Tag: Pasar Pandeglang

  • Menjelang Ramadan, Harga Ayam dan Bahan Pokok Merangkak Naik

    Menjelang Ramadan, Harga Ayam dan Bahan Pokok Merangkak Naik

    Menjelang bulan Suci Ramadan, harga ayam potong di Pasar Badak Pandeglang, mengalami kenaikan sekitar Rp 5 ribu perkilogram. Sebelumnya, harga ayam potong dijual dengan harga Rp 30 ribu perkilogram dan saat ini naik menjadi Rp 35 ribu perkilogram. Bukan hanya ayam potong yang mengalami kenaikan, untuk kebutuhan bahan pokok juga mengalami kenaikan.

    Salah satu pedagang ayam potong Pasar Badak Pandeglang, Toni mengatakan, ayam potong mengalami kenaikan sejak dua pekan terakhir dan dirinya juga tidak mengetahui penyebab kenaikannya.

    “Kenaikan ini sudah berlangsung pada dua pekan terakhir, saya juga tidak tahu penyebabnya karena langsung dari PT infonya,” kata Toni, kepada BANPOS, Senin (28/3).

    Menurutnya, kenaikan harga tersebut secara bertahap hingga saat ini. Dengan adanya kenaikan harga tersebut, para pedagang mengalami penurunan omset. Biasanya dalam sehari menghabiskan sekitar satu kuintal, akan tetapi dengan adanya kenaikan harga hanya mampu menjual sekitar 50 sampai 60 kilogram saja.

    “Kalau omzet sudah pasti turun, karena biasanya saya menghabiskan satu kwintal ayam potong dalam sehari, tapi sekarang paling habis 50 hingga 60 kilogram saja,” terangnya.

    Sementara itu, salah satu pedagang bahan pokok, Diana mengatakan, harga kebutuhan bahan pokok seperti gula dan telur ayam, menjelang Ramadan mengalami kenaikan. Harga gula naik dari sebelumnya hanya Rp 12 ribu, kini sekitar Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu perkilogram dan harga telur ayam dari harga Rp 22 ribu, kini dijual dengan harga Rp 25 ribu perkilogram. Adapun untuk harga minyak goreng, masih dikisaran harga Rp 48 ribu hingga Rp 50 ribu rupiah untuk ukuran dua liter.

    “Untuk gula sekarang ada yang Rp. 13 ribu rupiah hingga Rp. 15 ribu rupiah per kilogram, dan telur ayam sekarang Rp. 25 ribu rupiah per kilogram, kenaikannya baru kemarin. Kalau untuk minyak goreng masih tetap Rp. 24 ribu rupiah per liternya,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Perusahaan Pengelola Pasar di Pandeglang Belum Setoran, Anggota DPRD Berang

    Perusahaan Pengelola Pasar di Pandeglang Belum Setoran, Anggota DPRD Berang

    PANDEGLANG, BANPOS – Dinilai abaikan tanggung jawab dalam mengelola pasar di wilayah Kabupaten Pandeglang, Komisi III DPRD Pandeglang mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pandeglang bertindak tegas hingga mengeluarkan sanksi blacklist terhadap pihak PT Setia Panca Karya (SPK).

    Sekretaris Komisi III DPRD Kabupaten Pandeglang, Ade Muamar mengatakan, DLH Pandeglang harus segera mengeluarkan sanksi tegas untuk PT SPK. Sanksi harus diberikan karena PT SPK belum menyetorkan dana Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pengelolaan retribusi sampah pasar.

    Tegas Ade, jangan sampai PAD retribusi sampah pasar yang dikelola PT SPK tidak disetorkan sesuai kesepakatan atau bayar dimuka.

    “Kalau memang Pemda (Pemerintah Daerah) sudah memberikan teguran ke pihak pengusaha, tapi tidak ada tanggapan. Pengusahanya harus diberikan sanksi, kalau gak ditanggapi juga bila perlu putus kontrak dan blacklist,” tegas Ade, Kamis (24/3).

    Menurutnya, DLH perlu mengambil langkah tegas karena PAD retribusi sampah pasar yang masuk ke kas daerah digunakan untuk membangun daerah.

    “Jika pihak ketiga tidak mampu membayar PAD sampah, segera ganti dengan perusahaan yang dinilai lebih bonafit. PAD itu kan untuk pembangunan daerah. Jadi PAD yang ada harus masuk,” ujarnya.

    Dia juga menyatakan, bakal memanggil pihak DLH. Hal itu agar pihaknya mengetahui kejelasan PAD retribusi sampah yang dikelola pihak ketiga.

    “Nanti kami panggil. Sejauh mana soal kerjasama pengelolaan retribusi sampah pasar itu dengan pihak ketiga. Kami hanya ingin memastikan PAD yang masuk ke kas daerah jelas,” katanya.

    Ade menjelaskan, retribusi sampah pastinya membantu untuk peningkatan PAD. Akan tetapi, jika pihak ketiga nakal tidak membayarkan PAD tersebut dinilai nakal.

    “PAD yang masuk ke daerah itu untuk meningkatkan pendapatan, tapi kalau memang pihak ketiga atau pengusaha yang ditunjuk untuk mengelola retribusi tidak juga membayar PAD, saya rasa itu harus diberikan tindakan,” jelasnya.

    Sementara, Kepala DLH Pandeglang, Ahmad Saepudin mengatakan, dinasnya sudah melayangkan surat panggilan terhadap pihak PT SPK untuk mempertanyakan PAD retribusi sampah pasar.

    “Kalau tidak ada halangan nanti Senin 28 Maret 2022 pihak ketiga tersebut selaku pengelola retribusi sampah akan kita panggil,” ujarnya.(PBN/BNN)

  • Harga Cabai di Pandeglang Semakin Pedas Saja

    Harga Cabai di Pandeglang Semakin Pedas Saja

    Hujan yang terus menerus mengguyur wilayah Pandeglang, berdampak terhadap kenaikan harga cabai di Pasar Pandeglang. Bahkan, kenaikan paling tertinggi yakni harga cabai oranye, dibanding jenis cabai lainnya. Semula, harga cabai oranye Rp40 ribu/Kg. Namun kini, harganya mencapai Rp80 ribu/Kg.

    Selain itu, harga cabai keriting merah yang semula Rp 35 ribu/Kg, kini harganya dibandrol Rp 60 ribu/Kg, serta cabai rawit hijau juga naik Rp 40 ribu/Kg dari semula Rp 24 ribu/Kg.

    Seorang pedagang bumbu dan sayuran di Pasar Pandeglang, Iwan mengaku, kenaikan harga cabai rawit oranye sudah terjadi sejak tiga hari lalu.

    “Harga cabai oranye naik jadi Rp 80 ribu per Kg, dari semula Rp 40 ribu/Kg,” kata Iwan, Selasa (8/3).

    Menurutnya, kenaikan itu bukan disebabkan jelang bulan suci Ramadan, namun disebabkan musim hujan yang menyebabkan suplai cabai dari petani menurun.

    “Bukan menjelang Ramadan juga. Dugaan karena musim hujan, jadi harga cabai naik. Saat ini, suplai dari petani kurang,” tandasnya.

    Akibat kenaikan harga itu, tak sedikit para pelanggan komplain. “Banyak pembeli komplain. Cuma mau bagaimana lagi, harga dari sananya juga sudah naik,” tandasnya.

    Senada, pedagang lainnya, Asih mengatakan, selain cabai kenaikan komoditas sayuran seperti, kangkung dan bayam, juga naik hingga 100 persen.

    “Tadinya kami beli diharga Rp 700. Sekarang Rp 2.000 per ikatnya,” aku Asih.

    Ditambahkannya, komoditas yang tidak mengalami kenaikan dan cenderung stabil yakni, bawang merah dengan harga Rp 32 ribu per kilogram dan bawang putih Rp 25 ribu per kilogram.

    “Harga tomat juga turun, dari Rp 15.000 menjadi Rp 7.000 per kilogram,” tandasnya.

    (PBN/BNN)

  • Harga Daging Sapi Tembus Rp135 Ribu per Kg, Tukang Bakso Mengeluh

    Harga Daging Sapi Tembus Rp135 Ribu per Kg, Tukang Bakso Mengeluh

    PANDEGLANG, BNAPOS – Harga minyak goreng yang disusul harga kacang kedelai, mengalami kenaikan. Kini harga daging sapi pun di Pasar Badak Pandeglang, ikut meroket. Biasanya harga daging sapi hanya dibandrol Rp 100 ribu/Kg, kali ini harganya mencapai Rp 130 ribu – Rp 135 ribu/Kg. Kondisi itu, membuat para pedagang bakso di Kabupaten Pandeglang galau.

    Seorang pedagang bakso di Pandeglang, Agus Setiawan mengaku, harga daging sapi kini mencapai Rp 130 ribu – Rp 135 ribu/Kg. Menurutnya, dengan kenaikan harga tersebut membuat pedagang bakso menjerit, lantaran harga bahan baku olahan bakso mengalami kenaikan yang signifikan.

    “Kenaikan harga daging sapi sudah berjalan dua hari. Sekarang sampai Rp 130 ribu – Rp 135 ribu/Kg. Biasanya kami beli hanya Rp 100 ribu saja, saya juga tidak tahu. Tiba-tiba harganya naik,” kata Agus, saat ditemui di lapak jualan baksonya, Minggu (27/2).

    Akibat mahalnya harga daging sapi itu, ia juga mengaku, dengan terpaksa harus mengecilkan ukuran bakso yang dijualnya, dari biasanya.

    “Ya, mau gimana lagi. Kami juga butuh daging sapi, untuk olahan pembuatan bakso. Terpaksa ukuran juga dikecilkan, tapi saya juga adain ukuran yang besar,” tambahnya.

    Maka dari itu ia berharap, harga daging sapi bisa kembali normal seperti biasanya. Ia meminta, pemerintah segera turun tangan menangani persoalan tersebut.

    “Di sisi lain, saya juga butuh daging sapi, untuk olahan bakso. Semoga harganya bisa kembali stabil,” tandasnya.

    Seorang pembeli bakso, Rani mengaku, dengan harga daging sapi yang mengalami kenaikan, ukuran bakso diperkecil dari biasanya. “Kasian juga ke pedagang bakso dan masyarakat, dengan kenaikan daging sekarang ini. Pengennya bakso seperti biasanya, jangan diperkecil,” keluhnya.

    Apalagi tambahnya, saat ini bakso menjadi kuliner favorit masyarakat. Maka dari itu ia berharap, pemerintah bisa menurunkan harga daging sapi. Agar harga bakso juga tak naik.

    “Sudah minyak goreng, kacang kedelai. Sekarang, harga daging sapi naik. Ko nggk henti – hentinya, rakyat tetap yang dikorbankan,” imbuhnya.

    (nipal/mardiana)

  • Harga Cabai Tembus Rp80 Ribu

    Harga Cabai Tembus Rp80 Ribu

    PANDEGLANG, BANPOS – Selain harga minyak goreng yang melambung tinggi, jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Ternyata, harga cabai rawit merah dan cabai merah biasa, di Pasar Pandeglang tembus Rp 80 ribu/Kg.

    Kenaikan harga tersebut, terhitung sejak hari ini (Senin, 13/12). Data yang berhasil dihimpun, bukan hanya cabai rawit merah dan cabai merah biasa yang mengalami kenaikan, namun cabai hijau juga menjadi Rp 75 ribu/Kg, dan cabai keriting diangka Rp 45 ribu/Kg.

    Kontributor Harga Bahan Pokok UPT Pasar Pandeglang, Santosa Nugraha membenarkan, terhitung sejak hari ini harga cabai di sejumlah pasar yang ada di Kabupaten Pandeglang mengalami kenaikan.

    Katanya, ada tiga jenis cabai yang mengalami kenaikan yang signifikan yakni, cabai merah biasa menjadi Rp 80 ribu, cabai rawit merah Rp 80 ribu dan cabai rawit hijau Rp 75 ribu. Sedangkan cabai keriting masih diharga Rp 45 ribu.

    “Ya, ada kenaikan harga cabai di Pasar Badak Pandeglang. Informasi dari pedagang tadi malam, harga cabai naik,” kata Santosa Nugraha, Senin (13/12).

    Kenaikan itu terjadi katanya, diakibatkan para petani di Kabupaten Pandeglang mengalami gagal panen akibat cuaca buruk yang masih melanda wilayah Pandeglang. Hal itu, membuat para pedagang belanja cabai ke wilayah Kramat Jati dan Jakarta.

    “Menurut info, katanya faktor cuaca. Jadi banyak pohon cabai rusak. Makanya pedagang ngandelin kiriman dari luar daerah salah satunya dari Kramat Jati,” ungkapnya.

    Seorang pedagang di Pasar Badak Pandeglang, Rohim, membenarkan kondisi saat ini pihaknya kesulitan mendapatkan pasokan cabai dari petani Pandeglang. Akibatnya, ia bersama pedagang lainnya belanja ke luar daerah.

    “Di sini (Pandeglang,red) tak ada pasokan. Para pedagang belanja ke luar daerah. Makanya, hal itu mengakibatkan harga cabai mengalami kenaikan,” aku Rohim.

    Karena harganya mahal, ia mengaku harus mengurangi jumlah cabai yang dijual. Lantaran takut cabainya tidak laku, karena mengalami kenaikan.

    “Saya kurangi jumlah cabai yang dijual. Karena takut nggak laku, ya tau sendiri ketika harga cabai naik, masyarakat pasti ramai,” tandasnya.(PBN/BNN)