Tag: Sekolah Khusus

  • Belasan SKh Swasta di Pandeglang Dipalak Oknum Mahasiswa

    Belasan SKh Swasta di Pandeglang Dipalak Oknum Mahasiswa

    PANDEGLANG, BANPOS – Sebanyak 14 Sekolah Khusus (SKh) swasta di Kabupaten Pandeglang merasa dipalak oleh oknum mahasiswa, yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat untuk Keadilan (AMMUK). Belasan sekolah untuk penyandang disabilitas itu merasa dipalak dengan ancaman akan dilaporkan terkait dugaan sejumlah masalah.

    Berdasarkan informasi yang BANPOS kumpulkan, modus yang dilakukan oleh AMMUK untuk memalak belasan SKh tersebut yakni dengan memberikan surat somasi kepada para kepala sekolah, terkait dugaan tindak pidana korupsi. Somasi tersebut awalnya ditujukan kepada enam SKh swasta di Pandeglang.

    Dalam somasi tersebut, disebutkan bahwa enam sekolah tersebut diduga telah melakukan penyalahgunaan wewenang, yakni melaporkan kegiatan belajar mengajar yang fiktif, siswa yang fiktif, manipulasi laporan pertanggungjawaban anggaran, tidak menyiapkan tempat belajar yang sesuai dengan aturan, menyalahgunakan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) dan memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak sesuai dengan persyaratan.

    Belum hilang kekagetan para Kepala SKh swasta tersebut, selang dua hari kemudian setelah surat somasi mereka terima, kembali muncul surat Laporan Pengaduan (Lapdu) yang ditujukan kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Pandeglang. Dalam Lapdu tersebut, materi yang disampaikan sama, namun dengan tambahan 8 SKh swasta lainnya. Sehingga, jumlah SKh menjadi 14 sekolah.

    Pada Jumat (29/9) lalu, sejumlah perwakilan Kepala Sekolah dan AMMUK melakukan pertemuan. BANPOS pada saat itu, turut hadir dalam pertemuan, atas seizin para Kepala Sekolah. Dalam pertemuan tersebut, AMMUK pun hadir bersama dengan oknum wartawan media online lokal setempat, RN (inisial media).

    Sebelumnya, para Kepala Sekolah telah bersepakat bahwa baik somasi dan Lapdu yang dikirimkan oleh AMMUK, sama sekali tidak berdasar. Mereka pun menyepakati untuk melakukan gerakan ‘perlawanan’, dengan mencari bukti pemalakan yang dilakukan oleh AMMUK, untuk selanjutnya dapat dilaporkan.

    Meski demikian, para Kepala Sekolah telah memegang bukti tidak langsung, upaya pemalakan yang dilakukan oleh AMMUK. Dengan kode ‘uang ngopi’, para Kepala Sekolah melalui perantara AMMUK, sempat diminta menyiapkan minimal Rp1 juta agar AMMUK tidak lagi ‘iseng’.

    Kembali pada pertemuan, AMMUK saat itu diwakili oleh ketuanya yakni Aning Hidayat. Sementara media RN, diwakili oleh pria mengaku bernama Risman. Pada pertemuan yang digelar di salah satu rumah makan di Labuan, para Kepala Sekolah mencecar Aning berkaitan dengan alasan pemberian somasi tersebut.

    Aning saat itu, tidak terlalu banyak memberikan jawaban. Aning hanya mengatakan bahwa somasi yang dilontarkan oleh pihaknya, untuk meminta jawaban dari para Kepala Sekolah. Saat ditegaskan bahwa somasi hanya dilakukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan perikatan perdata, Aning mengaku tidak tahu.

    “Karena berdasarkan diskusi yang kami lakukan, ada beberapa temuan yang harus dijawab oleh pihak sekolah. Tidak ada unsur kebencian dari somasi ini, kami ingin meluruskan temuan dan keinginan kami ya pihak sekolah membalas surat somasi,” kata Aning dalam pertemuan tersebut.

    Sementara itu, berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh Kepala Sekolah, lebih banyak dijawab oleh pria yang mengaku bernama Risman. Saat para Kepala Sekolah mencoba melancarkan aksinya untuk memancing AMMUK menyebutkan nominal, pria mengaku bernama Risman itu mengatakan bahwa jika pihak sekolah tidak mau menjawab surat somasi, dapat menggunakan alternatif lain.

    Pertemuan tersebut berakhir dengan ‘damai’. Baik pihak sekolah maupun AMMUK menyampaikan tidak akan memperpanjang permasalahan itu. AMMUK diwakili oleh Aning, juga menyampaikan jika surat Lapdu tersebut bukan pihaknya yang membuat. Usai pertemuan, para Kepala Sekolah meminta hak embargo kepada BANPOS, untuk tidak menerbitkan berita terlebih dahulu. Mereka ingin memastikan niat baik dari pihak AMMUK.

    Berdasarkan penuturan salah satu Kepala Sekolah, surat somasi tersebut tiba-tiba datang diantarkan oleh mahasiswa salah satu universitas swasta di Pandeglang. Surat itu diantarkan ke rumah pribadi dirinya.

    Ia mengaku bahwa surat tersebut aneh, lantaran AMMUK sama sekali tidak pernah datang ke sekolah, untuk mengonfirmasi berkaitan dengan dugaan-dugaan tersebut. Tiba-tiba datang surat somasi, yang menurutnya juga tidak relevan dengan tuduhan yang disampaikan AMMUK.

    “Kami beberapa kali berkomunikasi dengan AMMUK, salah satu bahasanya adalah siapkan saja uang minimal Rp1 juta, untuk mereka ngopi. Trus kalau sudah masuk ke Kejaksaan, nanti minimal per kepala diminta Rp20 juta, disuruh pilih,” katanya.

    Selang 5 hari kemudian, tepatnya Rabu (4/10), salah satu Kepala Sekolah dikonfirmasi oleh media RN, berkaitan dengan somasi itu. Merasa AMMUK tidak memiliki itikad baik, para Kepala Sekolah pun mencabut hak embargo mereka.

    BANPOS melakukan penelusuran melalui media RN. Diketahui, pria yang datang bersama dengan Aning bukanlan Risman, melainkan Irfan Bule. Pihak RN membenarkan jika Irfan Bule memang merupakan wartawan mereka.

    Irfan saat dikonfirmasi, menegaskan bahwa kehadiran dirinya bukan sebagai wartawan RN, namun sebagai pembina dari AMMUK. Ia pun membantah bahwa dalam pertemuan itu, pihak AMMUK memalak sejumlah uang, dengan alasan tidak ada nominal yang disebutkan.

    “Saya datang di situ, menyarankan kepada AMMUK untuk tidak meminta nominal apapun. Saya juga bilang kepada pihak sekolah, balas saja surat somasinya tersebut. Nah kan pihak sekolah bilang tidak mau membalas, saya bilang kalau akang tidak bisa membalas surat dari AMMUK, kemungkinan teman-teman ada alternatif lain, ya sampaikan kepada saudara Aning. Jadi upaya pemalakan itu jauh banget ya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (4/10).

    Saat ditanya terkait dengan kalimat yang dia sampaikan bahwa lebih baik pihak SKh yang menyampaikan nominal, ia menuturkan bahwa tidak etis apabila AMMUK yang menyampaikan nominal. Di sisi lain, ia mengaku bahwa alternatif yang dimaksud adalah melakukan pertemuan untuk klarifikasi, jika tidak mau melalui surat tertulis.

    “Saya sarankan, enggak etis dong jika pihak AMMUK menyampaikan nominal, sementara pihak AMMUK sendiri mengonfirmasinya dengan surat. Ya balas saja dengan surat kalau mau. Alternatifnya terserah mau apa, ngobrol di darat gitu tidak dengan surat. Begitu saya kasih saran,” terangnya.

    Sementara itu, Aning saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, tidak memberikan respon. Berkali-kali BANPOS mencoba menghubungi, baik melalui sambungan telepon seluler maupun sambungan WhatsApp, juga tidak memberikan respon. (DZH)

  • SKh Alghisafa Labuan Tampilkan Kreativitas Murid Berkebutuhan Khusus

    SKh Alghisafa Labuan Tampilkan Kreativitas Murid Berkebutuhan Khusus

    LABUAN, BANPOS – Sekolah Khusus (SKh) Alghisafa, Labuan, Kabupaten Pandeglang, melepas puluhan anak yang telah selesai menempuh pendidikan. Kegiatan pelepasan siswa itu dirangkaikan dengan sejumlah penampilan kreativitas siswa yang merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK).

    Kepala SKh Alghisafa, Moch Aldy Ghifary, mengungkapkan bahwa pelepasan dan kenaikan kelas SKh Alghisafa ini sebagai upaya peningkatan potensi diri siswa dan membangun jiwa kreatif dan mandiri. Menurutnya, Skh Alghisafa sebagai sekolah penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik, yang mencakup kompetensi yaitu literasi, numerasi dan karakter, yang diawali dengan SDM yang unggul, seperti kepala sekolah dan guru-gurunya.

    “Diselenggarakan acara ini untuk menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus juga mampu memiliki kreativitas potensi sama seperti anak pada umumnya,” ujarnya, kemarin.

    Kegiatan ini juga dilakukan sebagai upaya menghindari stigma negatif, terutama di lingkungan luar sekolah yang selama ini masyarakat daerah setempat selalu memiliki stigma negatif. Bahwa anak berkebutuhan khusus tidak bisa apa-apa dan minim kreativitas.

    “Kami mengemas acara dengan dibarengi pentas seni dan hasil karya anak berkebutuhan khusus. Diharapkan hal ini membantu mengubah persepsi masyarakat tentang anak-anak berkebutuhan khusus,” tuturnya.

    Aldy menyampaikan, mungkin ada stereotip dan stigma yang berkembang di sekitar ABK, yang dapat mengurangi penghargaan terhadap potensi kreatif mereka. Meskipun demikian, ia memastikan dengan memperlihatkan hasil karya ABK melalui pentas seni dan gelar karya, siswa dapat menunjukkan betapa istimewanya kontribusi mereka.

    “Selain itu, pentas seni dan gelar karya juga memungkinkan anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengungkapkan diri secara kreatif, dan mengekspresikan ide-ide mereka melalui berbagai bentuk seni. Ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri mereka dan memberikan wadah bagi bakat dan minat mereka untuk berkembang,” jelasnya.

    Kegiatan pentas seni rangkaian pelepasan dan kenaikan ini juga melibatkan seluruh pihak. Sehingga baik keluarga, teman, dan anggota masyarakat lainnya secara terbuka bisa datang dan menyaksikan secara langsung karya-karya yang luar biasa dari anak-anak berkebutuhan khusus.

    “Kami berharap, kegiatan ini dapat menyadarkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kreativitas yang sama dengan anak-anak lainnya. Dengan menyebarkan kesadaran ini, diharapkan masyarakat akan lebih menerima, mendukung, dan menghargai potensi anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang seni dan kreativitas,” tuturnya.

    Dalam ajang pentas ini, para ABK juga diharapkan terus dapat meningkatkan potensi diri dengan melatih mental supaya berani tampil di depan umum. Memiliki jiwa kreatif dan mandiri, yang dalam hal secara spesifik sejalan dengan profil pelajar Pancasila.

    “Ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif, dimana setiap individu memiliki kesempatan untuk berkembang dan mengekspresikan bakat mereka tanpa hambatan atau diskriminasi,” terangnya.

    SKh Alghisafa Labuan berkomitmen untuk terus memberikan layanan pendidikan seoptimal mungkin untuk ABK. Dengan mengusung semangat profil pelajar Pancasila, SKh Alghisafa akan menjadi wadah yang kokoh dalam membentuk ABK yang mencintai tanah air, menghargai keberagaman, dan berperilaku adil.

    “Semoga usaha kita dalam mewujudkan semangat Pancasila, terus berlanjut dan memberikan dampak positif yang luas bagi peserta didik dan masyarakat sekitar,” ucapnya.

    Diakhir, Aldy menegaskan bahwa dengan semangat profil pelajar Pancasila sebagai landasan, SKh Alghisafa juga memiliki cita-cita menjadi pusat pendidikan yang inklusif. Di mana setiap anak memiliki kesempatan yang setara untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

    “Tentunya, terus mendorong dan memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus,” tandasnya.(MUF/PBN)