Tag: PLTU

  • Pembakaran Perdana PLTU Jawa 9&10 Dengan Tes Injeksi Amonia Cair Sukses Dijalankan

    Pembakaran Perdana PLTU Jawa 9&10 Dengan Tes Injeksi Amonia Cair Sukses Dijalankan

    CILEGON, BANPOS – Pengujian initial firing boiler atau pembakaran perdana boiler dari PLTU Jawa 9&10 berteknologi USC+SCR Unit 1, sukses dilakukan pada Jumat (29/12). Pengujian Pengapian Pertama Boiler 1 dilakukan dengan tambahan injeksi amonia cair.

    Untuk diketahui, amonia adalah bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi karbon dalam penggunaannya. Penggunaan amonia oleh PT Indo Raya Tenaga sebagai SPC (Special Purpose Company) untuk proyek pembangkitan PLTU Ultra Super Critical Jawa 9&10 ini, merupakan salah satu solusi untuk transisi energi bagi pembangkit USC di negara maju seperti Jepang dan Korea.

    ”Boiler USC+SCR Jawa 9&10 Unit 1 pagi ini sudah dilakukan pengujian initial firing. Lalu kami juga melakukan tes injeksi amonia cair dalam proses initial firing dan hasilnya memuaskan sesuai parameter, aman dan nyala api terlihat pembakaran sempurna,” kata Presiden Direktur Indo Raya Tenaga Peter Wijaya.

    Urutan pengujian pengapian pertama Boiler #1 sendiri, dipastikan telah mengikuti standar-standar yang disyaratkan. Begitu juga dengan uji injeksi amonia cair, konsistensi plasma api tercapai pada periode pengetesan.

    Melalui pengujian ini, Peter menyatakan, PLTU Jawa 9&10 semakin yakin atas kemampuan boiler-nya, yang mampu beroperasi dalam parameter normal. Bahkan, sebagai Boiler USC+SCR pertama di Indonesia yang akan secara signifikan menurunkan emisi NOx (yang umumnya terjadi dari co-firing amonia di atas 20%), maka Boiler USC+SCR yang sudah di uji ini, dimungkinkan untuk menggunakan amonia hijau sebagai bahan bakar hingga 60%. Dengan begitu, bisa mengurangi emisi CO2 hingga 60%.

    Sebagai informasi, penerapan co-firing amonia hijau di pembangkit USC+SCR Jawa 9&10, sejatinya dilakukan sebagai tindak lanjut dari kesimpulan studi bersama IRT dan PLN Enjiniring (PLNE) yang ditandatangani pada 14 November 2022 lalu di acara B20 di Bali.

    Termasuk juga, tindak lanjut dari beberapa MOU dengan Doosan di Korea dan acara KTT ASEAN pada 7 September 2023 di Jakarta. Doosan (sebagai kontraktor EPC), kemudian melakukan pengujian pengapian pertama Boiler #1 dengan menambahkan amonia cair.

    Potensi penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar alternatif untuk pembangkit USC+SCR Jawa 9&10 pun kini tengah dipelajari, diuji dan dipromosikan oleh Perusahaan. Tujuannya, di kemudian hari, PLTU Jawa 9&10 dapat menjadi pembangkit USC+SCR di Indonesia yang paling sustainable.

    “Kami tengah mencermati dan mengikuti progress penggunaan green ammonia secara komersial di Korea (target mereka di 2027). Semoga bisa juga menjadi solusi sustainability nantinya di Indonesia,” tuturnya. (LUK)

  • Tokoh Banten Angkat Bicara Soal PLTU Disebut Sumber Polusi Jakarta

    Tokoh Banten Angkat Bicara Soal PLTU Disebut Sumber Polusi Jakarta

    SERANG, BANPOS – Tokoh pendiri provinsi Banten, KH Embay Mulya Syarief, meminta semua pihak berpikir objektif soal tudingan PLTU di Banten penyebab utama polusi Jakarta. Dia meminta agar dilakukan penelitian khusus terkait penyebab tersebut.

    Embay berpendapat, jika aktifitas PLTU di Banten yang sudah puluhan tahun memproduksi listrik menyebabkan polusi di Jakarta, secara otomatis, kata dia, yang paling terdampak dari polusi itu adalah warga sekitar PLTU.

    “Harus kita akui lah bahwa PLTU terbanyak itu ada di Banten dan sudah sejak lama, kalau tudingan itu (sumber polusi Jakarta dari PLTU di Banten) benar, pasti yang terkena dampaknya terparah adalah yang terdekat di lokasi, buktinya kan tidak ada,” katanya di Serang, Jumat (25/8/2023).

    Soal tudingan sumber polusi Jakarta dari PLTU, lanjutnya, dinilai mengada-ada dan dipenuhi kepentingan. Terlebih, kata dia, isu ini muncul di tahun politik dan ditengarai ada kepentingan bisnis di balik tudingan tersebut.

    “Ya, saya kira ini mengada-ada ya khawatir itu ada unsur persaingan bisnis kemudian juga ada unsur politik misalnya gitu ya, di tahun politik ini,” ujarnya.

    Selaku tokoh di Banten, dirinya mendukung rencana transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Namun, transisi itu membutuhkan waktu agar masyarakat terbiasa dan tidak terjadi gejolak.

    “Kemudian memang saya juga mendukung ya bahwa kita harus berupaya mencari energi terbarukan pengganti bahan bakar karena batu bara juga lama-kelamaan akan habis juga kan karena dia sumbernya dari alam. Nah, ini juga kita perlu waktu juga untuk transisi ini jangan sampai akibat terganggu supply masyarakat kita kan sudah sangat ketergantungan kepada listrik sekarang,” ungkapnya.

    Sementara, Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa dalam mengoperasikan pembangkit, pihaknya menjunjung tinggi prinsip Enviromental, Social and Governance (ESG) sehingga PLN IP sangat memperhatikan emisi gas buang dari pembangkit.

    “Selama PLTU atau PLTGU beroperasi, kami selalu berupaya tekan emisinya semaksimal mungkin, serta dimonitor secara realtime terhubung langsung dengan dashboard Kementerian LHK,” kata Edwin.

    Operasional PLTU di bawah PLN IP telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan termutakhir Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continous Emission Monitoring System (CEMS), untuk memastikan emisi gas buang dari operasional pembangkitan ditekan semaksimal mungkin.

    “CEMS merupakan teknologi yang digunakan untuk memantau emisi pembangkit secara terus menerus. Sehingga emisi yang keluar dari cerobong dapat dipantau secara real time dan dipastikan tidak melebihi baku mutu udara ambien yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” ucapnya

    Di kawasan Jabodetabek, seluruh pembangkit PLN IP mulai dari PLTU Suralaya 1-7, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Priok, PLTU Labuan, PLTU Lontar, dan PLTU Suralaya 8 telah dilengkapi CEMS.

    “Berbagai upaya yang dilakukan PLN IP di atas berhasil memperbaiki kualitas udara ambien di sekitar lokasi pembangkit di Jakarta dan Banten. Parameter PM 2.5 di sekitar lokasi pembangkit menunjukkan tren yang cenderung menurun dan masih di bawah Baku Mutu Ambien (BMA) yang ditetapkan pemerintah,” tandasnya. (ZIK/DZH)

  • HUT RI Ke-78, PLTU Jawa 9 &10 Capai 30 Juta Jam Kerja Zero Accident

    HUT RI Ke-78, PLTU Jawa 9 &10 Capai 30 Juta Jam Kerja Zero Accident

    MERAK, BANPOS – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia, menjadi momen yang spesial. Bukan hanya untuk bangsa Indonesia, tapi juga PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai SPC (Special Purpose Company) untuk proyek pembangkitan PLTU Ultra Super Critical Jawa 9&10 (2 x 1.000 MW), di Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.

    Pasalnya, sejak pembangunan proyek dimulai Januari 2020, di Agustus ini, IRT sudah menyerap 7.000 tenaga kerja warga lokal, dengan waktu pelaksanaan kerja mencapai 30 juta jam tanpa adanya kecelakaan kerja atau zero accident.

    ”Mari kita syukuri pencapaian 30 juta jam man-hour tanpa Lost-time Injury yang kita capai di awal bulan Agustus 2023,” kata Deputi General Manager IRT Kardi Bin Kasiran di hadapan ratusan pekerja konstruksi PLTU Jawa 9&10, pada upacara Hut Ke 78 Kemerdekaan RI di halaman Site Office PT IRT di Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Kamis (17/8).

    Kardi mengatakan, peringatan HUT RI di area proyek dilakukan sebagai wujud nasionalisme para pekerja proyek agar bisa sejalan dengan tema Kemerdekaan saat ini, “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”.

    Tema ini, kata dia diharapkan juga tertanam pada para pekerja, agar bisa mewujudkan penyelesaian proyek pembangunan konstruksi PLTU 9 dan 10 dengan tepat waktu.

    “Kita memperingati hari Kemerdekaan RI ke-78 tema yang diusung terus melaju untuk Indonesia maju. Kita dalam konteks proyek PLTU Jawa 9 & 10 ini, terus melaju untuk proyek-proyek pekerjaan kita. Harapan kita proyek ini bisa selesai tepat waktu di tahun 2025,” kata Kardi.

    Ia pun mengajak semua pihak yang terlibat dalam proyek strategis nasional ini untuk bersatu, bersama-sama sebagai keluarga besar untuk menyelesaikan proyek ini dengan baik.

    ”Kita semua punya tujuan yang sama, yaitu mencapai target penyelesaian proyek sesuai jadwal yang ditentukan dengan selamat dan sehat, dengan standar yang berkualitas dan bertanggung jawab. Mari kita letakkan perbedaan, lupakan prioritas kepentingan masing-masing, dan fokuskan pada tujuan proyek ini,” tuturnya.

    Untuk diketahui, pekerjaan konstruksi PLTU 9 dan 10 saat ini sudah mencapai 78 persen. Proyek ini pun diharapkan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah sekitar.

    Kardi menambahkan, proyek PLTU 9 dan 10 ini dibangun untuk membantu kelistrikan Jawa – Bali. “Harapannya kalau tepat waktu, PLTU 9 dan 10 ini bisa membantu pertumbuhan ekonomi untuk mencapai Indonesia maju ke depannya,” tandasnya. (LUK)

  • Lakukan Transisi Energi, PLN Atur Tiga Skenario

    Lakukan Transisi Energi, PLN Atur Tiga Skenario

    JAKARTA, BANPOS – PT PLN (Persero) mengatur tiga skenario dalam upaya melakukan transisi energi, salah satunya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan secara bertahap.

    Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN, Kamia Handayani, mengungkapkan bahwa skenario ini dibuat dalam rangka mengurangi emisi.

    “Untuk mengurangi emisi, PLN membangun skenario transisi energi tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi kami membuka tiga skenario,” ujarnya di Jakarta, Senin (22/5).

    Ia menjelaskan, skenario pertama terkait dengan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Meski begitu, Kamia mengatakan PLN tidak akan langsung bertransisi dari energi fosil ke EBT secara menyeluruh, melainkan secara bertahap.

    Kamia mengakui bahwa PLN terus memantau perkembangan teknologi yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam upaya bertransisi energi.

    Sementara skenario kedua terkait pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). PLN memang berencana menutup PLTU, namun Kamia menggarisbawahi rencana tersebut tidak diterapkan ke seluruh PLTU milik PLN.

    “Tidak semua PLTU kami pensiunkan. Ada yang kami pertahankan tetapi disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), dan gas,” tuturnya.

    Ia mengungkap bahwa pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) juga tidak akan dipensiunkan seluruhnya, tetapi juga menerapkan co-firing dengan hidrogen.

    Kamia juga menyampaikan PLN lebih berfokus pada peralihan dari power generation menuju low carbon power dalam upaya bertransformasi ke energi hijau.

    Skenario terakhir adalah mengupayakan pengurangan emisi dari pembangkit fosil dengan mengutilisasi energi primer yang ada di Indonesia.

    Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya energi yang beragam yang bisa dioptimalkan untuk mendiversifikasi energi. Sementara itu PLN sendiri membuka peluang untuk mengutilisasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

    Ketiga skenario tersebut, sambung Kamia, merupakan cara PLN untuk beradaptasi dengan transisi energi namun tetap terbuka dengan opsi-opsi yang ada.

    “Kami membuka skenario tergantung teknologi apa yang lebih menonjol, lebih murah, dan lebih fleksibel. Itu yang akan kami ambil kesempatannya. Jadi, kami tidak bertransisi dari fosil langsung ke EBT, tetapi kami bertransisi dulu dengan melihat teknologi yang efektif,” tandasnya. (MUF/ANT)