Tag: Pedagang

  • Pedagang Penolak Penutupan JPL 183 Kabupaten Lebak Diteror OTK

    Pedagang Penolak Penutupan JPL 183 Kabupaten Lebak Diteror OTK

    LEBAK, BANPOS – Sejumlah pedagang yang berada di Jalan Rt. Hardiwinangun dan Jalan Kimaklum mengaku mendapatkan teror dari orang tak dikenal (OTK). Teror tersebut diduga akibat adanya rencana unjuk rasa menolak penutupan JPL 183, yang akan digelar pada Senin (7/8) hari ini di gedung DPRD.

    Seperti yang diakui salah satu pedagang yang meminta namanya dirahasiakan. Kepada BANPOS, ia mengatakan bahwa sejak dipasangnya banner penolakan dan dilayangkannya surat untuk aksi kepada pihak Kepolisian, ia beserta beberapa temannya mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenali.

    Ia mengaku, hal tersebut beberapa kali didapati hingga membuat keributan di dalam kelompok pedagang yang hendak menggelar aksi. “Sempat ada yang meminta untuk tidak dilanjutkan aksinya, bahkan ada juga yang meminta batal atau digantikan dengan audiensi,” ujarnya kepada BANPOS, Minggu (6/8).

    Sementara itu, salah satu pedagang di Jalan Rt Hardiwinangun, Roni, memaparkan bahwa hingga saat ini omzet penjualan menurun drastis dikarenakan sepinya masyarakat yang melintasi jalan tersebut, sejak ditutupnya pintu perlintasan atau JPL 183.

    Roni menerangkan, dirinya beserta puluhan pedagang siap melanjutkan aksi yang akan dilaksanakan Senin pagi tanpa mengurangi rencana yang telah disiapkan.

    “Aksi terus akan tetap berlanjut, saya ga ngerti ada keributan atau hal apapun yang jelas kita aksi cuma mau mengadu, meminta jawaban dan solusi saja. Insyaallah kita ga anarkis, kita cuma pedagang,” tandas Roni.

    Diketahui, salah satu tujuan ditutupnya jalur perlintasan tersebut untuk mengurai kemacetan. Berdasarkan pemantauan BANPOS dalam beberapa waktu terakhir sejak ditutupnya JPL tersebut, kondisi lalu lintas memang mulai sepi dari masyarakat atau pengendara motor dan mobil, yang melintasi jalur tersebut. (MYU/DZH)

  • Penutupan JPL 183 Berujung Penolakan

    Penutupan JPL 183 Berujung Penolakan

    LEBAK, BANPOS – Sejumlah pedagang di sekitaran Jalan Rt Hardiwinangun dan Jalan KH Kimaklum, Rangkasbitung melakukan protes akibat penutupan JPL 183 atau perlintasan menuju Pasar dan Stasiun Rangkasbitung yang mulai ditutup secara permanen pada Selasa (1/8) silam.

    Protes tersebut dilakukan dengan memasang sapanduk yang ditandatangani oleh puluhan pedagang.

    Salah satu pedagang, Roni mengatakan bahwa aksi protes tersebut dilakukan lantaran para pedagang mengalami penurunan omset yang sangat signifikan.

    “Kita tidak mendapatkan sosialisasi apapun dari pihak pemerintahan terkait. Ini jadi sepi, benar-benar mematikan mata pencaharian kami,” kata Roni saat dihubungi BANPOS, Kamis (3/8).

    Ia menjelaskan, dengan kondisi tersebut, banyak pedagang yang terancam gulung tikar lantaran tidak memiliki pemasukan sama sekali sejak ditutupnya jalur tersebut.

    “Kita disini banyak yang bayar sewa, di Barata misal, ini ibarat membunuh kami secara perlahan,” jelasnya.

    Roni berharap, pemerintah terkait dapat mengkaji ulang terhadap penutupan jalur tersebut. Ia menilai, sejak ditutupnya JPL 183 ini banyak pihak yang dirugikan.

    “Kalau sampai tidak ada dialog bersama kami, kami akan melakukan aksi. Insyaallah Senin nanti,” tandasnya. (MYU/DZH)

  • Pedagang Area Stadion Maulana Yusuf Bakal Direlokasi

    Pedagang Area Stadion Maulana Yusuf Bakal Direlokasi

    SERANG, BANPOS – Dalam rangka penataan Pedagang yang berada di area Stadion Maulana Yusuf agar terlihat lebih rapih. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Serang akan melakukan relokasi untuk para pedagang yang berada di area tersebut.

    Kepala Dinas Disparpora, Sarnata mengungkapkan dalam menata para pedagang yang saat ini semakin ramai menempati area sekitar stadion, pihaknya pun akan melakukan relokasi untuk menata lokasi tersebut.

    “Relokasi pedagang sebelah timur ini masih proses dan berjalan,” ungkapnya, Selasa (4/7).

    Dirinya mengaku sebelum melakukan relokasi, pihaknya akan melakukan berbagai macam kajian agar tidak adanya hal-hal yang menyalahi aturan.

    “Jadi kita lihat dari sisi regulasi terus kita kaji dari mekanismenya, kita kaji tugas dan fungsi Disparpora itu sendiri. Kalau tiga hal itu nanti tidak menyalahi prosedur yang ada kemungkinan besar ini akan kita lakukan,” ujarnya.

    Ia juga menuturkan, bahwasanya jika memang dari tiga apa hal tersebut, yakni proses mekanisme, tugas dan fungsi serta regulasi tidak memungkinkan untuk melakukan relokasi maka hal tersebut tidak jadi untuk dilakukan.

    “Kemungkinan besar juga tidak akan kita lakukan. Karena pada dasarnya saya ingin berbuat sesuai prosedur dan mekanisme yang ada,” tuturnya.

    Sarnata mengatakan, alasan dari relokasi tersebut ialah untuk membuat citra lokasi tersebut kembali terlihat rapih, aman serta nyaman.

    “Pertimbangan kami, itu kesannya kumuh. Jadi stadion itu tidak terkelola keliatannya, sehingga tampak kumuh, semrawut dengan banyaknya para pedagang,” katanya.

    Selain itu, Ia juga berharap dengan adanya penataan para pedagang yang saat ini menempati area tersebut, masyarakat yang hendak melakukan aktivitas olahraga pun tidak terganggu dengan bayaknya pedagang yang berada di sekitar area stadion.

    “Sehingga mengganggu aktivitas masyarakat yang melakukan olahraga di sekitar area stadion,” ucapnya.

    Sarnata juga menerangkan, bahwa jumlah pedagang kaki lima (PKL) yang saat ini berada di area stadion itu kemungkinan lebih dari 200 PKL.

    “Sekarang di sana saya tidak tahu, mungkin lebih dari 200,” terangnya

    Dalam relokasi para PKL tersebut, Sarnata mengaku akan bekerjasama dengan pihak ketiga. Akan tetapi, Ia menjelaskan dalam proses tersebut masih memiliki proses yang cukup panjang.

    “Kita kerja sama nanti dengan pihak ketiga, mangkanya saya bilang tadi kaji dari mekanisme untuk menetapkan pihak ketiga, apa nanti sewa atau yang lain. Kita kaji bersama-sama, tadi ada bagian hukum dan inspektorat, dari Disperindagkop dari pengelola aset daerah juga ada. Prosesnya masih panjang, ini kita baru diskusi awal,” tandasnya. (CR-01/AZM)

  • Korona Belum Mereda, Pedagang Semakin Menjerit

    Korona Belum Mereda, Pedagang Semakin Menjerit

    SERANG, BANPOS – Sejak virus Korona atau Covid-19 ‘menyerang’ Indonesia, perekonomian masyarakat sangat terpukul. Salah satunya yakni bagi para pelaku usaha pasar. Rata-rata omzet harian para pedagang turun lebih dari 70 persen.

    Seperti yang dirasakan oleh pedagang beras di pasar Karangantu. Dia mengaku penjualannya menurun akhir-akhir ini. Menurutnya, kedatangan pengunjung ke pasar juga semakin berkurang sejak diberlakukannya imbauan berdiam diri di rumah.

    “Sebelum adanya virus Korona ini, biasanya penjualan beras saya sampai 2 ton yang berkisar Rp20 jutaan. Namun sekarang hanya 5 kwintal aja, dengan kisaran Rp 5 juta,” ujar Udin, saat ditemui di tokonya, Sabtu (28/3).

    Udin menuturkan, seharusnya bulan-bulan sebelum Ramadan seperti saat ini adalah merupakan bulan yang sangat dinantikan oleh para pedagang. Sebab menurutnya, menjelang Ramadan para warga berbondong-bondong membeli kebutuhan pokok.

    “Rajab, Rowah itu biasanya warga ramai ke pasar untuk belanja. Rajab itu mereka merayakan Isra Mi’raj, kalau Rowah itu Qunutan (Kupatan, red). Tapi sekarang boro-boro pembeli, pengunjung aja gak ada, sepi,” katanya.

    Hal senada dikatakan Heri, pedagang sembako di Pasar Karangantu. Dirinya mengeluhkan omzet penjualan di tokonya yang menurun drastis setelah adanya pandemi virus Korona.

    “Iya mas penjualan saya jeblok. Biasanya sehari saya dapat Rp1 juta lebih, sekarang mah paling dibawah Rp500 ribu,” katanya.

    Dirinya berharap kepada pemerintah, agar dapat memberikan solusi untuk masyarakat dan pedagang atas permasalahan ini. Karena jika terus menerus seperti saat ini, dirinya bersama pedagang lainnya bisa gulung tikar.

    “Kalau terus-terusan kaya gini mah toko saya bisa bangkrut ini. Jadi saya berharap kepada pemerintah, agar bisa memberikan solusi yang terbaik supaya imbas korona ini tidak berdampak besar kepada pedagang-pedagang seperti saya,” harapnya.

    Sementara itu, Komisi II pada DPRD Kota Serang telah merekomendasikan kepada Pemkot Serang, khususnya Disperdaginkop UKM agar dapat memperhatikan pelaku UMKM saat ini.

    Anggota Komisi II, Nur Agis Aulia, menjelaskan bahwa pihaknya bersama Disperdaginkop UKM akan melakukan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi kepada pelaku UMKM terkait relaksasi dan restrukturisasi kredit atau pembiayaan. Hal ini sebagai kebijakan yg telah dikeluarkan oleh OJK.

    “Ini juga untuk membantu pelaku UMKM tetap bertahan dan mencegah terjadinya PHK massal dampak adanya Covid-19. Harus ada langkah konkrit untuk membantu pelaku ekonomi mikro, sektor informal yang mengandalkan pemasukan harian,” tandasnya. (DZH)