JAKARTA, BANPOS – Ketua Umum Benteng Persatuan Rakyat, Mukhtar Tompo menegaskan, memilih presiden dan wakil presiden tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Tidak bisa sembrono, tidak boleh sambalewa atau kurang hati-hati.
“Apabila pemilih menginginkan lima tahun masa jabatan presiden-wakil presiden menghasilkan maslahat, rakyat harus benar-benar tepat menentukan pilihan,” ujar Mukhtar dalam keterangannya, Minggu (12/3).
Kendati sangat krusial dan menentukan arah perjalanan bangsa, pemilihan presiden dan wakil presiden mesti dilakukan dengan riang gembira.
Itu sebabnya, pemilihan umum kerap disebut sebagai pesta demokrasi. Pesta tempat rakyat menentukan siapa yang mereka inginkan, untuk menjadi pemimpin perjalanan bangsa.
Supaya rakyat memilih calon yang tepat, partai politik sebagai pengusung kandidat mesti menyiapkan calon yang mumpuni, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Meski faktor elektabilitas kandidat harus diperhitungkan, tak berarti calon yang diusung hanya sekadar tenar, mudah dikenali, atau punya banyak basis penggemar,” ujar Mukhtar.
Riang gembira dalam memilih, tentu saja bersentuhan pula dengan kebebasan berdemokrasi. Siapa pun bebas memilih siapa saja.
Tidak ada tekanan gara-gara memilih seseorang. Tidak ada intimidasi, apabila memilih sosok yang berbeda dari pemilih lain di sekitarnya.
Riang gembira, juga bermakna tidak dirundung duka akibat putus tali persahabatan. Atau renggang jalinan persaudaraan akibat pilihan yang berbeda.
Tidak saling menyapa, sibuk memeram amarah, dan rupa-rupa penyakit hati yang mendadak akut gara-gara pemilihan presiden dan wakil presiden.
Atas dasar menyorong kandidat yang dapat menimbulkan perasaan riang gembira dan menentukan perjalanan bangsa itu, Benteng Pertahanan Rakyat mengajukan Erick Thohir sebagai kandidat.
Mukhtar menilai, sosok yang sekarang tengah berbakti kepada negara sebagai Menteri BUMN itu sangat layak menjadi tumpuan harapan keberlanjutan cita-cita bangsa dan keberwujudan harapan rakyat.
“Modal pertama Erick, jelas. Dia sudah selesai dengan dirinya. Sebelum terjun ke kancah politik praktis selaku pemegang kendali Tim Pemenangan Jokowi-Maruf Amin, Erick sudah malang melintang di dunia usaha. Kiprahnya menyentuh dunia media, dunia olahraga, dan bidang usaha lain,” papar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Lantaran sudah selesai dengan dirinya, Mukhtar meyakini, Erick sanggup menyingkirkan egosentrisme pribadi dalam mengomando perjalanan bangsa.
“Dia tidak akan disibukkan lagi oleh pikiran-pikiran, besok anak-anak saya akan makan apa. Dia disibuki oleh pikiran, besok rakyat Indonesia makan apa,” tandasnya.
Modal kedua, rekam jejak yang jelas dan mumpuni. Serta mengusung tinggi loyalitas.
Mukhtar bilang, ini adalah modal dasar yang mesti dimiliki calon pemimpin bangsa.
“Loyalitas adalah fondasi sikap yang niscaya dimiliki. Dengan begitu, kepentingan negara akan terletak jauh di atas kepentingan pribadi dan golongan,” tuturnya.
Modal ketiga, bisa diterima semua kalangan. Meski tergolong berusia muda, Erick tak canggung berdiri tegak membangun bangsa bersama para tokoh seperti Mahfud MD, Sri Mulyani Indrawati, dan Luhut Binsar Pandjaitan.
“Dia diterima pula oleh kalangan muda. Keberadaan Erick adalah madu informasi bagi kalangan Generasi Z, yang haus idola,” beber Mukhtar.
“Frasa bisa diterima semua kalangan, berlaku pula bagi dua kubu pemilih yang kini terkotak menjadi cebong-kadrun. Kalangan pendukung Joko Widodo bisa menerima Erick, kalangan anti-Jokowi bisa juga menerima Erick,” imbuh politisi kelahiran Jeneponto, 10 Juli 1981.
Pada basis organisasi keagamaan, Erick bisa diterima oleh warga NU dan Muhammadiyah. Malahan, bisa diterima oleh suporter Persib dan Persija, untuk sekadar menyebut kubu pendukung klub sepak bola.
“Bertumpu pada tiga modal di atas, Benteng Persatuan Rakyat percaya, Erick layak dan patut untuk bertarung di dalam pesta demokrasi: Pemilihan Presiden 2024,” tegas Mukhtar.
Sebagai organisasi masyarakat yang terdiri atas aktivis lintas agama, suku, golongan, dan jaringan, Benteng Persatuan Rakyat haqqul yaqin mendukung Erick.
Mukhtar meyakini, Erick ibarat jalan tengah yang bisa dipilih oleh semua kalangan. Kedekatan dengan Joko Widodo merupakan keunggulan lain yang dimiliki mantan Presiden Inter Milan itu.
Erick diyakini bisa meneruskan program-program pembangunan presiden sebelumnya. Di sisi lain, ia memiliki kapasitas untuk meneroka atau mengeksplorasi jalan sendiri.
Dengan kata lain, Erick punya kapabilitas menentukan arah perjalanan bangsa.
Mukhtar melihat, kendala besar yang membayang-bayangi Erick adalah ketiadaan partai politik pengusung. Karena dia bukan kader parpol. Namun, sedikit demi sedikit, kendala itu teratasi.
PAN, partai parlemen yang memilih berada di gerbong Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sudah menyatakan siap mendukung Erick. Baik sebagai cawapres, atau bahkan capres.
Mukhtar menilai, keunggulan lain yang dimiliki Erick adalah perilakunya yang sederhana, bersahaja, dan merakyat.
Tabiatnya yang khas adalah cerdas merancang rencana, gesit mengatasi masalah, dan cekatan menentukan kebijakan.
“Tiga perilaku dan tiga tabiat itu sungguh-sungguh purna, lantaran Erick adalah tokoh muda yang enerjik dan tangguh,” pungkasnya.(RMID)