SERANG, BANPOS – Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Banten, menggelar Rakorwil dan workshop moderasi beragama, Senin (13/12).
Menghadirkan tokoh lintas organisasi, kegiatan workshop diikuti oleh sejumah peserta yang dilakukan di gedung PW GP Ansor Banten, Dalung, Kota Serang.
Ketua PW GP Ansor, Ahmad Nuri, mengungkapkan bahwa Rakorwil tahun 2021 ini diorientasikan bagaimana menyisipkan materi-materi moderasi beragama dalam setiap kegiatan kaderisasi. Hal itu dianggap penting, mengingat isu radikalisme tidak akan pernah surut sampai kapanpun, selagi tidak melakukan gerakan apapun.
“Gerakan moderasi ini merupakan sebagai salah satu antitesa dari proses radikalisme, memang radikalisme tidak melakukan gerakan fisik hari ini, akan tetapi gerakan pemikiran yang luar biasa. Maka kita kampanyekan di publik, di internal kita salah satunya dalam konteks penguatan kaderisasi dengan materi moderasi agama,” ujarnya.
Nuri mengaku, materi moderasi agama perlu disampaikan, agar ketika selesai pelatihan GP Ansor, mereka mampu mengampanyekan di ruang-ruang pengabdiannya, baik di masyarakat, di lingkungan pejabat, komisioner dan lainnya. Pentingnya materi moderasi beragama itu juga, guna menunjang kebermanfaatan kader Ansor dalam termonologi maupun dalam agenda besar moderasi beragama.
“Banten ini sebagai kekuatan besar gerakan radikalisme kedua setelah Jakarta. Kemarin memang kita melakukan pemetaan khususnya di pengurus pusat dan di Banten, ada 9 Provinsi di Indonesia yang radikalismenya tinggi, salah satunya di Banten yang radikalismenya tinggi,” jelasnya.
Dalam melakukan perlawanan dan penanganan radikalisme, Ansor Banten melakukan langkah-langkah kaderisasi dengan moderasi agama. Selanjutnya, GP Ansor Banten akan tetap mengampanyekan kepada publik baik melalui tulisan, dakwah bil hal, dan lain sebagainya terkait dengan moderasi beragama.
“Agar perang posisi dan perang wacana kita memenangkan pertarungan antara radikalisme dengan moderasi beragama. Jadi kita seolah-olah berhadapan antara radikalisme dan moderasi beragama,” terangnya.
Nuri mengaku, moderasi beragama terus disulut hingga alam sadar publik mengetahui bahwa inilah pilihan dalam konteks beragama, pilihan politik dalam konteks kemasyarakatan. Bahwa ketika muncul ada isu terkait dengan adanya ayat-ayat jihad yang berujung pada radikalisme, ada juga ayat-ayat moderasi yang bisa disampaikan kepada masyarkat.
“Iniloh pilihan-pilihannya, bahwa saat ini bukan lagi zaman perang. Tapi sedang bagaimana Islam menemukan dalam vitalnya kekuatan yang rahmatan lil’alamin,” ucapnya.
Ia menyebut bahwa radikalisme sudah tidak berlaku lagi, ketika manusia sudah menemukan harmoninya. Radikalisme tidak lagi menemukan alat vitalnya, ketika masyarakat sudah mengalami kerukunan.
“Kerukunan itu munculnya dari pemahaman wasathiyah dan moderasi beragama, dan Ansor mengampanyekan terus menerus di ruang-ruangnya, baik dikaderisasi, di publik dan dimanapun,” ungkapnya.
Namun, sebelum GP Ansor menyampaikan kepada masyarakat tentang moderasi beragama, terlebih dahulu diberikan materi moderasi beragama di berbagai tingkatan perkaderan GP Ansor. Diberikan pemetaan radikalisme di Banten, ketika di suatu wilayah terindikasi ada radikalisme, di sana akan digencarkan kaderisasi.
“Mereka (radikalis) tidak akan pernah berhenti sampai kapanpun, karena itu sudah menjadi ideologi. Radikalisme sudah menjadi ideologi, dan itu pilihan bagi mereka, kalau kita diam wait and see dalam gerakan, energi kita akan habis ketika tidak disalurkan. Oleh karena itu Ansor memulai di 2021 ini menyisipkan materi moderasi agama, agar memahami bagaimana makna moderasi, melawan radikalisme dengan pola moderasi,” tandasnya. (MUF/AZM)