Tag: Penyintas Tsunami Selat Sunda

  • Hunian Penyintas Tsunami di Labuan Minim Fasilitas

    Hunian Penyintas Tsunami di Labuan Minim Fasilitas

    PANDEGLANG, BANPOS – Sejumlah warga Kabupaten Pandeglang terdampak tsunami Selat Sunda yang terjadi pada 2018 lalu yang saat ini tinggal di Hunian Tetap (Huntap) yang ada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Labuan dan Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, tidak disediakan Fasilitas Umum (Fasum).

    Salah seorang warga Huntap Kampung Pasirmalang, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Diah mengatakan, selama tiga bulan tinggal di Huntap yang disediakan oleh pemerintah, ia merasa kasihan terhadap anak usia sekolah karena tidak disediakan Fasum seperti Gedung serba guna.

    “Anak usia sekolah disini ada sekitar 70 orang, mereka butuh tempat untuk menimba ilmu. Gedung sekolah tidak ada, sehingga anak-anak kalau mau sekolah jaraknya cukup jauh. Untuk ke sekolah kebetulan disini ada odong-odong dimanfaatkan untuk angkutan anak sekolah,” kata Diah kepada BANPOS beberapa waktu lalu.

    Selain itu, lanjut Diah, Fasum lainnya yang belum disediakan diantaranya Penerangan Jalan Umum (PJU), infrastruktur jalan dan tempat pembuangan sampah.

    “Jalan belum diaspal, PJU dan tempat pembuangan sampah juga tidak ada. Bagaimana kami bisa merasa nyaman, jika Fasumnya tidak ada,” terangnya.

    Ketua RT 03 Kampung Pasirmalang, Jana membenarkan bahwa Fasum di wilayahnya sangat minim. Bahkan, pemerintah melalui BPBD Kabupaten Pandeglang mengiming-iming akan memprioritaskan pembangunan jalan jika lingkungannya rapi dan bersih.

    “Bagaimana kita mau rapi dan bersih, tempat pembuangannya sampahnya saja tidak ada. Bangunan saja banyak yang rusak, kita bingung mau mengadu sama siapa,” katanya.

    Selain itu, lanjut Jana, dari sebanyak 233 jumlah Kepala Keluarga (KK), ada beberapa Huntap yang tidak diisi oleh pemiliknya dan hanya hari-hari tertentu saja.

    “Kalau untuk atas namanya tetap atas nama tersebut pemiliknya. Saat ini pemeriksaan terus dilakukan, karena saat ini masih masa pemeliharaan. Selama enam bulan, bangunan ini masih diawasi oleh kontraktor. Tapi sekarang rumah warga juga banyak yang rusak, Cuma warga merasa bingung mau lapor sama siapa, karena kontraktornya kan tidak ada,” ungkapnya.

    Sementara itu, keluhan lebih parah lagi dirasakan oleh warga penghuni Huntap Kampung Spen, Desa Banyumekar, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang yang terancam wabah penyakit karena lingkungan yang kotor karena tidak didukung Fasum yang memadai.

    Salah seorang Warga Kampung Spen, Kaliri mengatakan, Fasum yang disediakan pada Huntap di wilayah tersebut sangat minim, sehingga banyak menyebabkan masalah.

    “Infrastruktur jalan itu belum diaspal, kalau hujan banjir dan setelahnya sangat becek. Bahkan banyak genangan air di setiap drainase yang ada di depan rumah. Sekarang saja sudah banyak jentik nyamuk, saya khawatir jika dibiarkan akan banyak warga yang terserang penyakit,” katanya.

    “Untuk Musholla sudah ada, akan tetapi untuk bangunan sekolah, tempat pembuangan sampah dan PJU masih belum tersedia,” tambahnya.

    Ketua RT 2 Kampung Spen, Anta Suanta mengatakan, dengan minimnya Fasum, pihaknya berharap agar BPBD Kabupaten Pandeglang untuk menyediakan Fasum.

    “Jumlah penghuni Huntap sekitar 208 KK, semuanya merasa khawatir dengan kondisi sekarang. Saya harap BPBD untuk datang kesini dan melihat secara langsung kondisi kami saat ini,warga merasa resah dan khawatir terserang penyakit,” ungkapnya.

    (DHE/PBN)

  • Bantu Pulihkan Ekonomi, Salimah Salurkan Bantuan Perahu Untuk Penyintas Tsunami Sumur

    Bantu Pulihkan Ekonomi, Salimah Salurkan Bantuan Perahu Untuk Penyintas Tsunami Sumur

    SUMUR, BANPOS – Organisasi wanita Persaudaraan Muslimah (Salimah) menyalurkan bantuan berupa perahu katingting dan alat jaring ikan lainnya, kepada nelayan penyintas tsunami Selat Sunda di Sumur, Pandeglang. Hal itu dilakukan sebagai langkah pemulihan ekonomi, pasca-bencana yang terjadi tahun lalu tersebut.

    Demikian dikatakan oleh Sekretaris II Salimah PW Banten, Anis Masruroh. Ia mengatakan, pasca-bencana tsunami roda ekonomi sempat terhenti. Sehingga, dibutuhkan pula pemulihan bagi alat produksi masyarakat penyintas.

    “Kami memberikan perahu untuk penyintas bencana tsunami. Ini sebagai bentuk pemulihan ekonomi pasca-bencana tsunami di Sumur, Pandeglang. Karena setelah bencana itu, roda perekonomian mereka berhenti,” ujarnya, Sabtu (14/12).

    Anis mengaku, untuk bantuan saat ini hanya sebanyak satu buah perahu katinting saja. Namun, ia mengatakan bahwa terdapat komitmen bagi penerima manfaat bantuan tersebut agar dapat menyisihkan hasil pendapatannya, untuk ditabung guna membeli perahu lainnya.

    “Sementara ini baru satu yang kami berikan. Harapannya memang dari satu perahu itu nanti akan ada penambahan. Karena hasil dari perahu yang digunakan itu akan ada perjanjian supaya disisihkan sebagian, untuk membeli perahu lainnya,” terangnya.

    Untuk pengelolaan sendiri, Anis mengatakan bahwa hal tersebut diserahkan kepada kelompok nelayan. Karena, status perahu yang diberikan adalah wakaf.

    “Perahu tersebut kami serahkan kepada kelompok nelayan yang memang ada di sana. Jadi, mereka yang akan melakukan pengelolaan atas perahu bantuan dari Salimah ini,” ucapnya.

    Ia pun berharap, dengan adanya bantuan alat produksi ini, masyarakat penyintas bencana dapat kembali bangkit dari segi perekonomian. Selain itu juga ia mengaku akan menggelar program pemberdayaan perempuan.

    “Tentu kami memiliki harapan, dengan adanya bantuan perahu ini dapat berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat penyintas bencana ini. Nanti kami juga akan melakukan pendampingan rutin terkait program pemberdayaan perempuan,” tandasnya. (DZH)