Tag: pt cemindo gemilang

  • Aktivitas PT Cemindo Berdampak Negatif, Apdesi Bayah Lapor ke DPRD Banten

    Aktivitas PT Cemindo Berdampak Negatif, Apdesi Bayah Lapor ke DPRD Banten

    LEBAK, BANPOS- Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kecamatan Bayah, mendatangi DPRD Banten untuk menyampaikan keluhan masyarakat terkait dampak polusi udara dan blasting pertambangan dari perusahaan pabrik semen PT Cemindo Gemilang (CG).

    Kedatangan mereka didudukan dalam audiensi yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Banten Andra Soni. Hadir juga perwakilan perusahaan dan pimpinan instansi yang berkaitan.

    Kepada BANPOS, Ketua Apdesi Kecamatan Bayah, Rafik Rahmat Taufik mengatakan perusahaan seolah acuh terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan bahan baku semen.

    Menurut Rafik, sejauh ini pihaknya mengaku selalu mendapat curhatan dari warga yang merasakan langsung dampak negatif dari aktivitas perusahaan, seperti rumah retak akibat blasting, sawah kekeringan, dan polusi udara.

    “Seminggu yang lalu, saya ada videonya, Bayah lingkungannya itu hitam karena debu dari klinker yang diturunkan dari Kapal di dermaga, ada beberapa desa yang terdampak. Itu bukan hanya sekali, sudah beberapa kali,” ujarnya, Kamis (24/03).

    Kepala Desa Bayah Timur ini menerangkan, upaya audiensi bersama legislator adalah bagian dari tahapan langkah, karena sebelumnya perwakilan Apdesi pernah berdialog dengan pihak perusahaan, namun dinilai tidak ada tindak-lanjut.

    “Kami datang ke DPRD karena kami datang ke perusahaan tidak ditanggapi serius. Kami sudah melayangkan surat audiensi, pihak perusahaan mengaku akan menindaklanjuti. Tapi sudah 2 bulan tidak ada tindakan apa-apa, kami unjuk rasa,” terang Rafik.

    Ditegaskan Rafik, langkah yang dilakukannya tidak memiliki motif lain, selain untuk membantu masyarakat. “Tuntutan kami tidak ingin dianggap sepele, sehingga keberadaan perusahaan di Bayah bisa berdampak positif terutama pada kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

    Pada bagian lain, mantan jurnalis di Banten ini mengaku mendapat aduan dari masyarakat tentang sulitnya akses mendapat pekerjaan di perusahaan di Bayah. Sehingga pihaknya meragukan klaim pihak perusahaan sudah 80 persen menyerap tenaga kerja lokal.

    “Banyak masyarakat datang ke Kepala Desa tapi sulit untuk diakses, itu yang datang ke saya. Tinggal pembuktian saja 80 persen itu by name by Address, saya tidak yakin, dugaan saya itu hanya pembenaran agar tidak disudutkan,” paparnya.

    Sementara itu, Ketua DPRD Banten, Andra Soni mengatakan bahwa PT CG pernah beberapa kali diberikan sanksi tegas akibat dampak negatif aktivitas pertambangan. Hal itu berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

    “LH menyampaikan bahwa ada memang situasi pencemaran teknis dan itu telah diberikan teguran, sanksi dan dicabut setelah diperbaiki. Tadi disampaikan oleh LH pernah beberapa kali dan itu dicabut setelah dilakukan perbaikan,”

    Disebutkan Andra Soni, sebuah industri yang besar pasti memiliki dampak terhadap lingkungan. Namun untuk PT CG pembangunannya sudah sesuai izin dan Amdal. Hanya memang yang terlewat Amdal Lalin.

    “Saya meminta LH untuk melakukan pengecekan, pengukuran pencemaran air laut maupun udara untuk menindaklanjuti keluhan masyarakat,” terang Andra.

    Adapun terkait aduan dari masyarakat Bayah melalui Apdesi, tentang tenaga kerja, penggunaan jalan, pencemaran lingkungan, Andra mengaku telah meminta dinas terkait untuk melakukan supervisi dan menegakkan aturan yang berlaku.

    “Saya minta ke dinas terkait untuk supervisi, menegakan aturan agar berbisnis, bermasyarakat bisa dijalankan sebaik-baiknya,” ujarnya.

    Terpisah, Kepala CSR PT CG Adul Kusmono dalam klarifikasinya mengaku, polusi udara atau debu yang dikeluhkan masyarakat, itu karena dampak dari kerusakan alat. Namun pihaknya masih melakukan perbaikan agar tidak dikeluhkan lagi.

    “Kalau kemarin debu-debu itu hanya kerusakan alat saja. Nggak terus menerus bahwa itu adalah debu sepanjang masa, nggak. Rencananya kita akan ada dari pabrik langsung ke Kapal, tidak ada celah lagi dengan waktu, kita akan melakukan perbaikan-perbaikan,” dalih Adul.

    Menurutnya, pihak perusahaan mengakui masih ada kekurangan dalam mengantisipasi dampak lingkungan. Kekurangan itu akan terus diperbaiki seiring dengan berjalannya waktu.

    “Cemindo sekarang baru berapa tahun, itu 80 sampai 100 tahun bakal ada di situ, kita tidak akan lari, kekurangan dengan berjalannya waktu, tidak bisa bim-salabim hari ini selesai, nggak bisa karena proses harus dijalankan,” kilahnya.

    Begitupun saat ditanya terkait dampak blasting terhadap kerusakan rumah warga, Adul mengaku sudah memberikan kompensasi terhadap ratusan warga. Namun, kata dia, pihaknya lupa dengan nilai atau jumlah bantuannya.

    “Sebetulnya rumah yang retak dimana saja ada, tapi itikad kita karena blasting kalau perbaiki, perbaiki semua. Kita sudah perbaiki berapa ratus rumah gitu ya, cuma saya datanya lupa. Nilainya lupa, kita ada pendidikan, pemberdayaan,” papar Adul.(WDO/PBN)

  • Warga Bayah Ancam Rutin Demo PT Cemindo Gemilang

    Warga Bayah Ancam Rutin Demo PT Cemindo Gemilang

    BAYAH, BANPOS – Ratusan warga di Kecamatan Bayah yang tergabung dalam Aliansi Bayah Menggugat (ABM), melakukan aksi unjuk rasa di depan area pabrik semen merah putih PT Cemindo Gemilang, di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kamis (17/2).

    Aksi tersebut sempat diwarnai kericuhan antara massa dengan aparat kepolisian yang berjaga. Aksi saling dorong tidak terhindarkan, saat massa aksi mencoba merangsek untuk masuk ke area pabrik semen.

    Bahkan, sempat terjadi baku hantam antara pendemo dan petugas kepolisian yang berjaga. Beruntung aksi kericuhan bisa diredam, dan massa pun kembali melanjutkan aksinya dengan damai sambil berorasi secara bergantian.

    “Perusahaan telah abai terhadap kewajibannya dalam menjaga lingkungan di Bayah, perusahaan telah abai dalam proses rekrutmen tenaga lokal, dan malahan perusahaan lebih banyak memberikan dampak negatif kepada masyarakat di Kecamatan Bayah,” kata Koordinator aksi Budi Supriadi dalam orasinya.

    Budi menjelaskan, aksi warga dilakukan sebagai bentuk kekecewaan kepada perusahaan pemegang merk semen merah putih yang dinilai telah mengabaikan tuntutan warga sehingga warga terpaksa turun ke jalan melakukan aksi.

    “Makanya kami turun langsung menggelar demo, dengan harapan ada perbaikan yang dilakukan perusahaan, dan keberadaan perusahaan harus memberikan dampak positif kepada kami sebagai warga yang terdampak langsung,” jelas Budi.

    Budi mencontohkan, pemilik sawah di Cinangga Lebak, Desa Bayah Timur itu menjerit karena sawahnya kering akibat ulah perusahaan. Warga yang berdekatan dengan lokasi tambang terus dihantui rasa kekhawatiran rumahnya roboh karena telah retak-retak akibat adanya peledakan tambang.

    Menurut Budi, warga yang berdekatan dengan area bongkar muat dermaga milik PT Cemindo Gemilang, terimbas debu batubara dan debu yang dihasilkan oleh pabrik semen. Kata Budi, itu hanya salah satu contoh dampak negatif dari sekian banyak dampak lainnya yang dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Bayah.

    “Kami tidak akan berhenti melakukan aksi selama perusahaan banyak merugikan warga. Kami berhak menuntut hak kami sebagai warga yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Kami berharap, suara kami didengar oleh pemangku kebijakan,” ungkapnya.

    Senada disampaikan Marto, salah seorang warga Desa Pamubulan. Marto mengaku setiap hari dihantui perasaan takut getaran peledakan tambang dan kebisingan yang disebabkan oleh konveyor pembawa material semen dan debu.

    “Belum lagi soal dampak debu yang kami rasakan. Bayangkan saja setiap ada peledakan, rumah kami bergetar seperti gempa saja. Kami mau hidup tenang seperti sebelum adanya perusahaan,” kata Marto seraya mengeluh.

    Marto pun berharap, adanya perhatian dari pemerintah dan pemangku kebijakan kepada warga di Kecamatan Bayah yang terdampak. Marto juga berharap, adanya tindakan tegas kepada perusahaan yang telah abai dan cenderung merugikan warga.

    “Kami berharap para pemangku kebijakan tidak menutup mata atas apa yang dirasakan oleh kami sekarang. Karena itu kami minta para pemangku kebijakan tidak berdiam diri,” tandasnya.

    Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kecamatan Bayah Rafik Rahmat Taufik mengatakan, dirinya mendukung aksi yang dilakukan oleh warga yang terdampak. Rafik menilai wajar bila warga melakukan aksi untuk menuntut haknya.

    Menurut Rafik, keberadaan perusahaan itu harus berdampak positif terhadap lingkungan dan warga di lingkungan tersebut, dan bukan malah sebaliknya. Kalau keberadaan perusahaan itu tidak berdampak positif bahkan abai terhadap kewajibannya maka wajar bila warga menuntut haknya.

    Ia berharap, perusahaan bisa memahami apa yang menjadi tuntutan warga yang disampaikan pada aksi demo sehingga menemui titik terang dan tidak ada yang dirugikan.

    “Iya saya menilai wajar warga melakukan aksi demo bila perusahaan itu abai terhadap kewajiban dan tanggung jawab sosialnya kepada lingkungan. Sebab, keberadaan perusahaan di suatu wilayah itu harus berdampak positif dan bukan malah sebaliknya yaitu berdampak negatif,” katanya.

    (CR-01/PBN)

  • Ribuan Warga Bayah akan Demo PT Cemindo Gemilang Tuntut Tanggung Jawab Lingkungan,

    Ribuan Warga Bayah akan Demo PT Cemindo Gemilang Tuntut Tanggung Jawab Lingkungan,

    BAYAH, BANPOS – Dituding abai pada tanggungjawab pada lingkungan, Ribuan warga Kecamatan Bayah yang tergabung dalam Aliansi Bayah Menggugat, berencana menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran ke area pabrik semen PT Cemindo Gemilang (CG) yang berlokasi di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, pada Kamis ini (17/02).

    Informasi menyebut, aksi ini dipicu, karena perusahaan pabrik semen PT CG itu dianggap telah mengabaikan kewajiban tanggungjawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat di Kecamatan Bayah.

    Adapun beberapa hal yang akan disuarakan dalam aksi tersebut di antaranya, proses rekrutmen tenaga kerja lokal yang dianggap tidak sesuai dengan yang tertuang dalam analisis dampak lingkungan (AMDAL), kerusakan lingkungan di sekitar Kecamatan Bayah, ketidak-jelasan soal Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan industri semen dan pertambangan serta persoalan lainnya.

    Koordinator lapangan (Korlap) aksi, Budi Supriadi menjekaskan, rencana aksi iyu dilakukan karena akumulasi dari kekecewaan warga di Bayah terhadap PT CG, yang dianggap telah abai dan cenderung merugikan warga lingkungan setempat.

    “Ini adalah akumulasi kekecewaan kami sebagai warga di Kecamatan Bayah, yang terdampak secara langsung dengan adanya keberadaan pabrik semen. Kami sebenarnya sering menyampaikan keluhan ini kepada pihak perusahaan namun diabaikan. Makanya, aksi ini adalah cara terakhir kami, agar aspirasi kami didengar,” ujar Budi kepada BANPOS, Rabu (16/02).

    Budi menerangkan, salah satu hal yang disikapi yakni masih banyaknya perusahaan yang bererelasi dengan PT CG, namun tidak jelas soal pengalokasian dana CSR dan tanggungjawab lingkungan kepada warga. Padahal, dalam Perda Lebak Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial dan lingkungan perusahaan (SCRE) serta Perda CSR, Kemitraan dan Bina Lingkungan Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2016 sangat jelas dinyatakan, bahwa perusahaan wajib memberikan CSR kepada warga di lingkungan terdampak dan/atau melalui pemerintah.

    “Namun faktanya, masih banyak perusahaan yang tidak menganggarkan dana CSR. Padahal dalam aturan sudah sangat jelas harus ada kewajiban CSR dan tanggungjawab lingkungan. Selain itu, rekrutmen tenaga kerja juga tidak jelas,” terang Budi.

    Oleh karenanya, kata dia, tuntutan yang disampaikan dalam aksi Kamis besok (hari ini-red), akan ditanggapi secara serius oleh perusahaan dan akan diketahui oleh pemangku kebijakan di pemerintahan, baik daerah, provinsi maupun pusat.

    “Jika tuntutan kami diabaikan, kami akan terus melakukan aksi hingga ke Jakarta nanti. Bagi kami, tuntutan kami ini harga mati, supaya adanya perubahan yang lebih baik lagi dan supaya ada dampak positif kepada warga di Kecamatan Bayah,” papar Budi.

    (WDO)

  • Warga Bayah Minta PT Cemindo Gemilang Rampungkan Jalan Wisata

    Warga Bayah Minta PT Cemindo Gemilang Rampungkan Jalan Wisata

    BAYAH, BANPOS- Pekerjaan pembangunan jalan Cibayawak-Sawarna yang dilaksanakan PT Cemindo Gemilang (CG) diakhir Tahun 2021 lalu masih menyisakan sekitar 70 Persen. Pasalnya, sesuai kewajiban sosial yang telah dijanjikan pihak PT CG yang berjanji membangun betonisasi jalan wisata Cibayawak-Sawarna sepanjang 500 meter itu, ternyata baru dikerjakan 160 meter, dan berjanji akan dilanjut di Januari 2022.

    Tokoh Masyarakat-masyarakat Bayah, Erwin Komara Sukma kepada wartawan berharap pihak CG segera menyelesaikan jalan Cibayawak-Sawarna,

    “Saya berharap tidak mundur lagi pengerjaan lanjutannya, soalnya masyarakat pengguna jalan masih tetap merasakan debu dan jalan licin. Itu masih ada sisa 340 meter lagi yang belum di kerjakan pihak Cemindo. Untuk pekerjaan tahap awal kami lihat cukup baik, namun kami minta mewakili masyarakat pengguna jalan agar jalan tersebut segera di selesaikan,” ujar Erwin, baru-baru ini (23/01).

    Senada, pengelola wisata Pantai Pulomanuk, Eko Priyono kepada BANPOS mengatakan pihaknya juga kerap mendapatkan aduan dari masyarakat pengguna jalan yang mengeluh jalan wisata rusak dan berdebu,

    “Iya, terus terang kami juga sering mendapat pengaduan dari masyarakat pengguna jalan baik yang mau berwisata atau yang melewati jalan ini. Mereka mengeluhkan debu jika musim kemarau dan di saat hujan jalan dikeluhkan cukup becek licin.”ungkap Eko, Senjn (24/01)

    Ditambahkan Eko, terutama pengunjung dari luar yang sudah berkali-kali datang, mereka mengaku heran jalan yang jelek itu berada di lingkungan perusahan besar.

    “Itu kan Cemindo perusahaan besar, emang ga peduli sama jalan lingkungannya sampai jalan rusak begini? para pengunjung kerap ngomong ke saya gitu. Harusnya jalan itu bagus, tidak seperti itu,” kata Eko menirukan keluhan pengunjung.

    Terpisah, warga pegiat pariwisata, Lili Suheli mengharapkan pihak PT CG tidak lagi mengulur waktu untuk meneruskan pembangunan jalan Cibayawak-Sawarna. Kata dia, jangan sampai pembangunan digantung lama, jalan tersebut jalan utama bagi wisatawan yang mau berkunjung ke pantai Sawarna dan Pulomanuk,

    “Kemaren saja saat dibangun di akhir tahun, pada saat tahun baru jalan itu di tutup sementara. Itu sangat berpengaruh, pengunjung banyak yang ngga hapal jalan, banyak pengunjung yang balik lagi. Sehingga penurunan wisatawan sangat drastis. Pokonya saya minta perusahaan konsisten untuk segera selesaikan jalan tersebut,” tegasnya.

    (WDO)

  • Tokoh dan aktivis Baksel Desak PT Cemindo Gemilang Segera Selesaikan Jalan Cibayawak

    Tokoh dan aktivis Baksel Desak PT Cemindo Gemilang Segera Selesaikan Jalan Cibayawak

    BAYAH, BANPOS – Pekerjaan pembangunan jalan Cibayawak-Sawarna yang dilaksanakan PT Cemindo Gemilang (CG) diakhir Tahun 2021 lalu masih menyisa sekitar 70 Persen. Pasalnya, sesuai kewajiban sosial yang telah dijanjikan pihak PT CG yang berjanji membangun betonisasi jalan wisata Cibayawak-Sawarna sepanjang 500 meter itu, ternyata baru dikerjakan 160 meter, dan akan dilanjut Januari 2022.

    Tokoh Masyarakat-masyarakat Bayah, Erwin Komara Sukma kepada BANPOS berharap pihak CG segera menyelesaikan jalan Cibayawak-Sawarna, “Saya berharap tidak mundur lagi pengerjaan lanjutannya, soalnya masyarakat pengguna jalan masih tetap merasakan debu dan jalan licin. Itu masih ada sisa 340 meter lagi yang belum di kerjakan pihak Cemindo. Untuk pekerjaan tahap awal kami lihat cukup baik, namun kami minta mewakili masyarakat pengguna jalan agar jalan tersebut segera di selesaikan,” ujar Erwin, Sabtu (22/01).

    Senada, pengelola wisata Pantai Pulomanuk, Eko Priyono kepada BANPOS mengatakan pihaknya juga kerap mendapatkan aduan dari masyarakat pengguna jalan yang mengeluh jalan wisata rusak dan berdebu,

    “Iya, terus terang kami juga sering mendapat pengaduan dari masyarakat pengguna jalan baik yang mau berwisata atau yang melewati jalan ini. Mereka mengeluhkan debu jika musim kemarau dan di saat hujan jalan dikeluhkan cukup becek licin.”ungkap Eko.

    Ditambahkan Eko, terutama pengunjung dari luar yang sudah berkali-kali datang, mereka mengaku heran jalan yang jelek itu berada di lingkungan perusahan besar.

    “Itu kan Cemindo perusahaan besar, emang ga peduli sama jalan lingkungannya sampai jalan rusak begini? para pengunjung kerap ngomong ke saya gitu. Harusnya jalan itu bagus, tidak seperti itu,” kata Eko menirukan keluhan pengunjung.

    Terpisah, aktivis Bayah Lili Suheli mengharapkan pihak PT CG tidak lagi mengulur waktu untuk meneruskan pembangunan jalan Cibayawak-Sawarna. Kata dia, jangan sampai pembangunan digantung lama, jalan tersebut jalan utama bagi wisatawan yang mau berkunjung ke pantai Sawarna dan Pulomanuk,

    “Kemaren saja saat dibangun di akhir tahun, pada saat tahun baru jalan itu di tutup sementara. Itu sangat berpengaruh, pengunjung banyak yang ngga hapal jalan, banyak pengunjung yang balik lagi. Sehingga penurunan wisatawan sangat drastis. Pokonya saya minta perusahaan konsisten untuk segera selesaikan jalan tersebut,” tegasnya.

    (WDO/ENK)

  • Protes PT Cemindo Gemilang, Petani Bayah Bakar Tunas Padi yang Baru Ditanam

    Protes PT Cemindo Gemilang, Petani Bayah Bakar Tunas Padi yang Baru Ditanam

    BAYAH, BANPOS – Karena bertahun-tahun lahan persawahan kerap kekeringan, sejumlah petani di Kampung Cinangga Lebak, Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah yang memiliki lahan sawah di blok Tangkele, Desa Pamubulan melakukan aksi cabut tunas padi yang baru ditanam dan membakarnya ramai-ramai.

    Pantauan di lokasi, sejumlah petak sawah milik petani terlihat mengering dan tanahnya retak-retak. Hal itu terjadi, akibat tidak adanya pasokan air untuk mengairi sawah mereka.

    Diketahui, aksi bakar tunas padi ini dilakukan petani sebagai bentuk protes kekecewaan mereka kepada perusahaan PT Cemindo Gemilang (CG), yang diduga jadi penyebab hilangnya sumber pasokan air, akibat mata airnya dirusak oleh perusahaan pabrik semen tersebut.

    “Sebelum ada tambang milik perusahaan, dalam setahun kami bisa dua kali panen. Sekarang, setelah gunung yang ada di atas kami dijadikan tambang oleh pabrik semen, pasokan air kini sudah tidak ada,” ujar Sardan, salah seorang petani, Kamis (20/1/2022).

    Sardan menjelaskan, sebelum ada praktik tambang batu milik perusahaan CG, selokan yang ada di sekitar sawah selalu teraliri air. Namun kini, selokan itu sudah kerontang, karena hutan yang ada di pegunungan sudah pada rusak oleh tambang.

    “Dulu mah meski musim kemarau, di selokan masih ngalir airnya pak. Sekarang, meski musim hujan, tidak ada air sama sekali di selokan. Kami harus gimana,” keluhnya.

    Senada, keluhan yang sama muncul dari petani lainnya, Endi yang juga memiliki sawah di wilayah itu, yang turut mencabut paksa tanaman padi yang belum lama ditanam kemudian membakarnya.

    “Percuma Pak dilanjutkan ditanam juga, karena ini mah pastinya gagal panen. Ini udah yang kesekian kalinya terjadi. Kami bingung mau protes kemana, ke perusahaan juga kayaknya percuma,” gerutu Endi.

    Berbeda dengan Kois, salah satu petani pemilik sawah yang lokasinya tidak jauh dari lokasi tambang milik semen merek merah putih itu. Kois mengaku sudah lama membiarkan sawahnya penuh rumput liar, ia tak berani menggarap sawahnya, karena khawatir tertimpa longsoran batu yang berasal dari area tambang yang persis berada di atas lahannya.

    “Mau garap gimana pak, yang ada saya takut ketimpa batu dari lokasi tambang itu. Kalau lagi meledakan tambang, batu selalu pada jatuh ke lokasi sawah saya. Makanya ketimbang celaka, mendingan saya nggak garap sawah itu,” ungkap Kois.

    Kois pun berharap, adanya perhatian dan bantuan kompensasi dari perusahaan pabrik semen PT CG yang selama ada tambang itu menyebabkannya tak lagi garap sawah.

    Prihatin soal ini, terpisah, kepada BANPOS, Ketua Apdesi Kecamatan Bayah, Rafik Rahmat Taufik, pun turut mengecam adanya kesewenang-wenangan pihak investor perusahaan pabrik semen kepada para petani di Desa Bayah Timur. Menurut Rafik, harusnya pihak perusahaan bertang-gungjawab penuh atas kerugian yang dialami oleh para petani.

    “Ini seharusnya menjadi tanggungjawab perusahaan. Diakui atau tidak, kerugian yang dialami oleh petani itu terjadi pasca adanya lokasi tambang milik perusahaan. Kejadian ini sudah bertahun-tahun dan berulang. Tapi nyatanya belum ada langkah kongkrit dari perusahaan kepada para petani,” ujar Rafik yang juga Kepala Desa Bayah Timur ini.

    Rafik pun mendesak PT CG selaku pemilik perusahaan semen merk Merah Putih, agar bertanggung-jawab secara penuh dan mengganti kerugian yang dialami oleh para petani di Bayah Timur.

    “Bisa kita hitung angka kerugian yang dialami petani di sini. Berapa kali mereka panen dalam setahun, berapa petak sawah yang gagal panen, dan berapa tahun kerugian ini dialami oleh petani?. Nanti akan muncul nilai kerugian. Nah, nilai itulah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengganti kerugian atas derita petani,” tegas Rafik.

    Kecam Rafik, jangan sampai keberadaan perusahaan yang berinvestasi di wilayah Kecamatan Bayah malah menjadi petaka bagi sebagian warganya. Oleh karenanya, kata dia, harusnya, keberadaan perusahaan bisa berdampak positif secara menyeluruh.

    “Jangan sampai pihak satu diuntungkan tapi ada pihak lain dirugikan. Harga mati bagi saya, industri di Kecamatan Bayah harus benar-benar memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di sini,” paparnya.(WDO)

    Caption : Tampak lahan sawah di blok Tangkele Desa Pamubulan Kecamatan Bayah sudah bertahun-tahun mengalami kekeringan. Ini diduga akibat sumber air di hutan tergerus oleh industri tambang batu gamping milik PT Cemindo Gemilang. Kamis (20/01)