwilayah hukum Polsek Jiput.

    Petugas patroli Bripka Ade Kurnia dengan sigap mengejar pelaku sambil menghubungi rekan kerjanya yang bertugas di Carita.

    Tepat didepan SD Cibereum Carita, motor korban kehabisan bensin, dan karena rekan rekannya telah dihubungi maka pelaku tertangkap pertama kali oleh petugas Desa Carita Dwi Rion dan Anggota Polsek Carita.

    “Dari penangkapan ini, turut diamankan satu unit sepeda motor, “kata Kasat Reskrim Polres Pandeglang IPTU Moch. Nandar, kepada Banpos, Rabu (29/4).

    Kapolres Pandeglang AKBP Sofwan Hermanto melalui Kasat Reskrim IPTU Moch Nandar, menerangkan bahwa pria berinisial AS merupakan salah satu residivis yang baru saja mendapatkan asimilasi dari Menkumham guna mencegah penyebaran Virus COVID-19.

    Namun dengan membandelnya, AS masih saja mengulangi perbuatan pencurian yang tentunya merugikan orang lain.

    “AS seorang residivis yang pernah kita tangkap tahun lalu karena kasus pencurian motor, dan yang bersangkutan baru saja keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Karena adanya program asimilasi dari Menkumham, namun sekarang tertangkap lagi, saat ini tersangka masih kita dalami terhadap kasus barunya,” tandasnya.

    Adapun barang bukti yang berhasil diamankan satu unit motor Kawasaki Klx dengan No pol A 4789 LZ warna merah hitam. Sementara tersangka dikenakan pasal 363 KUHP. (MG-02/PBN)

  • Positif Bertambah, Dicurigai Transmisi Lokal Covid-19 Sudah Terjadi di Pandeglang

    Positif Bertambah, Dicurigai Transmisi Lokal Covid-19 Sudah Terjadi di Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Tim Gugus Tugas Pencegahan Penyebaran Covid-19 Kabupaten Pandeglang mencurigai telah terjadi transmisi lokal penyebaran virus korona di Kabupaten Pandeglang.

    Hal ini berdasarkan dari adanya hasil swab positif atas orang yang melakukan kontak dengan PDP yang meninggal pada tanggal 8 April yang lalu.

    “Seminggu yang lalu, kami sempat melakukan tes swab kepada keluarga pasien pdp yang meninggal pada 8 april. Dari 9 anggota keluarga, baru satu yang ada hasilnya dan hasil swabnya positif. Setelah dilakukan pemantauan beberapa hari, ada gejala mencurigakan ke arah Covid dan akhirnya dirujuk ke RSUD Banten,” jelas Juru Bicara Tim Gugus Tugas Kabupaten Pandeglang, Achmad Sulaeman, dalam keterangan resminya, Selasa (28/4).

    Dengan hal tersebut, maka Tim Gugus Tugas Pandeglang mencatat, sudah terjadi dua kasus positif di Kabupaten Pandeglang.

    “Keduanya berasal dari Kecamatan Carita, dan hasil swabnya sudah melewati uji laboratorium,” lanjutnya.

    Adapun untuk kasus pertama, pasien diketahui positif saat sudah meninggal, sedangkan untuk pasien kedua adalah keluarga yang sempat kontak dengan pasien pertama.

    Ia berharap, dengan adanya kasus ini, kewaspadaan masyarakat semakin meningkat, dan juga menaati aturan-aturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

    “Dari kejadian ini kita ketahui bahwa transmisi lokal telah terjadi di kabupaten kita,” terangnya.(PBN)

  • DPRD Geram, Masih Ada Masyarakat Belum Dapat Bantuan

    DPRD Geram, Masih Ada Masyarakat Belum Dapat Bantuan

    PANDEGLANG,BANPOS – Komisi IV DPRD Pandeglang akan memanggil pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan banyaknya masyarakat Kabupaten Pandeglang, yang hingga saat ini belum mendapatkan program baik dari Pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun pusat.

    Ketua komisi IV DPRD Pandeglang, Habibi Arafat mengatakan, pihaknya akan memanggil Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Kepala Desa (Kades) / Kepala Kelurahan, Dinas Sosial (Dinsos) serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Pandeglang, untuk melakukan Rapat Koordinasi (Rakor).

    “Kalau ada yang mempersulit proses pengajuan program untuk masyarakat kurang mampu yang layak untuk mendapatkan bantuan, saya akan samperin dan akan saya caci maki kalau dipersulit. Dari awal saya sudah bilang ke para Kades, waktu di komisi I saat itu leading sektornya Disdukcapil, kalau ada masyarakat yang dipersulit bilang ke DPRD. Termasuk sekarang juga ada TKSK, kades atau siapapun yang mengurus Adminduk dipersulit datang ke kita,” kata Habibi kepada BANPOS melalui selulernya, Senin (27/4).

    Menurutnya, dalam melakukan pendataan untuk masyarakat kurang mampu yang layak untuk mendapatkan program bantuan, jangan sampai salah sasaran.

    “Ini yang harus diselesaikan, pendataan yang akurat oleh pemerintah. Karena disetiap desa banyak masyarakat yang layak mendapatkan kenyataannya tidak, ini menyedihkan seyogyanya program pemerintah bisa menyentuh masyarakat yang benar benar membutuhkan. Kadang para kepala desa yang tahu mana masyarakatnya yang layak mendapatkan tidak berdaya karena sistem pendataan KPM PKH dan BPNT sudah dikunci oleh pendampingnya. Ini yang harus dirubah sistem, kalau ingin bantuan pemerintah tepat sasaran,” terangnya.

    Oleh karena itu, lanjut Habibi, Dinsos kabupaten sebagai leading sector, mengirimkan surat kepada Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menyampaikan kondisi yang sebenarnya.

    “Harusnya Dinsos kabupaten bersurat kepada Kemensos untuk menyampaikan kondisi yang sebenarnya di lapangan, harusnya pendataan itu Dinsos kerjasama dengan para kepala desa agar KPM benar benar tepat sasaran. Saya miris di lapangan masih banyak masyarakat yang mampu secara ekonomi, masih mendapatkan program PKH. Sebaliknya masyarakat yang benar benar tidak mampu tidak mendapatkan program baik PKH dan BPNT,” ujarnya.

    “Kalau pun para kepala desa mengajukan masyarakatnya yang tidak mampu untuk mendapatkan PKH dan BPNT, tidak berdaya karena kewenangan layak dan tidaknya mendapatkan program adalah para pendamping PKH. Kalau begini terus tidak ada pendataan ulang, program pemerintah tidak tepat sasaran,” ungkapnya.

    Habibi menambahkan, pihaknya akan mengadakan Rakor dengan Dinsos dan pihak terkait untuk membahas kondisi terkini.
    “Kedepan kami dari komisi IV akan mengadakan Rakor dengan Dinsos dan pihak terkait untuk bicara kaitan dengan kondisi terkini. Dan kami juga akan mendatangi Kemensos untuk menyampaikan kondisi di lapangan. Kaitan dengan data PKH dan BPNT agar kedua program itu benar-benar tepat sasaran,” ucapnya.(dhe/pbn)

  • Gubuk Reot Jadi Saksi, Bantuan Pemerintah Tak Hadir

    Gubuk Reot Jadi Saksi, Bantuan Pemerintah Tak Hadir

    PANDEGLANG,BANPOS – Khawatir ada masyarakat kurang mampu yang terdampak Covid-19 tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, sejumlah relawan Charity Banten melakukan Gerakan social dengan melakukan sweeping rumah warga ke beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

    Ketua Charity Banten, Dicky mengatakan, sweeping warga merupakan Gerakan social atau kemanusiaan dalam rangka melakukan penyisiran, pendataan serta menyalurkan bantuan agar tepat sasaran.

    “Gerakan kemanusiaan sweeping warga ini sudah berlangsung hampir sekitar satu bulan, dalama kegiatan ini kita menyisir, mendata dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan ditengah pandemi Covid-19. Tujuannya agar bantuan yang diberikan ini tepat sasaran,” kata Dicky kepada BANPOS melalui selulernya, Kamis (23/4).

    Saat melakukan gerakan kemanusiaan, lanjut Dicky, Charity merasa prihatin saat menemukan salah satu warga yaitu Sanian (70) yang tinggal di Kampung Pangbogoan, Desa Banyubiru, Kecamatan Labuan, yang hidup seorang diri di lahan kebun miliknya selama 30 tahun dan belum pernah mendapat bantuan.

    “Saya merasa prihatin saat melihat kondisi kakek Sanian yang tinggal digubuk bambu yang hampir roboh karena belum pernah diperbaiki. Untuk memenuhi kebutuhan makan saja dari belas kasihan tetangganya,” terangnya.

    Saat relawan memberikan bantuan, tambah Dicky, kakek Sanian merasa bahagia dengan mata berkaca-kaca menerima bantuan yang diberikan, mengingat selama ini belum pernah mendapatkan bantuan.

    “Kita merasa terharu saat kakek Sanian menerima bantuan yang diberikan, dengan tangan bergetar dan mata berkaca-kaca menerima bantuan,” ujarnya.

    Oleh karena itu, pihaknya akan terus melakukan penyisiran ke wilayah kecamatan lain yang ada di Pandeglang, mengingat pandemi Covid-19 berdampak kepada kehidupan social dan ekonomi masyarakat.

    “Kami tidak ingin saat bantuan disalurkan oleh pemerintah, ada masyarakat yang kelaparan. Untuk pemerintah daerah, jika kakek Sanian belum pernah mendapatkan program bantuan tolong dibantu dan jika kesulitan untuk menyalurkannya biar kami yang mengantarkannya,” ungkapnya.

    Sementara penerima bantuan, Sanian (70) mengatakan, selama dirinya menghuni gubuk tua dengan kondisi nyaris ambruk dengan ditutupi terpal plastik yang sudah banyak yang bocor selama 30 tahun belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah.

    “Kondisi rumah saya memang sudah hampir roboh, bukannya tidak mau memperbaiki, untuk makan sehari-hari saya sendiri saja susah. Sehari-hari saya memungut buah melinjo yang jatuh untuk dijual dan hasilnya pun tidak seberapa, itupun kalau dapat, kalau tidak dapat saya kadang tidak makan. Alhamdulillah kadang ada tetangga yang memberi makan,” katanya lirih.

    Untuk bantuan dari pemerintah, Sanian mengaku belum pernah mendapatkan, mengingat untuk mengajukannya tidak mengerti harus bagaimana.

    “Selama 30 tahun tinggal disini, saya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baru kali ini saya ada yang memberi bantuan sebanyak ini, terima kasih atas bantuan yang diberikan,” ungkapnya.

    Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Labuan, Adnan mengatakan, pihaknya sudah melakukan kunjungan ke rumah kakek Sanian dengan pihak kecamatan dan sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Desa (Kades) Banyubiru.

    “Saya dan pak Camat sudah berkunjung ke rumahnya dan sudah koordinasi dengan Kades untuk dibuatkan KTP dan KK mengingat selama ini Sanian belum memiliki KTP dan KK. Untuk KK sudah kita buatkan dan sudah jadi, namun untuk KTP kata pihak Disdukcapil blankonya kosong,” katanya.(dhe/pbn)

  • Ditinggal Anak, Mengandalkan Pemberian Tetangga

    Ditinggal Anak, Mengandalkan Pemberian Tetangga

    PANDEGLANG, BANPOS – Ditengah pandemik COVID-19, seorang nenek hidup bersama dua orang cucunya di rumah tidak layak huni. Lambatnya bantuan dari Pemerintah membuat nenek Anis hanya mengandalkan uluran tangan dari para tetangganya.

    Ketua Rt setempat, Nanang menuturkan bahwa nenek Anis mempunyai dua anak, tapi sampai saat ini tidak tahu keberadaan anaknya tersebut. Sedangkan untuk makan saja sudah susah dan hanya mengandalkan dari belas kasihan para tetangganya.

    “Sebenarnya Ma Anis punya anak laki-laki 2 orang, namun sudah lama tidak ada kabar beritanya. Sekarang hanya tinggal dengan cucunya yang masih kecil dan untuk makan serta kebutuhan sehari-hari, para tetangga yang selalu membantu, “katanya kepada Banpos, Senin (20/4).

    Nanang juga menambahkan bahwa Nenek Anis yang tinggal di rumah berdinding bilik berlantai tanah seluas 9×6 meter yang tidak jauh dari pusat Perkotaan, janda tua ini mendiami rumahnya yang didirikan pada beberapa tahun silam. Nenek Anis yang memiliki dua anak ini tinggal bersama tiga cucunya.

    “Semenjak adanya Korona, Saya sebagai Ketua Rt disini sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya agar rumah Ma Anis mendapatkan bantuan Rehab serta berusaha agar dapat bantuan lain seperti sembako dari Pemerintah, namun sampai sekarang belum ada satu pihak pun yang datang untuk memberikan bantuan, “jelasnya.

    Salah satu warga, Yadi berharap agar pihak Pemerintah segera memberikan bantuannya kepada Nenek Anis dan juga cucunya yang memang sangat mengharapkan bantuan tersebut.

    “Saya berharap supaya pemerintah ataupun pihak lainnya segera mengirimkan bantuan, baik bantuan sembako maupun bantuan uang karena Ma Anis sangat butuh sekali bantuan itu. Mudah-mudahan saja pemerintah serta para Dermawan bisa mendengarnya dan segera memberikan bantuan, “ucapnya.

    Nenek Anis yang memiliki dua anak ini tinggal bersama tiga cucunya. Sementara dua anaknya tidak pernah kunjung pulang ke rumah dan tiga cucunya yang sudah tidak menempuh ilmu pendidikan, karena tidak adanya biaya.(MG-02/PBN)

  • Positif Korona di Pandeglang, PDP Meninggal yang Baru Terkonfirmasi

    Positif Korona di Pandeglang, PDP Meninggal yang Baru Terkonfirmasi

    PANDEGLANG, BANPOS – Terkonfirmasinya warga Banten yang dinyatakan positif mengidap Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) setelah meninggal dunia, kembali terjadi. Terbaru, warga Pandeglang yang meninggal dunia pada 4 April 2020 lalu, baru kemarin dikonfirmasi sebagai kasus positif Covid-19.

    Pekan lalu, seorang warga Kota Serang juga dinyatakan positif mengidap Covid-19 setelah beberapa hari meninggal dunia. Saat menghembuskan nafasnya yang terkahir, status warga Serang itu adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Korban merupakan warga Serang pertama yang meninggal dunia dalam status positif Covid-19.

    Hal sama terjadi pada kasus kematian pertama akibat Covid-19 di Pandeglang. Seorang warga Kecamatan Carita, dinyatakan positif Covid-19 pada Rabu (15/4) setelah meninggal dunia pada 4 April lalu.
    Juru Bicara Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Ahmad Sulaeman mengatakan, pasien tersebut sebelumnya lama tinggal di Tangerang, tapi ketika dia sakit, langsung pulang kampung ke Kecamatan Carita.

    “Pasien ini lama tinggal di Tangerang dan menurut informasi juga bahwa kartu keanggotaan BPJS-nya itu tercatat alamat Tangerang, tapi kampung halamannya di Carita Pandeglang,” ucapnya kepada BANPOS, Kamis (16/4).

    Sulaeman juga menuturkan bahwa pasien tersebut telah ketika sakit kemudian pulang kampung dan menjalani beberapa pengobatan di klinik swasta yang berada di Pandeglang, setelah itu melakukan rontgen dan diketahui bahwa diagnosisnya ke arah Positif.

    “Ketika Pasien tersebut mengalami sakit, dia pulang kampung dan menjalani beberapa layanan atau pengobatan di klinik swasta . Namun setelah tidak ada perbaikan, barulah dilakukan rontgen dan baru ketahuan hasil diagnosisnya ke arah sana,” katanya.

    Setelah diketahui hasilnya, kemudian Klinik merujuk pasien ke RSUD Berkah dan dilanjutkan ke RSUD Banten. Beberapa hari dirawat dan sempat masuk ke ruang ICU, tapi pada tanggal 4 April pasien tersebut meninggal dunia.

    “Setelah beberapa hari tidak menunjukan perubahan, akhirnya dirujuk ke RSUD Berkah dan dilanjutkan ke RSUD Banten. Jadi selama itu dilakukan pemeriksaan SWAB, kemudian hasilnya kita menunggu sampai 14 hari dan dinyatakan Positif COVID-19. Tanggal 4 April pasien tersebut dinyatakan meninggal dunia dan sudah dimakamkan pada hari yang sama dengan Protokol COVID,” pungkasnya.

    Adapun untuk riwayat pasien tersebut, Jubir Tim Gugus Tugas juga menjelaskan bahwa pasien sempat dua hari tinggal dirumah sebelum dirawat ke Klinik. Tim Gugus Tugas Kecamatan Carita telah men-tracking serta melakukan isolasi terhadap keluarga dan para petugas medis klinik. Hasilnya mereka negatif setelah sempat selama 14 hari melakukan isolasi mandiri.

    “Di rumah sempat dua hari sebelum dirawat ke klinik dan itu jelas sudah kontak dengan anggota keluarga mungkin juga dengan tetangga serta petugas klinik, kemudian mereka melakukan isolasi mandiri selama dua minggu dan sudah lolos atau selesai pemantauan. Dan untuk rencananya dalam waktu dekat akan dilakukan rapid test terhadap mereka, untuk saat ini kondisi mereka baik tapi untuk beberapa anggota keluarga masih kita pantau terus,” ujarnya.

    Selain melakukan treking, Tim Gugus Tugas juga akan melakukan langkah pambatasan wilayah di kampungnya dulu dan kalau diperlukan akan sampai ke desanya.

    “Pertama tadi kita terus maksimalkan treking dan nanti akan dilakukan Rapid Tes untuk desanya itu, kita kihat lagi siapa yang pernah kontak. Kalau misalnya ada yang positif, itu akan cepat-cepat dipisahkan dan pihak Pemda secara Intens memperhatikan warga yang disolasi khusus ini serta meminta bantuan RT, RW dan Gugus Tugas tingkat Desa nanti akan menjamin suplay dari kebutuhan pokoknya supaya proses panyembuhan atau karantina ini bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.(MG02/ENK)