Tag: PBSI

  • Jeblok di Australia Open, Tunggal dan Ganda Putri Dievaluasi

    Jeblok di Australia Open, Tunggal dan Ganda Putri Dievaluasi

    SERANG, BANPOS – Asisten pelatih tunggal putri Pelatnas PBSI Herli Djaenudin mengakui penampilan anak asuhnya di ajang Australia Terbuka 2023 masih belum maksimal. Demikian juga Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI, Eng Hian terus mengevaluasi anak asuhya di tiga turnamen yang belum menunjukkan hasil maksimal.

    “Penampilan tiga pemain tunggal putri di Australia Terbuka memang belum seperti harapan. Meski begitu, banyak pelajaran yang bisa diambil para pemain muda kita dari kejuaraan super 500 ini,” kata Herli dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/8).

    Putri KW yang diharapkan bisa membuat performa bagus, juga belum berhasil. “Melihat performanya belakangan ini, sepertinya Putri KW lagi tidak bagus. Ada penurunan, terutama di segi keyakinan dirinya. Dulu dia bisa tampil penuh percaya diri, kini ada penurunan,” katanya.

    Untuk Ester dan Komang, mereka mendapat banyak pelajaran dan pengalaman. Kedua pemain yang baru pertama kali tampil di turnamen level super 500, mendapat pemahaman bahwa tampil di super 500 itu berbeda dengan di kelas International Challenge atau super 100.

    “Di turnamen ini, mereka bertemu dengan pemain yang lebih bagus segalanya. Ya kualitas, teknik, kemampuan, pengalaman, dan kematangan. Ester dan Komang bisa terbuka matanya. Mereka melihat bahwa peta persaingan di level super 500 itu tidak mudah, jauh lebih berat, dan sengit,” jelasnya.

    Dari kekalahan keduanya, menurut Herli diharapkan bisa menjadi pelecut untuk memperbaiki dan meningkatkan performanya. Mereka harus bisa mengejar ketertinggalannya untuk berlatih dan bersiap lebih baik lagi.

    “Untuk tampil di super 500, Ester dan Komang harus bisa belajar dari pengalaman dan kekalahannya di Australia Terbuka ini. Pelajaran berharga yang dipetik dari kekalahan ini, Ester dan Komang memang harus berlatih lebih keras lagi,” tutupnya.

    Sementara, Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI, Eng Hian terus mengevaluasi anak asuhya di tiga turnamen yang belum menunjukkan hasil maksimal. Dua ganda putri Indonesia, Apriyani Rahu/Siti Fadia ramadhani dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi gagal ke bak ak 8 besar di turnamen Korea, Japan dan Australia terbuka 2023.

    “Hasil pemain ganda putri di Australia Terbuka 2023 memang tidak sesuai dengan harapan. Apri/Fadia dan Ana/Tiwi belum mampu menampilkan prestasi yang membanggakan. Terbukti kedua pasangan ini sudah tersisih di babak kedua,” kata Eng Hian .

    Penampilan Apri/Fadia dalam enam bulan terakhir menurut Eng Hian memang belum kembali seperti dulu. Keduanya belum mampu menampilkan performance terbaik. Kapasitas bagus yang ditunjukkan selama persiapan di latihan sepertinya hilang dan tak bisa direalisasikan dalam pertandingan.

    “Bisa saya katakan, dari kualitas dan kapasitas hasil latihan, rasanya hanya 30 persen yang muncul atau ditampilkan di pertandingan. Apa penyebab mereka tidak bisa menampilkan level permainan menyamai kemampuan dan kualitas seperti dalam latihan, tentu membutuhkan waktu untuk menjawabnya. Apa mereka kini jadi takut kalah, belum ketemu jawabnya,” jelasnya.

    Sekarang ini Apri/Fadia lagi kembali mencari bentuk permainan terbaik, mulai dari teknik maupun dari mental bertanding. Mereka diharapkan bisa tampil ke penampilan terbaik seperti saat pertama kali diduetkan dan muncul di turnamen internasional.

    Sementara untuk Ana/Tiwi, meskipun belum mampu melangkah lebih jauh, saya nilai ada hal yang positif. Performanya sudah meningkat, kendati hasilnya memang belum sesuai harapan.

    “Mereka ini memang perlu dipoles dan diperbaiki segala kekurangannya. Memang tidak bisa instant. Perlu waktu untuk mendongkrak performa mereka,” tutupnya.(ENK/RMID)

  • Ini Evaluasi PBSI Terhadap Ganda Putri Indonesia

    Ini Evaluasi PBSI Terhadap Ganda Putri Indonesia

    AUSTRALIA, BANPOS – Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI, Eng Hian terus mengevaluasi anak asuhya di tiga turnamen yang belum menunjukkan hasil maksimal.

    Dua ganda putri Indonesia, Apriyani Rahu/Siti Fadia ramadhani dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi gagal ke babak 8 besar di turnamen Korea, Japan dan Australia terbuka 2023.

    “Hasil pemain ganda putri di Australia Terbuka 2023 memang tidak sesuai dengan harapan. Apri/Fadia dan Ana/Tiwi belum mampu menampilkan prestasi yang membanggakan. Terbukti kedua pasangan ini sudah tersisih di babak kedua,” kata Eng Hian .

    Penampilan Apri/Fadia dalam enam bulan terakhir menurut Eng Hian memang belum kembali seperti dulu.

    Keduanya belum mampu menampilkan performance terbaik. Kapasitas bagus yang ditunjukkan selama persiapan di latihan sepertinya hilang dan tak bisa direalisasikan dalam pertandingan.

    “Bisa saya katakan, dari kualitas dan kapasitas hasil latihan, rasanya hanya 30 persen yang muncul atau ditampilkan di pertandingan. Apa penyebab mereka tidak bisa menampilkan level permainan menyamai kemampuan dan kualitas seperti dalam latihan, tentu membutuhkan waktu untuk menjawabnya. Apa mereka kini jadi takut kalah, belum ketemu jawabnya,” jelasnya.

    Sekarang ini Apri/Fadia lagi kembali mencari bentuk permainan terbaik, mulai dari teknik maupun dari mental bertanding. Mereka diharapkan bisa tampil ke penampilan terbaik seperti saat pertama kali diduetkan dan muncul di turnamen internasional.

    Sementara untuk Ana/Tiwi, meskipun belum mampu melangkah lebih jauh, saya nilai ada hal yang positif. Performanya sudah meningkat, kendati hasilnya memang belum sesuai harapan.

    “Mereka ini memang perlu dipoles dan diperbaiki segala kekurangannya. Memang tidak bisa instant. Perlu waktu untuk mendongkrak performa mereka.” (RMID)

  • Indonesia Nihil Gelar di Korea Open

    Indonesia Nihil Gelar di Korea Open

    KOREA, BANPOS – Indonesia nihil gelar di ajang bulutangkis Korea Open. Wakil tim Merah Putih satu-satunya yang berhasil melaju ke final yakni ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dikalahkan pasangan India Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.

    Fajar/Rian harus puas menjadi runner-up setelah mencatatkan kekalahan rubber game 21-17, 13-21, 14-21 dalam pertandin­gan yang berlangsung di Jinnam Stadium, Yeosu, Korea Selatan (Korsel), kemarin.

    “Alhamdulillah, tetap bersyu­kur karena pertandingan Korea Open 2023 ini selesai. Walau be­lum berhasil mempersembahkan gelar bagi Indonesia, khususnya PBSI. Kami pastinya ingin hasil yang lebih tapi lawan bermain sangat baik hari ini. Sementara, kami banyak melakukan kes­alahan-kesalahan sendiri,” kata Fajar melalui informasi resmi PP PBSI di Jakarta.

    Fajar menuturkan, pola per­mainan duo India sangat sulit dipatahkan. Kecepatan, tenaga, dan permainan no lob menjadi andalan Satwiksairaj/Chirag un­tuk melucuti pertahanan Fajar/Rian.

    Pada game pertama, Fajar/Rian sudah bisa menerapkan strategi dengan baik. Tapi saat sudah unggul jauh, lawan justru mulai menemukan bentuk per­mainan terbaiknya.

    Meski akhirnya dapat menga­mankan game pertama, namun Satwiksairaj/Chirag sudah lebih percaya diri di gim kedua dan ketiga sehingga sangat sulit un­tuk didikte oleh Fajar/Rian.

    Di pertemuan terakhir kedua pasangan, Fajar/Rian juga me­nelan kekalahan saat bersua di babak perempat final Indonesia Open 2023, Juni lalu.

    Fajar menilai performanya dengan Rian sudah membaik jika dibandingkan saat terakhir bertemu Satwiksairaj/Chirag di Istora Gelora Bung Karno.

    “Kami merasa permainan kami di sini sudah cukup baik bila dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya. Tapi tetap masih banyak yang harus kami evaluasi,” ungkapnya.

    Sementara itu, pelatih ganda putra Pelatnas PBSI Aryono Miranat menjelaskan faktor kekalahan pasangan Fajar/Rian akibat kurang sabar dalam mengeksekusi permainan.

    “Fajar/Rian kurang sabar. Ingin buru-buru mendapatkan poin, malah berujung dengan mati sendiri,” ungkap Aryono melalui keterangan resmi PP PBSI di Jakarta, kemarin.

    Aryono menjelaskan, dalam situasi mendesak, mereka sehar­usnya lebih matang dalam me­lepaskan pukulan yang terarah.

    “Di laga final tadi terutama di gim kedua dan ketiga, Fajar/Rian banyak melakukan kesalahan sendiri,” ujar Aryono. (RMID)

  • Ginting Terharu Dapat Penghargaan Dari BNI

    Ginting Terharu Dapat Penghargaan Dari BNI

    JAWA TENGAH, BANPOS – Sebagai sponsor utama Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Bank Negara Indonesia (BNI) terus memberikan dukungan yang besar kepada olahraga bulutangkis Indonesia. Terbaru, BNI memberikan penghargaan kepada Pengprov PBSI DIY Yogyakarta dan Anthony Sinisuka Ginting sebagai bentuk apresiasi.

    Apresiasi tersebut diserahkan langsung oleh Pimpinan BNI Wilayah 17 Beby Lolita Indriani di GOR Amongrogo, Yogyakarta, pada Selasa (11/7) pagi.

    Pengprov PBSI DIY Yogyakarta diwakili oleh Ibnu Hajar. Sementara Anthony Ginting hadir langsung menerima penghargaan dari BNI.

    Dalam pidatonya, Beby berharap penghargaan ini dapat memberikan motivasi bagi penerima untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.

    “Penghargaan ini merupakan wujud kepedulian kami terhadap Pengprov PBSI DIY, panitia penyelenggara, dan atlet Indonesia yang telah meraih prestasi,” ujar Beby.

    Selain itu, BNI juga memberikan apresiasi kepada Anthony Ginting atas prestasinya sebagai juara Badminton Asia Championships 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab.

    Penghargaan ini diharapkan dapat menginspirasi pemain muda untuk berlatih dengan lebih tekun.

    Beby meyakini, dengan dedikasi yang lebih tinggi dalam latihan, para pemain muda dapat menyamai atau bahkan melampaui prestasi yang telah dicapai oleh Anthony Sinisuka Ginting.

    Anthony Ginting mengaku sangat terharu mendapatkan penghargaan tinggi dari BNI sebagai seorang atlet.

    Apresiasi yang diberikan ini. sebutnya memberikan motivasi baginya untuk tampil lebih baik dalam setiap turnamen yang diikuti. Ia berulang kali menyampaikan terima kasih.

    “Terima kasih atas dukungan dan apresiasi yang diberikan oleh BNI kepada para atlet yang telah meraih prestasi. Tidak ada kata lain selain mengucapkan terima kasih,” ujar pemain berusia 26 tahun tersebut.

    Dengan adanya apresiasi dari BNI ini, Anthony Ginting berkomitmen untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, mengingat bahwa kehidupan sebagai atlet kini semakin dihargai.

    Sebagai seorang atlet, fokusnya saat ini hanya pada latihan dan meraih prestasi yang lebih tinggi lagi. “Penghargaan ini menjadi motivasi bagi saya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi,” tambah juara Singapore Open 2023 tersebut.

    Perlu dicatat bahwa Anthony Sinisuka Ginting mendapatkan penghargaan dari BNI setelah meraih gelar juara dalam ajang Badminton Asia Championships (BAC) 2023. Dalam pertandingan tersebut, dia berhasil mengalahkan tunggal putra dari Singapura, Loh Kean Yew, dengan skor 21-12, 21-8.

    Prestasi yang diraih oleh Ginting sangat membanggakan, terutama karena sudah lama sejak terakhir kali seorang pemain tunggal putra Indonesia meraih kejayaan di Asia, yaitu Taufik Hidayat pada tahun 2007.

    Sebagai sponsor resmi PBSI, BNI sebelumnya juga memberikan apresiasi kepada para pemain bulutangkis yang berprestasi, seperti Jonatan Christie, Chico Aura Wardoyo, dan pasangan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, yang meraih gelar juara pada ajang Indonesia Masters 2023.

    Selain memberikan penghargaan kepada atlet, BNI juga memberikan dukungan penuh untuk BNI Badminton Asia Junior Championships 2023 yang berlangsung mulai dari tanggal 7 Juli hingga 16 Juli.

    Ini adalah salah satu wujud kepedulian BNI terhadap perkembangan bulutangkis Indonesia. BNI juga menunjukkan komitmennya dengan mendukung ajang Sirkuit Nasional yang diadakan di berbagai kota, termasuk Bandung, Batam, Purwokerto, Denpasar, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Tangerang, Pangkalpinang, DKI Jakarta, Palembang, dan Pekanbaru. (RMID)

  • PBSI Cari Bibit Lewat Asia Junior Championships 2023

    PBSI Cari Bibit Lewat Asia Junior Championships 2023

    JAWA TENGAH – Indonesia siap menjadi tuan rumah Badminton Asia Junior Championships 2023 yang bakal berlangsung di GOR Amongrogo, Yogyakarta, 7-16 Juli 2023.

    Ajang ini mempertandingkan nomor beregu campuran dengan format seperti Piala Sudirman yang diikuti 14 negara dan nomor perseorangan yang berasal dari 15 negara.

    Di nomor beregu campuran, 14 negara akan berpartisipasi yaitu Indonesia, Bangladesh, China, Chinese Taipei, Hong Kong China, India, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam.

    Sementara di nomor perorangan, 15 negara akan ikut ambil bagian. Yaitu, peserta dari 14 negara tersebut, ditambah Sri Lanka.

    Menurut Ketua Panitia Penyelenggara, Armand Darmadji, Yogyakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena kota ini memiliki sejarah panjang dengan melahirkan bibit pemain yang kemudian mampu mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia.

    Selain itu, diharapkan dengan adanya kejuaraan ini, juga makin memacu lahirnya bibit-bibit pemain bulutangkis potensial dari Yogyakarta.

    Kejuaraan juga untuk menggairahkan perbulutangkisan di Yogyakarta dan sekitarnya. Sebelumnya, pada tahun 2017 Yogyakarta menggelar Kejuaraan Dunia Junior serta International Series dan International Challenge pada 2022.

    “Ada setidaknya tiga alasan kenapa Yogyakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan kejuaraan ini. Yang pertama, kota ini memiliki sejarah panjang dengan melahirkan bibit pemain yang kemudian mampu mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Bisa disebut di antaranya, Finarsih, Tri Kusharjanto, Nunung Subandoro, Sigit Budiarto, Fransiska Ratnasari, Dionysius Hayom Rumbaka, Lisa Ayu Kusumawati, hingga Muhammad Rian Ardianto,” jelas Armand.

    “Yang kedua, kami melihat antusiasme dan gairah masyarakat Yogyakarta cukup besar terhadap kejuaraan bulutangkis. Tahun lalu, kami menggelar Indonesia International Series dan Indonesia International Challenge dengan animo penonton luar biasa. Dan terakhir Yogyakarta juga tidak asing dengan kejuaraan junior dengan level internasional. Di tahun 2017, Yogyakarta sukses menggelar Kejuaraan Dunia Junior di tempat yang sama,” lanjutnya.

    Bagi Indonesia, kejuaraan ini begitu penting sebagai tolok ukur atau barometer untuk melihat bagaimana level pembinaan pemain Indonesia dibandingkan dengan negara kuat Asia lainnya.

    Juga bisa digunakan untuk berkaca dan melihat sejauh mana kualitas atau level permainan bibit-bibit pemain junior Indonesia di level Asia.

    Apalagi BNI Badminton Asia Junior Champhionships 2023 menjadi awal kembalinya kejuaraan ini setelah vakum selama tiga edisi karena pandemi Covid-19.

    “Edisi terakhir Kejuaraan Asia Junior digelar di Suzhou, China pada tahun 2019. Kala itu, tim beregu campuran Indonesia menyabet medali perak sedangkan di kategori perorangan berhasil meraih dua medali emas lewat Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (ganda putra) dan Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil (ganda campuran),” kata Armand.

    Indonesia sendiri sudah tiga kali menjadi tuan rumah Kejuaraan ini yaitu pada tahun 2005, 2017, dan 2018. Semua diadakan di Jakarta. (RMID)

  • Dikenal Atlet yang Tangguh, PBSI Kehilangan Sosok Syabda

    Dikenal Atlet yang Tangguh, PBSI Kehilangan Sosok Syabda

    JAKARTA, BANPOS – Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesi (PP PBSI) begitu terpukul dengan berpulangnya salah satu tunggal putra penghuni Pelatnas Cipayung, yaitu Syabda Perkasa Belawa. Almarhum Syabda dikenal sebagai sosok atlet tangguh meski masih berusia muda.

    “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Kami keluarga besar PP PBSI, insan bulutangkis, dan para pecinta bulu tangkis tentu merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Syabda, pemain yang memiliki talenta besar dan tangguh,” ujar Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna, dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (20/3).

    Tak hanya mendoakan almarhum, PP PBSI juga berdoa agar anggota keluarga yang masih menjalani perawatan mendapatkan kesembuhan dan kesehatan kembali seperti sedia kala.

    Dalam informasinya, PBSI memaparkan kronologi kejadian yang dialami pebulu tangkis jebolan klub PB Djarum Kudus itu. Syabda meninggal dunia dalam kecelakaan di jalan tol Pemalang, Jawa Tengah.

    Atlet kelahiran Jakarta 25 Agustus 2001 itu meninggal dunia setelah kendaraan yang dikemudikan sang ayah Muanis Hadi Sutamto, menabrak kendaraan lain dari belakang saat melaju di jalan tol.

    Akibatnya, Syabda dan ibunda Anik Sulistyowati (49 tahun) meninggal dunia, sedangkan ayahnya dalam kondisi kritis. Sementara kakaknya yaitu Diana Sakti Anistyawati dan adik Tahta Bathari Cahyaloka mengalami luka-luka.

    PBSI juga menyampaikan bahwa saat ini, ketiga korban masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Al Ikhlas Pemalang.

    Kejadian nahas tersebut terjadi ketika rombongan dalam perjalanan darat dari Bekasi menuju Sragen, Jawa Tengah, pada Minggu (19/3) malam. Perjalanan tersebut sebenarnya untuk menghadiri acara pemakaman nenek dari sang ibunda yang meninggal dunia pada Minggu (19/3) malam.

    Syabda yang bergabung dengan Pelatnas Cipayung sejak 2018 ini dikenal memiliki karakter santun, disiplin tinggi, tangguh, punya daya juang, semangat besar, dan berprestasi.

    Kepergian Syabda sangatlah meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, rekan-rekan, dan seluruh masyarakat olahraga Indonesia. Terutama bagi Christian Adinata, rekan sekamar Syabda di asrama Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur.

    “Saya merasa kehilangan banget dengan meninggalnya Syabda, teman sekamar saya. Syabda itu orangnya selalu menyenangkan, selalu bisa membuat mood jadi tambah bagus,” ujarnya.

    Christian juga mengakui bahwa selama ini sosok Syabda adalah rekan yang sangat rajin. Syabda juga dikenal selalu menjadi penyemangat baik ketika berlatih maupun tengah bertanding.

    “Dia juga sangat rajin dan tekun. Dia selalu jadi penyemangat bagi rekan-rekannya, baik saat latihan atau ketika bertanding,” tandasnya. (ANT/MUF)