Tag: petir

  • Yuk ke Desa Kadugenep, Belajar Kerajinan Klakat

    Yuk ke Desa Kadugenep, Belajar Kerajinan Klakat

    PETIR, BANPOS – Desa Kadugenep, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang dinobatkan sebagai desa wisata edukasi dan UMKM, beberapa tahun lalu. Salah satu destinasi yang dapat menjadi rujukan para siswa untuk belajar adalah membuat kerajinan tangan klakat. Pembuatan klakat ini terbilang kerajinan tertua di Desa Kadugenep, yang justru dikenal sebagai sentra pembuatan tas.

    Kepala Desa Kadugenep Muhamad Aopidi mengatakan, lebih dari 60 persen warga Desa Kadugenep menjadi pengrajin tas. Namun, selain itu, ada juga yang membuat klakat dan cincau hitam. “Jadi memang warga desa ini memiliki kreativitas yang tinggi,” ujar Aopidi.

    Melihat potensi yang ada, ia mengaku, pihaknya mengembangkan juga UMKM klakat, yang bahan bakunya hampir 100 persen dari bambu. Sehingga memiliki daya tarik tersendiri. “Kreativitas pembuatannya cukup unik, karena dikerjakan serba manual. Hasil pembuatan klakat digunakan untuk mengukus makanan seperti dimsum yang biasa dipakai di hotel-hotel dan pedagang kaki lima,” papar Aopidi.

    Aopidi menceritakan klakat ini sudah lebih awal ada di Kadugenep, ketimbang tas. Pembuatan krajinan itu dilakukan turun temurun sejak tahun 1980-an. Hanya saja kerajinan klakat punya fluktuasi pemasaran tradisional dijual harus bersaing penjualan harus lewat online. Selain itu, tantangan lainnya adalah regenerasinya yang cukup sulit.

    “Pengrajin usianya sekarang sudah tua. Kebanyakan dari mereka gaptek. Minat anak muda membantu online kurang tertarik. Terlebih klakat berjalan. Industri tas masuk. Anak-anak muda lebih tertarik tas. Hambatannya itu persaingan bahan baku yang plastik menirukan meski tidak signifikan, keaslian dari bambu,” tuturnya.

    Aopidi mengatakan, Desa Kadugenep siap menyambut sekolah-sekolah maupun komunitas yang ingin belajar membuat klakat. “Sesuai dengan moto dan falsafah kami. Tentunya saya bermimpi ketika orang ingat tas, datang ke Kadugenep. Apa yang saya jargonkan itu jadi kenyataan. Kami siap menerima masyarakat yang ingin belajar dan ingin memesan tas,” ujarnya.

     

    Kata dia, pihaknya sukarela memberikan pelayanan maksimal kepada tamu dan investor yang ingin melihat proses pembuatan tas. “Saya yakin sudah menjadi rahasia umum. Tas kami bisa bersaing dengan sifatnya sudah internasional,” pungkas Aopidi.

    Melihat potensi yang ada, Prodi Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Pascasarjana Fisip Untirta bersama Pemerintah Desa Kadugenep, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang berupaya mewujudkan Desa Kadugenep sebagai Desa Wisata Edukasi UMKM. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan antara Prodi Mikom Pascasarjana Untirta dan Pemerintah Desa Kadugenep.

    Aopidi mengapresiasi langkah Mikom Pascasarjana Fisip Untirta dalam rangka pengabdian masyarakat di wilayahnya.

    Salah seorang pengrajin klakat, Samlawi (50) mengungkapkan hasil kerajinannya banyak dipesan oleh warga Serang hingga Jakarta. Hal itu berkat era informasi digital yang semakin memudahkan pemasaran. “Jadi bisa memasarkan sendiri. Ada juga orang dari daerah Serang datang kesini. Tahunya kebanyakan dari medsos,” tutur Samlawi yang merupakan warga Kampung Sabrang, Desa Kadugenep ini.

    Apalagi, kata Samlawi, tumbuhnya restoran etnik membuat kebutuhan klakat semakin meningkat. Sehingga jika membutuhkan klakat berkualitas hanya tinggal pesan dan beli di market place.

    Ia mengaku klakat dari Desa Kadugenep memiliki kelebihan dibanding daerah lain. “Disini lebih rapih, bisa dilihat sendiri hasilnya. Mungkin bisa membandingkan baik melihat secara gambarnya atau riilnya. Dari kerapihannya. Bisa kelihatan lah,” terang Samlawi.

    Ia sangat mendukung apabila ada pihak-pihak yang ingin belajar membuat klakat. Dengan begitu warisan leluhur dapat terus terjaga. Apalagi jika dikembangkan oleh generasi muda. (RED)

  • Warga Kampung Cileungsir Geger Warganya Tewas di Dalam Sumur

    Warga Kampung Cileungsir Geger Warganya Tewas di Dalam Sumur

    SERANG, BANPOS – Halimi (60) warga Kampung Cilengsir, Desa Nagara Padang, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, tewas saat dievakuasi dari dalam sumur milik tetangganya pada Jumat (15/4/2022).

    Belum diketahui penyebab korban ada di di dalam sumur. Dari sejumlah informasi, korban mengalami sering berhalusinasi akibat mengalami kecelakaan jatuh dari pohon 3 tahun sebelumnya.

    “Setelah jatuh dari pohon, korban sering barhalusinasi dengan menganggap di dalam sumur yang ada di pekarangan rumah tetangganya itu terdapat emas,” terang Kapolsek Petir AKP Indra Irawan kepada awak media.

    Meski demikian, Kapolsek tidak ingin berspekulasi korban terjatuh atau sengaja turun ke dalam sumur untuk mengambil emas. AKP Indra Irawan mengatakan untuk mengetahui itu, pihaknya menunggu hasil olah TKP personil Satreskrim Polres Serang.

    “Walau korban sering menyebut di dalam sumur ada emas, tapi kami tidak bisa mengatakan sengaja turun. Kita tunggu hasil penyelidikan tim reskrim,” kata Kapolsek.

    Dikatakan Kapolsek, sekitar pukul 04:30 WIB, usai santap sahur, Abidin berniat mengambil wudhu untuk melanjutkan shalat subuh. Namun saat itu, Abidin mendengar suara rintihan dari dalam sumur yang ada di belakang rumahnya.

    “Saat dilihat menggunakan lampu senter ternyata suara rintihan itu berasal dari tetangganya yang ada dalam sumur,” kata Kapolsek.

    Melihat kejadian itu, Abidin langsung melapor kepada Muslim Ketua RT setempat. Bersama warga lainnya, pengurus RT segera datang ke lokasi. Dua orang warga berusaha turun menggunakan tali untuk menyelamatkan korban.

    “Belum mencapai dasar sumur, kedua warga itu minta ditarik ke atas karena merasakan sesak nafas. Setelah keduanya ditarik ke keluar, warga segera melapor ke petugas Damkar,” ujat Indra Irawan.

    Kejadian yang sama juga dialami personil Damkar saat turun ke dalam sumur. Setelah terjebak dalam sumur sumur sekitar 1 jam, petugas dalam keadaan lemas berhasil ditarik ke atas oleh petugas lainnya.

    “Dengan peralatan pelindung petugas damkar kembali masuk sumur dan berhasil menarik tubuh korban yang sudah tidak bernyawa. Atas kejadian ini, keluarga korban menerima sebagai musibah,” tandasnya. (Red)

  • Kesal Jalan Tak Diperbaiki Desa, Warga Desa Sanding Berharap Bantuan Bupati

    Kesal Jalan Tak Diperbaiki Desa, Warga Desa Sanding Berharap Bantuan Bupati

    SERANG, BANPOS – Kerusakan gorong-gorong di jalan utama Desa Sanding, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, membuat masyarakat setempat harus mengambil jalan memutar untuk sampai ke lokasi tertentu yang mengharuskan melalui jalur tersebut. Kerusakan ini berdampak pada tiga kampung sekaligus, yakni Kampung Cikeusik, Nanggewer, dan Lebong.

    Sebelumnya, sejumlah warga terpaksa menanami pohon pisang di akses jalan tepatnya di gorong-gorong. Hal itu dilakukan, agar tidak ada lagi kendaraan roda empat yang melalui akses tersebut.

    Warga Kampung Nanggewer, EN, menyebut bahwa gorong-gorong tersebut mulanya masih bisa dilalui. Namun, dalam dua bulan terakhir kerusakannya semakin parah hingga tidak bisa dilalui oleh kendaraan, terutama roda empat.

    “Dua bulan lebih sih gorong-gorong itu hancur, kalau masalah jalan dari Sanding sampai Kampung Cikeusik-Nanggewer-Lebong belum pernah merasakan jalan nikmat (pembangunan jalan) begitulah,” ujarnya.

    Encep mengaku kesal dengan lambannya penanganan rusaknya akses jalan desa tersebut, bahkan sebelum gorong-gorong rusak sekalipun. Menurutnya, sejumlah ibu hamil pun mengeluhkan jalan yang hanya dilakukan pengerasan itu, sehingga pihaknya berharap dibantu oleh Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah, agar lekas diperbaiki.

    “Sebelumnya jalur tersebut masih bisa dilalui kendaraan roda empat karena ditambal bebatuan. Karena bolongnya besar, jadi kendaraan roda empat itu udah ga bisa,” tuturnya.

    Ia menyebut bahwa curah hujan yang cukup tinggi juga menjadi salah satu penyebab kerusakan gorong-gorong tersebut.

    “Sekarang kan musim hujan, sawah yang di pinggirnya ini kan kena banjir, airnya ga jalan,” ungkapnya.

    EN dan warga lainnya pun mengeluhkan keadaan tersebut. Pasalnya, setiap kali warga ingin bepergian harus mengambil jalan memutar ke kampung sebelah dengan jarak yang cukup jauh.

    “Kita aja kalau ke Petir harus lewat sini, lewatnya Desa Petir, jadi kita aksesnya harus muter kalau mau ke pasar. Biasanya kalau dalam keadaan normal, itu kan jaraknya 3 KM dari ujung Desa Sanding, kalau muter dari Pakem itu aja 5 KM belum ke sananya lagi,” keluhnya.

    Ia pun berharap agar pemerintah daerah setempat segera mengatasi keluhan mengenai akses jalan yang tidak bisa dilalui beberapa bulan terakhir.

    “Harapan kami sih satu, masalah gorong-gorong itu diperbaiki, yang kedua kami sebagai warga pengen merasakan nikmat jalan biar akses lebih cepat,” tandasnya.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Sanding, Rosid, mengaku akan mengusahakan mencari dana agar gorong-gorong tersebut dapat segera diperbaiki.

    “Ini sedang diusahakan sama saya, kan belum ada modal, nanti saya paling dua minggu dapet dari mana seperti gitu,” ujarnya.

    Rosid pun mengungkap bahwa jalan tersebut akan diperbaiki, namun gorong-gorongnya terlebih dahulu.

    “Paling dikasih gorong-gorong aja dulu, karena belum ada anggaran ke situ (pengecoran jalan),” tuturnya.

    Rosid pun berencana akan menyelesaikan permasalahan tersebut salam kurun waktu dua minggu, dan akan memakai dana pribadi apabila bantuan dari pemerintah belum dapat disalurkan.

    “Tadi juga saya sudah konfirmasi ke Pak RT, suruh gotong royong, nanti saya paling pakai dana pribadi,” ungkapnya.

    Rosid pun mengungkap bahwa ia sudah mengajukan permasalahan tersebut ke dewan dan juga di agenda Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) Kecamatan.

    “Kemarin waktu audiensi di dewan saya sudah ajukan karena dana itu belum ada, kemarin Musrembang di kecamatan juga diajukan,” katanya.

    Untuk sementara waktu, Rosid akan mengarahkan masyarakat untuk membenahi gorong-gorong agar akses jalan dapat difungsikan kembali.

    “Paling gorong-gorong aja empat, paling kalau mau kuat di-cor pinggir-pinggirnya gitu,” tandasnya.

    (MG-03/MUF/AZM)

  • Wali Band Bikin Heboh Warga Desa Seuat Jaya

    Wali Band Bikin Heboh Warga Desa Seuat Jaya

    PETIR, BANPOS – Kelompok band kenamaan Indonesia, Wali, mendapat sambutan hangat dari masyarakat di Desa Seuat Jaya, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang. Band yang terkenal menciptakan banyak lagu hits itu menyambangi tempat itu untuk meresmikan dimulainya pemugaran Musola Al Istiqomah di Kampung Pasir Binong.

    Wali memang tengah menjalankan program Wali Care yang diisi dengan pemugaran 100 musola yang salah satunya adalah Musola Al Istiqomah di Desa Seuat Jaya.

    Datang dengan menggunakan sepeda motor tanpa pengawalan, tiga orang personil band Wali, yaitu Faank, Tomi dan Ovie tiba terlebih dulu di lokasi seremoni sekitar pukul 14.40. Sedangkan satu personil lainya, Apoy, masih menempuh perjalanan menuju lokasi.

    Ratusan warga dari desa Seuat Jaya dan sekitarnya menyambut mereka dengan antusias. Panggung kecil yang disiapkan untuk seremoni pun dikeliligi warga dari yang tua hingga yang muda. Agar situasi kondusif, sejumlah aparat keamana dari Poldek dan Koramil Petir ikut mengamankan jalannya acara.

    “Senang banget ada artis dateng ke kampung kami, apalagi tujuannya mulia, memperbaiki musola,” kata warga Kampung Pasir Binong, Dedi Setiawan, yang juga pengurus musola Al Istiqomah.

    Hingga berita ini diturunkan, seremoni peresmian belum dimulai. Namun, dalam beberapa kesempatan Apoy mengatakan program membangun 100 musholah, merupakan salah satu cara untuk mengajak masyarakat, khususnya kalangan anak muda agar lebih aktif dalam menjalankan ibadah.

    ”Semoga program ini mejadi pemercik bagi semua lapisan masyarakat untuk menyalurkan amalnya,” kata gitaris band Wali itu.(MUF)