JAKARTA, BANPOS– – Nilai tukar rupiah dibuka pagi ini dibuka melemah tipis 0,2 persen ke level Rp 15.150 per dolar AS dibanding penutupan perdagangan kemarin di level Rp 15.143 per dolar AS.
Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya naik 0,11 persen ke level 102,06. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 1,34 persen ke level Rp 16.389, terhadap poundsterling Inggris naik 1,42 persen ke level Rp 19.148, dan terhadap dolar Australia naik 1,40 persen ke level Rp 9.989.
Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, sinyal terkait The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga berimbas kepada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurutnya, rupiah diprediksi akan mengalami tren pelemahan ke arah resisten Rp 15.200.
“Sejauh ini isu kenaikan suku bunga The Fed sebanyak 2 kali lagi tahun ini masih membayangi pergerakan nilai tukar. Di awal pekan dolar sempat sedikit melemah karena data ekonomi yang dirilis di bawah ekspektasi pasar,” jelasnya di Jakarta, Senin (10/7).
Data ekonomi AS yakni data tenaga kerja versi pihak swasta ADP dan PMI sektor jasa dirilis lebih bagus dari prediksi, sehingga ini menguatkan sinyal dari Bank Sentral yang masih ingin menaikan suku bunganya lagi yang mengakibatkan penguatan dolar AS.
“Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS pekan ini sudah mengalami kenaikan, yang artinya pasar mengantisipasi kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS. Alhasil, tendensi penguatan dolar AS karena sentimen The Fed menurutnya masih cukup besar,” kata Ariston.
Ia memproyeksi, minggu ini masih ada potensi pelemahan rupiah ke arah resisten di Rp 15.200 per dolar AS, sementara potensi penguatan ke arah Rp 15.000 per dolar AS.(RMID)