Tag: pelecehan verbal

  • Istri Walikota Serang Ajak Perempuan Lawan Pelaku Pelecehan Verbal

    Istri Walikota Serang Ajak Perempuan Lawan Pelaku Pelecehan Verbal

    SERANG, BANPOS – Ketua P2TP2A Kota Serang, Ade Jumaiyah, menegaskan bahwa apabila terjadi praktik catcalling (pelecehan verbal) kepada perempuan, korban diminta jangan takut untuk melawan. Karena, praktik tersebut masuk ke dalam pelecehan seksual.

    “Jangan takut, perempuan yang menjadi korban pelecehan verbal harus berani untuk melawan. Minimal harus ditegor, tanya ke pelaku maksudnya apa melakukan pelecehan verbal,” ujarnya kepada awak media, Kamis (9/1) saat ditemui di kediamannya.

    Ia mengatakan, selama 2019 pihaknya telah menangani sebanyak 42 kasus pelecehan seksual. Menurutnya, mayoritas pelecehan itu dimulai dari pelecehan verbal terlebih dahulu.

    “Jadi semua berasal dari pelecehan verbal. Mulai dari menggoda, akhirnya ke sentuhan fisik, lalu seperti 42 kasus tadi. Akhirnya ada pelecehan seksual,” ucapnya.

    Ia mengaku sangat kesal ketika melihat adanya pelecehan verbal. Bahkan menurutnya, pelaku pelecehan verbal harus segera ditindak baik dengan penangkapan maupun tindakan lainnya dan diberikan pembinaan.

    “Karena ini kalau sudah menjadi kebiasaan, maka akan merambat menjadi tindakan-tindakan buruk lainnya. Kami tidak mau kasus tersebut semakin banyak di Kota Serang,” jelasnya.

    Istri dari Walikota Serang ini juga meminta kepada masyarakat agar tidak diam saja ketika melihat adanya praktik pelecehan verbal. Karena dengan begitu, pelaku akan takut untuk mengulang tindakan tersebut.

    “Jangan sampai masyarakat malah diam. Kalau melihat ada indikasi pelecehan verbal, bisa langsung datangi pelakunya. Sampaikan bahwa itu tidak boleh dilakukan. Masyarakat harus peduli dengan hal itu,” tuturnya. (DZH)

  • Pelecehan dengan Catcalling Marak di Kota Serang

    Pelecehan dengan Catcalling Marak di Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Praktik catcalling (menggoda lewat panggilan) marak di Kota Serang. Hal ini mengganggu kenyamanan dan membuat rasa takut dari para wanita yang berlalu lalang.

    Berdasarkan pantauan BANPOS di dekat kampus Untirta Ciwaru pada Sabtu (28/12), dalam kurun waktu pukul 12.00 WIB hingga 14.00 WIB, terjadi empat kali praktik catcalling oleh oknum pria yang diduga supir angkot.

    Salah satu korban praktik cat calling yang mengaku bernama Ratih mengatakan, ia dan teman-temannya sering kali menjadi catcalling di sekitaran kampus Untirta Ciwaru.

    “Kayaknya emang oknumnya itu supir angkot. Memang awalnya manggil buat menawarkan naik angkot, tapi kok lama-lama nada dan cara bicaranya malah jadi kayak ngegoda kami,” tuturnya.

    Ia mengaku bukan hanya di sekitaran kampus Untirta Ciwaru saja, namun praktik tersebut juga sering terjadi di beberapa titik keramaian seperti alun-alun, patung, dan terminal Pakupatan.

    “Kalau lagi jalan-jalan atau lagi nunggu angkutan umum, ada aja yang suit-suitan atau manggil neng-neng. Yah meskipun gak terlalu sering juga,” ucapnya.

    Ratih pun mengaku risih ketika ada oknum yang melakukan catcalling baik kepada dirinya maupun kepada perempuan lain.

    “Yah kalau boleh jujur mah kepinginnya saya tonjok. Cuma kan takut,” katanya sembari tertawa.

    Sementara itu, aktivis Korps HMI Wari(Kohati) HMI MPO Cabang Serang, Irat Suirat, mengatakan bahwa maraknya praktik catcalling di Indonesia, khususnya di Kota Serang, dikarenakan masyarakat masih menganggap wajar hal tersebut.

    “Sudut pandang masyarakat terhadap catcalling itu masih dianggap biasa. Mungkin masyarakat berfikir kalau menggoda sambil berlalu itu hanya candaan sehari-hari saja,” ujarnya kepada awak media.

    Padahal, lanjutnya, selain masuk dalam kategori pelecehan secara verbal, catcalling juga bisa saja menjadi pemicu pelecehan secara fisik.

    “Kami perempuan kalau terkena catcalling, pasti gak menghiraukan. Menganggap tidak terjadi apa-apa. Tapi kalau misalkan pelakunya ternyata gak suka dan berbuat lebih, seperti bertindak secara fisik, ini yang kami khawatirkan,” ungkapnya.

    Irat pun mengaku, selama sudut pandang masyarakat masih menganggap bahwa catcalling adalah hal yang wajar, maka selama itu pula para perempuan akan diliputi rasa takut dan risih ketika berjalan di tempat umum.

    “Hak kami untuk beraktivitas secara aman dan nyaman terampas hanya karena pola berfikir yang saya rasa kuno tersebut,” tandasnya. (DZH)